Presiden Ukraina Sebut PBB Pensiunan Superhero
loading...
A
A
A
NEW YORK - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerupai "pensiunan pahlawan super" yang telah kehilanganvisinya yang dulu. Ia lantas menyebut berbagai kegagalan PBB di berbagai bidang mulai dari berbagi vaksin virus Corona hingga menghentikan perubahan iklim sampai menghentikan aneksasi Rusia atas sebagian negaranya.
Dia pun melayangkan proposal agar PBB menuju ke hotspot global untuk mengadakan pertemuannya dan menawarkan diri menjadi tuan rumah.
“Saya tidak ironis. Saya tidak mengolok-olok siapa pun,” katanya. “Sudah waktunya untuk bangun,” serunya seperti dikutip dari AP, Kamis (23/9/2021).
Seorang politiku pemula ketika terpilih pada 2019, presiden berusia 43 tahun itu berpidato di pertemuan tahunan terbesar diplomasi global untuk ketiga kalinya. Penampilan pertamanya, pada 2019, penuh dengan badai politik AS melalui panggilan telepon antara dirinya dengan Presiden AS saat itu Donald Trump. Trump akhirnya dimakzulkan atas panggilan telepon itu, di mana dia mendorong Zelenskyy untuk menyelidiki Presiden saat ini Joe Biden dan putranya Hunter.
Ketika pertemuan Sidang Umum 2020 digelar secara virtual karena pandemi, Zelenskyy menyatakan harapan bahwa pertemuan itu akan mengantar kembalinya ke multilateralisme yang efektif dan solidaritas internasional yang efektif.
Setahun kemudian, Zelenskyy yang frustrasi menyimpulkan pandemi telah menunjukkan bahwa dunia telah “bermain persatuan — di mana satu hal adalah untuk berbagi tujuan dan hal lain adalah untuk berbagi vaksin.”
Persatuan tampaknya memiliki catatan kaki, kata presiden sebuah negara di mana sekitar 12% orang divaksinasi.
“Kita semua berada dalam satu perahu, tetapi akses ke sekoci diberikan terlebih dahulu kepada penumpang kelas satu,” celanya.
Zelenskyy kemudian mendesak dunia untuk meningkatkan tantangan yang lebih efektif terhadap pencaplokan Rusia atas semenanjung Crimea tahun 2014, sebuah langkah yang digambarkan Moskow sebagai melindungi orang-orang berbahasa Rusia di sana. Pertempuran berikutnya antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia telah menewaskan lebih dari 14.000 orang, dan upaya untuk merundingkan penyelesaian politik terhenti.
“Mungkin di suatu tempat di Central Park atau Madison Square Garden, suara tembakan itu tidak terdengar sekeras itu,” kata Zelenskyy, merujuk pada landmark dekat markas besar PBB di New York. Dewan Keamanan PBB yang kuat, di mana Rusia memiliki hak veto, tidak pernah mampu untuk mengambil tindakan di Ukraina.
"Tidak ada yang merasa aman lagi di dunia ini," kata Zelenskyy, memperingatkan agar tidak membiarkan kepentingan nasional meledakkan hubungan internasional dan hanya meninggalkan "aturan kekerasan."
Juga, katanya, dunia tidak secara bermakna menangani masalah yang melintasi banyak garis nasional: perubahan iklim, kelaparan, kemiskinan, buta huruf, polusi udara, kurangnya akses ke air minum, dan banyak lagi.
"Setiap kali para pemimpin berkumpul untuk majelis, seolah-olah kami memilih untuk memberikan semacam hadiah ‘Kemalangan Global Tahun Ini’,” hanya untuk digantikan oleh yang lain," katanya.
"Dunia hanya membuang semua kemalangan itu ke dalam tas besar, dan sekarang sudah merobek jahitannya," keluh Zelinskyy.
“PBB seperti pensiunan pahlawan super yang sudah lama lupa betapa hebatnya mereka dulu,” cetusnya.
Tapi dia melanjutkan dengan menyebutkan alasan untuk diingat. Dia menunjuk upaya PBB seperti tonggak Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948, program pangan, misi penjaga perdamaian dan UNICEF, badan yang membantu anak-anak di lebih dari 190 negara dan wilayah.
