Qatar Kecewa AS Lamban Menjawab Permintaan Penjualan Drone
loading...
A
A
A
DOHA - Qatar kecewa dengan kurangnya tanggapan dari Amerika Serikat (AS) atas permintaannya untuk pembelian drone canggih setelah membantu evakuasi di Afghanistan. Sikap itu dilaporkan Wall Street Journal (WSJ) pada Minggu (24/10/2021), mengutip sumber pemerintah Qatar yang tidak disebutkan namanya.
Qatar dilaporkan telah mengajukan permintaan untuk pembelian empat drone Predator ke AS lebih dari setahun yang lalu.
“Sayangnya, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS belum menanggapi permintaan tersebut, dan para pejabat AS menolak untuk menjelaskan penundaan tersebut,” ungkap laporan WSJ.
Ketidakpuasan Qatar telah diperburuk oleh fakta bahwa negara itu membantu AS selama evakuasi dari Afghanistan.
“Kekecewaan Qatar bertambah karena Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui permintaan serupa dari sekutu regional lainnya, termasuk Uni Emirat Arab (UEA),” ungkap laporan Wall Street Journal.
Qatar berencana menggunakan drone yang dibeli untuk memantau fasilitas gasnya guna mencegah aktivitas teroris.
“Negara itu juga ingin meningkatkan keamanan di Piala Dunia FIFA mendatang,” papar surat kabar itu. Kesepakatan itu diperkirakan mencapai USD600 juta.
Qatar dilaporkan telah mengajukan permintaan untuk pembelian empat drone Predator ke AS lebih dari setahun yang lalu.
“Sayangnya, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS belum menanggapi permintaan tersebut, dan para pejabat AS menolak untuk menjelaskan penundaan tersebut,” ungkap laporan WSJ.
Ketidakpuasan Qatar telah diperburuk oleh fakta bahwa negara itu membantu AS selama evakuasi dari Afghanistan.
“Kekecewaan Qatar bertambah karena Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui permintaan serupa dari sekutu regional lainnya, termasuk Uni Emirat Arab (UEA),” ungkap laporan Wall Street Journal.
Qatar berencana menggunakan drone yang dibeli untuk memantau fasilitas gasnya guna mencegah aktivitas teroris.
“Negara itu juga ingin meningkatkan keamanan di Piala Dunia FIFA mendatang,” papar surat kabar itu. Kesepakatan itu diperkirakan mencapai USD600 juta.
(sya)