Taliban Peringatkan AS: Jangan Ganggu Pemerintah Afghanistan
loading...
A
A
A
DOHA - Taliban memperingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak mengganggu pemerintah Afghanistan . Peringatan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi selama pembicaraan tatap muka pertama kedua pihak sejak penarikan pasukan AS.
"Kami dengan jelas mengatakan kepada mereka bahwa mencoba untuk mengacaukan pemerintah di Afghanistan tidak baik untuk siapa pun," kata Muttaqi kepada kantor berita negara Afghanistan, Bakhtar, setelah pembicaraan di Doha.
“Hubungan baik dengan Afghanistan baik untuk semua orang. Tidak ada yang harus dilakukan untuk melemahkan pemerintah yang ada di Afghanistan yang dapat menimbulkan masalah bagi rakyat,” katanya, dalam sebuah rekaman pernyataan yang diterjemahkan oleh AFP seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (10/10/2021).
Muttaqi juga mengatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk terus menegakkan ketentuan perjanjian Doha 2020 yang dinegosiasikan oleh pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump. Kesepakatan itu mencakup persyaratan bahwa Taliban mengambil tindakan untuk mencegah kelompok teroris, seperti ISIS-K, melancarkan serangan ke AS dan sekutunya.
"Para pejabat AS juga setuju untuk membantu Afghanistan dengan mengirimkan vaksin COVID-19 dan bantuan kemanusiaan," ujar Muttaqi seperti disitir dari Russia Today.
Pernyataan Muttaqi muncul pada hari pertama dari dua hari pertemuan dengan tim AS yang dipimpin oleh Deputi Perwakilan Khusus Departemen Luar Negeri Tom West dan pejabat tinggi kemanusiaan USAID Sarah Charles.
Belum ada pernyataan dari pihak AS terkait pertemuan tersebut.
Kelompok garis keras Taliban kembali mendapatkan kekuasaan pada Agustus lalu ketika AS mengakhiri pendudukannya selama 20 tahun dengan penarikan yang mencakup pengangkutan penduduk asing dan warga Afghanistan yang kacau balau.
Para pejabat AS memilih untuk berkoordinasi dengan Taliban setelah kelompok Islam itu menguasai Kabul bahkan sebelum penarikan pasukan Amerika dapat diselesaikan. Faktanya, Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS mengandalkan Taliban untuk mengamankan daerah di luar perimeter bandara Kabul, sebuah langkah yang diserang oleh para kritikus Biden setelah 13 tentara Amerika tewas dalam serangan bom ISIS-K.
Kerja sama pemerintahan Biden dengan Taliban memiliki hasil yang beragam. Misalnya, ketika pasukan keamanan Afghanistan yang dilatih Amerika mencair pada bulan Agustus, kepala Komando Pusat AS Jenderal Kenneth McKenzie dilaporkan bertemu dengan pemimpin Taliban Abdul Ghani Baradar di Qatar dan menuntut agar kelompok itu tetap berada di luar Kabul selama beberapa hari lagi sementara evakuasi Pentagon selesai. McKenzie mengancam akan meluncurkan serangan udara jika Taliban tidak mematuhinya, tetapi gerilyawan meluncur ke ibu kota pada hari berikutnya. Tidak ada serangan udara terhadap mereka, tetapi Taliban menahan diri untuk tidak mengganggu evakuasi AS.
Pengguna Twitter mengejek peringatan oleh Taliban ini, termasuk beberapa yang mengatakan kelompok itu tidak akan berani mengancam jika Trump masih memerintah.
"Tolong jangan ganggu amputasi anggota badan dan pemenggalan di depan umum," kicau seorang netizen. "Ini buruk untuk moral."
"Kami dengan jelas mengatakan kepada mereka bahwa mencoba untuk mengacaukan pemerintah di Afghanistan tidak baik untuk siapa pun," kata Muttaqi kepada kantor berita negara Afghanistan, Bakhtar, setelah pembicaraan di Doha.
“Hubungan baik dengan Afghanistan baik untuk semua orang. Tidak ada yang harus dilakukan untuk melemahkan pemerintah yang ada di Afghanistan yang dapat menimbulkan masalah bagi rakyat,” katanya, dalam sebuah rekaman pernyataan yang diterjemahkan oleh AFP seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (10/10/2021).
Muttaqi juga mengatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk terus menegakkan ketentuan perjanjian Doha 2020 yang dinegosiasikan oleh pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump. Kesepakatan itu mencakup persyaratan bahwa Taliban mengambil tindakan untuk mencegah kelompok teroris, seperti ISIS-K, melancarkan serangan ke AS dan sekutunya.
"Para pejabat AS juga setuju untuk membantu Afghanistan dengan mengirimkan vaksin COVID-19 dan bantuan kemanusiaan," ujar Muttaqi seperti disitir dari Russia Today.
Pernyataan Muttaqi muncul pada hari pertama dari dua hari pertemuan dengan tim AS yang dipimpin oleh Deputi Perwakilan Khusus Departemen Luar Negeri Tom West dan pejabat tinggi kemanusiaan USAID Sarah Charles.
Belum ada pernyataan dari pihak AS terkait pertemuan tersebut.
Kelompok garis keras Taliban kembali mendapatkan kekuasaan pada Agustus lalu ketika AS mengakhiri pendudukannya selama 20 tahun dengan penarikan yang mencakup pengangkutan penduduk asing dan warga Afghanistan yang kacau balau.
Para pejabat AS memilih untuk berkoordinasi dengan Taliban setelah kelompok Islam itu menguasai Kabul bahkan sebelum penarikan pasukan Amerika dapat diselesaikan. Faktanya, Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS mengandalkan Taliban untuk mengamankan daerah di luar perimeter bandara Kabul, sebuah langkah yang diserang oleh para kritikus Biden setelah 13 tentara Amerika tewas dalam serangan bom ISIS-K.
Kerja sama pemerintahan Biden dengan Taliban memiliki hasil yang beragam. Misalnya, ketika pasukan keamanan Afghanistan yang dilatih Amerika mencair pada bulan Agustus, kepala Komando Pusat AS Jenderal Kenneth McKenzie dilaporkan bertemu dengan pemimpin Taliban Abdul Ghani Baradar di Qatar dan menuntut agar kelompok itu tetap berada di luar Kabul selama beberapa hari lagi sementara evakuasi Pentagon selesai. McKenzie mengancam akan meluncurkan serangan udara jika Taliban tidak mematuhinya, tetapi gerilyawan meluncur ke ibu kota pada hari berikutnya. Tidak ada serangan udara terhadap mereka, tetapi Taliban menahan diri untuk tidak mengganggu evakuasi AS.
Pengguna Twitter mengejek peringatan oleh Taliban ini, termasuk beberapa yang mengatakan kelompok itu tidak akan berani mengancam jika Trump masih memerintah.
"Tolong jangan ganggu amputasi anggota badan dan pemenggalan di depan umum," kicau seorang netizen. "Ini buruk untuk moral."
(ian)