Rusia dan China Dituduh Serang Satelit AS Setiap Hari dengan Cara Ini
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Satelit-satelit Amerika Serikat (AS) yang berada jauh di luar orbit Bumi menghadapi rentetan ancaman yang hampir konstan dari teknologi Rusia dan China. Ancaman itu pun semakin memburuk.
Tuduhan itu diungkapkan perwira tinggi Angkatan Luar Angkasa AS Jenderal David Thompson, dilansir Daily Mail, Selasa (30/11/2021).
Perlombaan senjata di luar angkasa antara AS, Rusia dan China terus memanas dalam beberapa tahun terakhir bahkan ketika para pejabat di Washington memperingatkan situasi seperti itu berbahaya.
“Ancaman benar-benar tumbuh dan berkembang setiap hari. Dan itu benar-benar evolusi aktivitas yang telah terjadi sejak lama," ungkap Jenderal David Thompson kepada Washington Post dalam artikel yang diterbitkan pada Selasa.
Thompson adalah wakil kepala operasi luar angkasa pertama Angkatan Luar Angkasa AS, setelah sebelumnya menjabat lebih dari tiga dekade di Angkatan Udara.
Dia memperingatkan, “Kita benar-benar berada pada titik di mana ada banyak cara sistem luar angkasa kita dapat terancam.”
“Beberapa serangan reguler yang dihadapi AS termasuk penggunaan laser, gangguan frekuensi radio dan serangan siber lainnya,” papar Thompson.
Dia juga mengungkapkan uji senjata 2019 oleh satu satelit Rusia sangat dekat dengan satelit AS sehingga militer khawatir akan serangan yang akan segera terjadi.
Sang jenderal meyakinkan bahwa dalam hal teknologi luar angkasa, “Kita masih yang terbaik di dunia, jelas dalam hal kemampuan.”
Namun dia mengatakan China mengejar dengan cepat. “Kita harus khawatir pada akhir dekade ini jika kita tidak beradaptasi,” ungkap dia.
Thompson mengatakan China mengirim satelit baru dua kali lebih cepat dari yang dilakukan AS, dan negara adidaya yang sedang tumbuh itu sedang mengerjakan sistem satelit global yang bertujuan mengawasi bagian mana pun di dunia.
“Mereka menerjunkan sistem operasional pada tingkat yang luar biasa,” tutur dia.
Selama bertahun-tahun China dilaporkan mengerjakan satelit yang secara fisik dapat menyerang objek lain di luar angkasa dengan lengan robot atau pengait.
Secara teori, teknologi China dapat mengganggu atau bahkan menonaktifkan satelit AS yang mengungkapkan informasi tentang operasi nuklir China dan keberadaan kamp konsentrasi Muslim Uighur.
“China sebenarnya jauh di depan dari rekan-rekan Rusia mereka,” ujar Thompson.
Awal bulan ini Rusia melakukan uji coba senjata anti-satelit, yang mengkhawatirkan komunitas ilmiah global.
Rudal anti-satelit Rusia, atau ASAT, diluncurkan pada 15 November, dan dengan sengaja menghancurkan satelit Cosmos 1408 seberat 4.410 pon, yang diluncurkan pada 1982, karena tidak lagi beroperasi.
Tuduhan itu diungkapkan perwira tinggi Angkatan Luar Angkasa AS Jenderal David Thompson, dilansir Daily Mail, Selasa (30/11/2021).
Perlombaan senjata di luar angkasa antara AS, Rusia dan China terus memanas dalam beberapa tahun terakhir bahkan ketika para pejabat di Washington memperingatkan situasi seperti itu berbahaya.
“Ancaman benar-benar tumbuh dan berkembang setiap hari. Dan itu benar-benar evolusi aktivitas yang telah terjadi sejak lama," ungkap Jenderal David Thompson kepada Washington Post dalam artikel yang diterbitkan pada Selasa.
Thompson adalah wakil kepala operasi luar angkasa pertama Angkatan Luar Angkasa AS, setelah sebelumnya menjabat lebih dari tiga dekade di Angkatan Udara.
Dia memperingatkan, “Kita benar-benar berada pada titik di mana ada banyak cara sistem luar angkasa kita dapat terancam.”
“Beberapa serangan reguler yang dihadapi AS termasuk penggunaan laser, gangguan frekuensi radio dan serangan siber lainnya,” papar Thompson.
Dia juga mengungkapkan uji senjata 2019 oleh satu satelit Rusia sangat dekat dengan satelit AS sehingga militer khawatir akan serangan yang akan segera terjadi.
Sang jenderal meyakinkan bahwa dalam hal teknologi luar angkasa, “Kita masih yang terbaik di dunia, jelas dalam hal kemampuan.”
Namun dia mengatakan China mengejar dengan cepat. “Kita harus khawatir pada akhir dekade ini jika kita tidak beradaptasi,” ungkap dia.
Thompson mengatakan China mengirim satelit baru dua kali lebih cepat dari yang dilakukan AS, dan negara adidaya yang sedang tumbuh itu sedang mengerjakan sistem satelit global yang bertujuan mengawasi bagian mana pun di dunia.
“Mereka menerjunkan sistem operasional pada tingkat yang luar biasa,” tutur dia.
Selama bertahun-tahun China dilaporkan mengerjakan satelit yang secara fisik dapat menyerang objek lain di luar angkasa dengan lengan robot atau pengait.
Secara teori, teknologi China dapat mengganggu atau bahkan menonaktifkan satelit AS yang mengungkapkan informasi tentang operasi nuklir China dan keberadaan kamp konsentrasi Muslim Uighur.
“China sebenarnya jauh di depan dari rekan-rekan Rusia mereka,” ujar Thompson.
Awal bulan ini Rusia melakukan uji coba senjata anti-satelit, yang mengkhawatirkan komunitas ilmiah global.
Rudal anti-satelit Rusia, atau ASAT, diluncurkan pada 15 November, dan dengan sengaja menghancurkan satelit Cosmos 1408 seberat 4.410 pon, yang diluncurkan pada 1982, karena tidak lagi beroperasi.
(sya)