Korban Tewas Penembakan Massal di Kanada Naik Jadi 23 Orang
loading...
A
A
A
OTTAWA - Pihak kepolisian federal Kanada mengatakan korban tewas aksi penembakan massal di negara itu bertambah menjadi 23 orang. Ini adalah aksi penembakan massal terburuk dalam sejarah negara Amerika Utara tersebut.
Royal Canadian Mounted Police (RCMP) mengatakan mereka memperkirakan jumlah korban akan meningkat ketika mereka menyelidiki 16 tempat kejadian kejahatan yang merupakan bagian dari banyaknya pembunuhan, beberapa di antaranya termasuk rumah yang terbakar seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/4/2020).
Pelaku penembakan, yang pada satu titik menyamar sebagai perwira RCMP dan juga dengan susah payah menyamarkan mobilnya agar terlihat seperti mobil polisi, menghancurkan kedamaian masyarakat pedesaan di provinsi Atlantik Nova Scotia selama mengamuk 13 jam yang dimulai pada Sabtu malam, kata pihak berwenang pada hari Minggu.
Ia kemudian ditembak mati oleh polisi pada Minggu siang.
Pelaku penembakan massal, Gabriel Wortman (51), menyamar sebagai seorang polisi saat beraksi. Dia berprofesi sebagai dokter gigi.
Setelah membantai belasan orang, Wortman melarikan diri dan memicu perburuan besar-besaran oleh polisi selama 12 jam hingga Minggu pagi.
Polisi belum menentukan motif pembantaian massal oleh Gabriel Wortman. Namun, kesimpulan awal polisi menyebut bahwa penembakan massal tersebut tidak terkait dengan terorisme. Wortman juga tidak memiliki hubungan yang jelas dengan para korban.
Royal Canadian Mounted Police (RCMP) mengatakan mereka memperkirakan jumlah korban akan meningkat ketika mereka menyelidiki 16 tempat kejadian kejahatan yang merupakan bagian dari banyaknya pembunuhan, beberapa di antaranya termasuk rumah yang terbakar seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/4/2020).
Pelaku penembakan, yang pada satu titik menyamar sebagai perwira RCMP dan juga dengan susah payah menyamarkan mobilnya agar terlihat seperti mobil polisi, menghancurkan kedamaian masyarakat pedesaan di provinsi Atlantik Nova Scotia selama mengamuk 13 jam yang dimulai pada Sabtu malam, kata pihak berwenang pada hari Minggu.
Ia kemudian ditembak mati oleh polisi pada Minggu siang.
Pelaku penembakan massal, Gabriel Wortman (51), menyamar sebagai seorang polisi saat beraksi. Dia berprofesi sebagai dokter gigi.
Setelah membantai belasan orang, Wortman melarikan diri dan memicu perburuan besar-besaran oleh polisi selama 12 jam hingga Minggu pagi.
Polisi belum menentukan motif pembantaian massal oleh Gabriel Wortman. Namun, kesimpulan awal polisi menyebut bahwa penembakan massal tersebut tidak terkait dengan terorisme. Wortman juga tidak memiliki hubungan yang jelas dengan para korban.
(ber)