Bintang Tenis Mengaku Jadi Korban Pelecehan Eks Wakil PM China, Cuitannya Hilang

Jum'at, 05 November 2021 - 00:20 WIB
loading...
Bintang Tenis Mengaku Jadi Korban Pelecehan Eks Wakil PM China, Cuitannya Hilang
Bintang tenis China Peng Shuai mengaku jadi korban pelecehan seksual mantan Wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli. Foto/Taiwan News
A A A
BEIJING - Bintang tenis asal China , Peng Shuai, membuat pengakuan yang menghebohkan. Dalam sebuah postingan di media sosial, Peng Shuai mengaku menjadi korban pelecehan seksual dari mantan perdana menteri dan anggota Komite Tetap Politbiro Partai Komunis China (PKC) Zhang Gaoli.

Insiden itu terjadi pada tiga tahun lalu. Saat itu, Peng (35), menulis bahwa Zhang, sekarang (75), dan istrinya mengajaknya bermain tenis di Beijing sekitar tiga tahun lalu. Ia kemudian di bawa ke sebuah ruangan di rumahnya di mana serangan itu terjadi.

"Saya sangat ketakutan sore itu, tidak pernah berpikir bahwa hal ini bisa terjadi," tulis Peng dalam postingan tersebut seperti dikutip dari Associated Press,Jumat (5/11/2021).

Postingan itu menghilang dengan cepat, namun tangkapan layar dari postingan tersebut telah beredar di Twitter, yang diblokir di China. Ini menghidupkan kembali diskusi di platform tersebut tentang hubungan gender di China, di mana pria mendominasi tingkat atas dalam politik dan bisnis.



Associated Press tidak dapat memverifikasi keaslian postingannya, yang dibuat pada Selasa malam oleh akun terverifikasinya di Weibo, platform media sosial terkemuka China. Pencarian di Weibo untuk akun Peng Shuai sekarang tidak menemukan hasil. Baik dia maupun Zhang juga tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Peng Shuai adalah mantan pemain ganda putri peringkat teratas, meraih 23 gelar ganda putri, termasuk Grand Slam di Wimbledon pada 2013 dan Prancis Terbuka pada 2014.

Sementara Zhang Gaoli pensiun pada 2018 dan menghilang dari kehidupan publik, layaknya mantan pejabat China.

Desas-desus dan laporan luar negeri tentang perselingkuhan antara perempuan muda dan pejabat terkemuka telah lama menjadi bahan pokok politik China, dimulai dengan pendiri Republik Rakyat China, Mao Zedong.



Namun tuduhan itu adalah yang pertama terhadap seorang pejabat pemerintah terkemuka sejak gerakan #MeToo berlangsung di China pada 2018 sebelum sebagian besar dilumpuhkan oleh pihak berwenang pada tahun yang sama. Tuduhan sebelumnya terbatas pada media, kelompok advokasi dan akademisi.

Kasus-kasus yang diajukan terhadap pejabat dan mantan pejabat di bawah pemimpin partai serta kampanye anti-korupsi selama satu dekade Presiden Xi Jinping juga sering menampilkan tuduhan "gaya hidup mesum," bersama dengan penyuapan dan penyalahgunaan jabatan.

Meski begitu respons PKC menggambarkan tekadnya untuk mengendalikan wacana publik dan menahan gerakan sosial yang tidak dapat dikendalikan. Sementara media sosial, meski telah ada di mana-mana, tetap berada di bawah kendali partai berkuasa.

PKC semakin menindak masyarakat sipil, termasuk gerakan #MeToo yang telah berjuang untuk mendapatkan daya tarik di negara ini.



Zhou Xiaoxuan, mantan pegawai magang di stasiun televisi China CCTV, mendapat dukungan dari para pengamat pada bulan September saat dia maju ke pengadilan dalam kasus melawan presenter terkenal.

Sejak itu, gerakan itu sebagian besar telah ditutup oleh pihak berwenang karena para aktivis menemukan postingan online mereka disensor dan menghadapi tekanan dari pihak berwenang ketika mencoba mengadakan protes.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1227 seconds (0.1#10.140)