Israel Perlu Persiapan Setahun Lebih untuk Bisa Serang Iran Secara Total
loading...
A
A
A
“Mengingat peningkatan kemampuan pertahanan Suriah dan Iran yang baru ini, IAF dalam beberapa bulan terakhir telah memperbarui metodenya, menggunakan formasi yang lebih besar dengan lebih banyak pesawat melakukan serangan pada lebih banyak target pada satu waktu, daripada melakukan lebih banyak serangan menggunakan formasi yang lebih kecil,” tulis Times of Israel.
Seperti dilaporkan Sputnik, beberapa dari taktik tersebut termasuk meluncurkan serangan udara saat pesawat sipil, atau bahkan pesawat tempur Rusia, seperti dalam satu serangan 2018, berada di wilayah udara terdekat.
Israel juga berlatih menghalangi sistem pertahanan udara Suriah untuk menembak karena takut mengenai orang-orang yang berada di sekitarnya. Israel telah membantah menggunakan taktik seperti itu.
Laporan Times of Israel tampaknya bertentangan dengan laporan pada Jumat oleh Channel 12 News Israel, yang mengklaim Kepala Staf IDF Aviv Kochavi telah mengarahkan IAF untuk berlatih "secara intensif" untuk serangan terhadap fasilitas yang menjadi pusat program nuklir Iran.
Pekan lalu, Yerusalem menyetujui tambahan USD1,5 miliar untuk anggaran tahun depan demi membiayai persiapan serangan ke Iran.
Langkah itu dilakukan di tengah ketidakpastian tentang prospek keberhasilan dalam putaran pembicaraan nuklir di Wina yang bertujuan memulihkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015. Israel selalu menentang kesepakatan nuklir itu.
Terlepas dari pesimisme Israel, Amerika Serikat (AS) dan Iran sama-sama menyatakan keinginan untuk kembali ke Wina dan mencapai kesepakatan yang langgeng.
Putaran ketujuh diperkirakan akan dimulai pekan depan, yang pertama sejak Presiden Iran Ebrahim Raisi dilantik pada Agustus.
Pemerintahan Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir pada 2018 berdasarkan klaim yang tidak berdasar bahwa Iran diam-diam melanggarnya.
JCPOA secara tajam membatasi kualitas dan kuantitas uranium yang dapat diperkaya Iran, mengizinkan sejumlah kecil uranium untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir dan penelitian medis.
Seperti dilaporkan Sputnik, beberapa dari taktik tersebut termasuk meluncurkan serangan udara saat pesawat sipil, atau bahkan pesawat tempur Rusia, seperti dalam satu serangan 2018, berada di wilayah udara terdekat.
Israel juga berlatih menghalangi sistem pertahanan udara Suriah untuk menembak karena takut mengenai orang-orang yang berada di sekitarnya. Israel telah membantah menggunakan taktik seperti itu.
Laporan Times of Israel tampaknya bertentangan dengan laporan pada Jumat oleh Channel 12 News Israel, yang mengklaim Kepala Staf IDF Aviv Kochavi telah mengarahkan IAF untuk berlatih "secara intensif" untuk serangan terhadap fasilitas yang menjadi pusat program nuklir Iran.
Pekan lalu, Yerusalem menyetujui tambahan USD1,5 miliar untuk anggaran tahun depan demi membiayai persiapan serangan ke Iran.
Langkah itu dilakukan di tengah ketidakpastian tentang prospek keberhasilan dalam putaran pembicaraan nuklir di Wina yang bertujuan memulihkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015. Israel selalu menentang kesepakatan nuklir itu.
Terlepas dari pesimisme Israel, Amerika Serikat (AS) dan Iran sama-sama menyatakan keinginan untuk kembali ke Wina dan mencapai kesepakatan yang langgeng.
Putaran ketujuh diperkirakan akan dimulai pekan depan, yang pertama sejak Presiden Iran Ebrahim Raisi dilantik pada Agustus.
Pemerintahan Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir pada 2018 berdasarkan klaim yang tidak berdasar bahwa Iran diam-diam melanggarnya.
JCPOA secara tajam membatasi kualitas dan kuantitas uranium yang dapat diperkaya Iran, mengizinkan sejumlah kecil uranium untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir dan penelitian medis.