Xi Jinping Ingin Rebut Taiwan, Peringatkan Situasinya Suram
loading...
A
A
A
BEIJING - Xi Jinping , Presiden China , mengatakan perebutan terhadap Taiwan sudah tak terelakkan. Dia menggambarkan situasinya sudah suram.
Pemimpin rezim komunis China, pada hari Minggu, mendesak partai oposisi utama Taiwan untuk membantu apa yang dia sebut sebagai "penyatuan negara."
China memandang Taiwan yang demokratis dengan pemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayahnya dan bersumpah untuk merebutnya kembali suatu hari nanti, bahkan dengan paksa jika perlu.
Xi Jinping telah menjadi pemimpin yang paling suka berperang sejak Mao Zedong. Dia kerap menyerukan tentara China untuk siaga berperang.
Dalam surat ucapan selamat kepada Eric Chu—pemimpin baru terpilih dari partai Kuomintang (KMT) yang bersahabat dengan Beijing—Xi mengatakan Partai Komunis China dan KMT harus berkolaborasi di bawah “dasar politik bersama".
“Di masa lalu, kedua pihak kami bersikeras pada ‘konsensus 1992’ dan menentang ‘kemerdekaan Taiwan’...untuk mempromosikan perkembangan damai dalam hubungan lintas selat,” kata Xi dalam surat yang dirilis oleh KMT, seperti dilansir AFP, Senin (27/9/2021).
“Saat ini situasi di Selat Taiwan rumit dan suram,” katanya, mendesak para pihak untuk bersama-sama mencari perdamaian dan “penyatuan negara".
Hubungan antara Taiwan dan China meningkat tajam di bawah mantan presiden KMT Ma Ying-jeou antara 2008 dan 2016, yang berpuncak pada pertemuan penting antara Xi dan dia di Singapura pada 2015.
KMT telah menghindari friksi dengan China dengan menerima apa yang disebut konsensus 1992—sebuah perjanjian diam-diam bahwa hanya ada "satu China" tanpa menentukan apakah Beijing atau Taipei adalah perwakilan yang sah.
Sebagai tanggapan, Chu mengatakan dalam sebuah surat kepada Xi bahwa kedua belah pihak harus “mencari kesamaan dan menghormati perbedaan mereka” untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Beijing telah meningkatkan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi terhadap Taiwan sejak terpilihnya kembali Presiden Tsai Ing-wen dalam pemilu 2016. Tsai memandang pulau itu sebagai negara berdaulat dan bukan bagian dari "satu China."
Tahun lalu, jet-jet tempur militer China membuat rekor 380 serbuan ke zona pertahanan Taiwan, dengan beberapa analis memperingatkan bahwa ketegangan antara kedua belah pihak berada pada level tertinggi sejak pertengahan 1990-an.
Pada hari Kamis, China menerbangkan 24 pesawat tempur termasuk dua pengebom berkemampuan nuklir ke zona pertahanan udara Taiwan, serangan terbesar dalam beberapa minggu. Manuver itu terjadi setelah Beijing menyuarakan penentangannya terhadap Taipei yang bergabung dengan kesepakatan perdagangan trans-Pasifik utama.
Pemimpin rezim komunis China, pada hari Minggu, mendesak partai oposisi utama Taiwan untuk membantu apa yang dia sebut sebagai "penyatuan negara."
China memandang Taiwan yang demokratis dengan pemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayahnya dan bersumpah untuk merebutnya kembali suatu hari nanti, bahkan dengan paksa jika perlu.
Xi Jinping telah menjadi pemimpin yang paling suka berperang sejak Mao Zedong. Dia kerap menyerukan tentara China untuk siaga berperang.
Dalam surat ucapan selamat kepada Eric Chu—pemimpin baru terpilih dari partai Kuomintang (KMT) yang bersahabat dengan Beijing—Xi mengatakan Partai Komunis China dan KMT harus berkolaborasi di bawah “dasar politik bersama".
“Di masa lalu, kedua pihak kami bersikeras pada ‘konsensus 1992’ dan menentang ‘kemerdekaan Taiwan’...untuk mempromosikan perkembangan damai dalam hubungan lintas selat,” kata Xi dalam surat yang dirilis oleh KMT, seperti dilansir AFP, Senin (27/9/2021).
“Saat ini situasi di Selat Taiwan rumit dan suram,” katanya, mendesak para pihak untuk bersama-sama mencari perdamaian dan “penyatuan negara".
Hubungan antara Taiwan dan China meningkat tajam di bawah mantan presiden KMT Ma Ying-jeou antara 2008 dan 2016, yang berpuncak pada pertemuan penting antara Xi dan dia di Singapura pada 2015.
KMT telah menghindari friksi dengan China dengan menerima apa yang disebut konsensus 1992—sebuah perjanjian diam-diam bahwa hanya ada "satu China" tanpa menentukan apakah Beijing atau Taipei adalah perwakilan yang sah.
Sebagai tanggapan, Chu mengatakan dalam sebuah surat kepada Xi bahwa kedua belah pihak harus “mencari kesamaan dan menghormati perbedaan mereka” untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Beijing telah meningkatkan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi terhadap Taiwan sejak terpilihnya kembali Presiden Tsai Ing-wen dalam pemilu 2016. Tsai memandang pulau itu sebagai negara berdaulat dan bukan bagian dari "satu China."
Tahun lalu, jet-jet tempur militer China membuat rekor 380 serbuan ke zona pertahanan Taiwan, dengan beberapa analis memperingatkan bahwa ketegangan antara kedua belah pihak berada pada level tertinggi sejak pertengahan 1990-an.
Pada hari Kamis, China menerbangkan 24 pesawat tempur termasuk dua pengebom berkemampuan nuklir ke zona pertahanan udara Taiwan, serangan terbesar dalam beberapa minggu. Manuver itu terjadi setelah Beijing menyuarakan penentangannya terhadap Taipei yang bergabung dengan kesepakatan perdagangan trans-Pasifik utama.
(min)