“Itu adalah aset kami yang paling berharga,” kata Zelenskyy. “Dan itulah mengapa tidak akan pernah dangkal atau ketinggalan zaman untuk menyerukan persatuan demi mereka,” tukasnya.
Dia pun melayangkan proposal agar PBB menuju ke hotspot global untuk mengadakan pertemuannya dan menawarkan diri menjadi tuan rumah.
“Saya tidak ironis. Saya tidak mengolok-olok siapa pun,” katanya. “Sudah waktunya untuk bangun,” serunya seperti dikutip dari AP, Kamis (23/9/2021).
Seorang politiku pemula ketika terpilih pada 2019, presiden berusia 43 tahun itu berpidato di pertemuan tahunan terbesar diplomasi global untuk ketiga kalinya. Penampilan pertamanya, pada 2019, penuh dengan badai politik AS melalui panggilan telepon antara dirinya dengan Presiden AS saat itu Donald Trump. Trump akhirnya dimakzulkan atas panggilan telepon itu, di mana dia mendorong Zelenskyy untuk menyelidiki Presiden saat ini Joe Biden dan putranya Hunter.
Ketika pertemuan Sidang Umum 2020 digelar secara virtual karena pandemi, Zelenskyy menyatakan harapan bahwa pertemuan itu akan mengantar kembalinya ke multilateralisme yang efektif dan solidaritas internasional yang efektif.
Setahun kemudian, Zelenskyy yang frustrasi menyimpulkan pandemi telah menunjukkan bahwa dunia telah “bermain persatuan — di mana satu hal adalah untuk berbagi tujuan dan hal lain adalah untuk berbagi vaksin.”
Persatuan tampaknya memiliki catatan kaki, kata presiden sebuah negara di mana sekitar 12% orang divaksinasi.
“Kita semua berada dalam satu perahu, tetapi akses ke sekoci diberikan terlebih dahulu kepada penumpang kelas satu,” celanya.
Zelenskyy kemudian mendesak dunia untuk meningkatkan tantangan yang lebih efektif terhadap pencaplokan Rusia atas semenanjung Crimea tahun 2014, sebuah langkah yang digambarkan Moskow sebagai melindungi orang-orang berbahasa Rusia di sana. Pertempuran berikutnya antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia telah menewaskan lebih dari 14.000 orang, dan upaya untuk merundingkan penyelesaian politik terhenti.
“Mungkin di suatu tempat di Central Park atau Madison Square Garden, suara tembakan itu tidak terdengar sekeras itu,” kata Zelenskyy, merujuk pada landmark dekat markas besar PBB di New York. Dewan Keamanan PBB yang kuat, di mana Rusia memiliki hak veto, tidak pernah mampu untuk mengambil tindakan di Ukraina.
"Tidak ada yang merasa aman lagi di dunia ini," kata Zelenskyy, memperingatkan agar tidak membiarkan kepentingan nasional meledakkan hubungan internasional dan hanya meninggalkan "aturan kekerasan."
Juga, katanya, dunia tidak secara bermakna menangani masalah yang melintasi banyak garis nasional: perubahan iklim, kelaparan, kemiskinan, buta huruf, polusi udara, kurangnya akses ke air minum, dan banyak lagi.
"Setiap kali para pemimpin berkumpul untuk majelis, seolah-olah kami memilih untuk memberikan semacam hadiah ‘Kemalangan Global Tahun Ini’,” hanya untuk digantikan oleh yang lain," katanya.
"Dunia hanya membuang semua kemalangan itu ke dalam tas besar, dan sekarang sudah merobek jahitannya," keluh Zelinskyy.
“PBB seperti pensiunan pahlawan super yang sudah lama lupa betapa hebatnya mereka dulu,” cetusnya.
Tapi dia melanjutkan dengan menyebutkan alasan untuk diingat. Dia menunjuk upaya PBB seperti tonggak Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948, program pangan, misi penjaga perdamaian dan UNICEF, badan yang membantu anak-anak di lebih dari 190 negara dan wilayah.
“Itu adalah aset kami yang paling berharga,” kata Zelenskyy. “Dan itulah mengapa tidak akan pernah dangkal atau ketinggalan zaman untuk menyerukan persatuan demi mereka,” tukasnya.
(ian)