Terima Telepon Evakuasi, 4 Perempuan Afghanistan Tewas Dibunuh
loading...
A
A
A
“Dia tahu semua informasi tentang saya, meminta saya untuk mengirimkan dokumen saya, ingin saya mengisi kuesioner, berpura-pura menjadi pejabat kantor saya yang bertugas memberikan info ke AS untuk evakuasi saya,” ungkapnya.
Setelah curiga dia memblokir penelepon, dan sekarang hidup dalam ketakutan. Dia terkejut ketika dia mendengar tentang pembunuhan itu.
"Saya sudah takut," katanya. “Kesehatan mental saya tidak baik saat ini. Saya selalu takut seseorang mungkin datang ke pintu saya, membawa saya ke suatu tempat dan menembak saya,” ujarnya.
Taliban, yang merebut kekuasaan di Afghanistan pada Agustus setelah perang 20 tahun melawan bekas pemerintah yang didukung Amerika Serikat (AS), adalah gerakan Islam yang sangat konservatif.
Di bawah periode kekuasaan terakhir mereka, perempuan dilarang dari kehidupan publik dan sejak kelompok itu kembali ke pemerintahan, banyak aktivis hak asasi manusia telah meninggalkan negara itu.
Beberapa perempuan yang masih bertahan mengadakan aksi protes jalanan di Kabul menuntut agar hak-hak mereka dihormati dan anak perempuan diizinkan bersekolah di sekolah menengah umum.
Pejuang Taliban telah membubarkan beberapa aksi protes, dan pemerintah telah mengancam akan menangkap wartawan yang meliput pertemuan tidak sah.
Tetapi para pemimpin gerakan itu bersikeras bahwa Taliban tidak berwenang untuk membunuh para aktivis, dan telah berjanji bahwa siapa pun yang melakukannya akan dihukum.
Setelah curiga dia memblokir penelepon, dan sekarang hidup dalam ketakutan. Dia terkejut ketika dia mendengar tentang pembunuhan itu.
"Saya sudah takut," katanya. “Kesehatan mental saya tidak baik saat ini. Saya selalu takut seseorang mungkin datang ke pintu saya, membawa saya ke suatu tempat dan menembak saya,” ujarnya.
Taliban, yang merebut kekuasaan di Afghanistan pada Agustus setelah perang 20 tahun melawan bekas pemerintah yang didukung Amerika Serikat (AS), adalah gerakan Islam yang sangat konservatif.
Di bawah periode kekuasaan terakhir mereka, perempuan dilarang dari kehidupan publik dan sejak kelompok itu kembali ke pemerintahan, banyak aktivis hak asasi manusia telah meninggalkan negara itu.
Beberapa perempuan yang masih bertahan mengadakan aksi protes jalanan di Kabul menuntut agar hak-hak mereka dihormati dan anak perempuan diizinkan bersekolah di sekolah menengah umum.
Pejuang Taliban telah membubarkan beberapa aksi protes, dan pemerintah telah mengancam akan menangkap wartawan yang meliput pertemuan tidak sah.
Tetapi para pemimpin gerakan itu bersikeras bahwa Taliban tidak berwenang untuk membunuh para aktivis, dan telah berjanji bahwa siapa pun yang melakukannya akan dihukum.