Sosok Raja Salman Arab Saudi: Hafal Alquran Usia 12 Tahun, Tinggalkan Obama demi Salat Ashar
loading...
A
A
A
Ketika Presiden AS—saat itu Barack Obama—mengunjungi Riyadh untuk menyampaikan belasungkawa setelah kematian Raja Abdullah, dia memastikan bahwa pertemuan dengan orang paling berkuasa di dunia itu tidak menghentikannya untuk salat. Saat dia duduk bersama Obama dan mendengar azan Ashar, dia meninggalkan Obama sendirian untuk salat.
Raja Salman juga memiliki minat yang besar dalam pekerjaan budaya dan kemanusiaan dan sejak 1376 H atau tahun 1956, dia telah memimpin sejumlah asosiasi, organisasi, dan komite utama pekerjaan amal di dalam kerajaan dan di luar negeri, dan mensponsori dan mendukung banyak proyek budaya.
Raja Salman adalah pendukung kuat filantropi di negara-negara Muslim miskin seperti Somalia, Sudan, Bangladesh, Afghanistan, dan Bosnia-Herzegovina.
Dia dianggap sebagai sosok yang cerdas dan pekerja keras serta menjadi mediator yang terpercaya dalam menyelesaikan konflik. Sebelum jadi raja, dia merupakan Gubernur Provinsi Riyadh dan pemerintahannya di Provinsi Riyadh saat itu bebas korupsi.
Dia menjalin hubungan yang kuat dengan para pemimpin suku, ulama Islam, intelektual dan media.
Atas jasa kemanusiaannya, dia telah dianugerahi banyak medali dan penghargaan, termasuk penghargaan dari Indonesia, Bahrain, Bosnia dan Herzegovina, Prancis, Maroko, Palestina, Filipina, Senegal, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yaman, dan Medali Raja Abdulaziz.
Salman bin Abdulaziz telah menikah tiga kali. Dia memiliki 13 anak.
Istri pertamanya adalah Sultana binti Turki al-Sudairi yang merupakan sepupu—putri paman dari pihak ibu—, Turki bin Ahmad al-Sudairi. Mereka menikah pada tahun 1954.
Sultana mendukung Masyarakat Amal Pangeran Fahd bin Salman untuk Perawatan Pasien Ginjal dan organisasi amal lainnya di negara itu. Anak-anak mereka dari pernikahan ini adalah Pangeran Fahd, Pangeran Sultan, Pangeran Ahmed, Pangeran Abdulaziz, Pangeran Faisal dan Putri Hassa.
Salman bin Abdulaziz berusia 19 tahun ketika anak pertamanya, Fahd, lahir.
Raja Salman juga memiliki minat yang besar dalam pekerjaan budaya dan kemanusiaan dan sejak 1376 H atau tahun 1956, dia telah memimpin sejumlah asosiasi, organisasi, dan komite utama pekerjaan amal di dalam kerajaan dan di luar negeri, dan mensponsori dan mendukung banyak proyek budaya.
Raja Salman adalah pendukung kuat filantropi di negara-negara Muslim miskin seperti Somalia, Sudan, Bangladesh, Afghanistan, dan Bosnia-Herzegovina.
Dia dianggap sebagai sosok yang cerdas dan pekerja keras serta menjadi mediator yang terpercaya dalam menyelesaikan konflik. Sebelum jadi raja, dia merupakan Gubernur Provinsi Riyadh dan pemerintahannya di Provinsi Riyadh saat itu bebas korupsi.
Dia menjalin hubungan yang kuat dengan para pemimpin suku, ulama Islam, intelektual dan media.
Atas jasa kemanusiaannya, dia telah dianugerahi banyak medali dan penghargaan, termasuk penghargaan dari Indonesia, Bahrain, Bosnia dan Herzegovina, Prancis, Maroko, Palestina, Filipina, Senegal, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yaman, dan Medali Raja Abdulaziz.
Salman bin Abdulaziz telah menikah tiga kali. Dia memiliki 13 anak.
Istri pertamanya adalah Sultana binti Turki al-Sudairi yang merupakan sepupu—putri paman dari pihak ibu—, Turki bin Ahmad al-Sudairi. Mereka menikah pada tahun 1954.
Sultana mendukung Masyarakat Amal Pangeran Fahd bin Salman untuk Perawatan Pasien Ginjal dan organisasi amal lainnya di negara itu. Anak-anak mereka dari pernikahan ini adalah Pangeran Fahd, Pangeran Sultan, Pangeran Ahmed, Pangeran Abdulaziz, Pangeran Faisal dan Putri Hassa.
Salman bin Abdulaziz berusia 19 tahun ketika anak pertamanya, Fahd, lahir.