AS Kembali Ajak Korea Utara Duduk Satu Meja
loading...
A
A
A
TOKYO - Amerika Serikat (AS)kembalimenyerukan Korea Utara (Korut) untuk berdialogguna menyelesaikan semua permasalahan. Washington mengatakan tidak memiliki niat bermusuhan dengan Pyongyang.
Berbicara pada pertemuan puncak utusan nuklir Korea Selatan (Korsel), Jepang dan AS yang diadakan di Tokyo, utusan khusus Washington untuk Korut, Sung Kim, mengatakan negaranya ingin menyelesaikan semua masalah dengan Korea Utara melalui negosiasi.
"Seperti yang telah kami jelaskan berulang kali, Amerika Serikat tidak memiliki niat bermusuhan dengan DPRK," kata Sung Kim menggunakan akronim dari nama resmi Korut Republik Demokratik Rakyat Korea.
Dia memperbarui seruannya kepada Korut untuk kembali berdialog, sambil mencatat bahwa perkembangan terakhir di negara itu berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya kerja sama yang erat antara AS dan sekutunya.
Negosiator nuklir Korsel Noh Kyu-duk dan rekannya dari Jepang Takehiro Funakoshi juga menghadiri pertemuan tersebut.
Pertemuan itu diadakan setelah Korut mengumumkan mereka telah melakukan uji coba rudal jelajah jarak jauh jenis baru selama akhir pekan.
"Kami berharap DPRK akan menanggapi secara positif berbagai tawaran kami untuk bertemu tanpa prasyarat," kata utusan AS itu, seraya menambahkan bahwa Washington juga akan terus menerapkan sepenuhnya semua resolusi Dewan Keamanan PBB seperti dikutip dari Anadolu, Selasa (14/9/2021).
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Kantor Berita Pusat Korea mengatakan bahwa Akademi Ilmu Pertahanan negara itu berhasil melakukan uji coba rudal jelajah jarak jauh jenis baru pada hari Sabtu dan Minggu.
“Rudal jelajah jarak jauh yang diluncurkan menempuh perjalanan selama 7.580 detik (126 menit) di sepanjang orbit penerbangan oval dan pola-8 di udara di atas wilayah daratan dan perairan DPRK dan mencapai target 1.500 km jauhnya,” bunyi pernyataan itu.
Uji coba rudal terbaru ini terjadi setelah latihan militer gabungan AS-Korsel bulan lalu yang ditentang oleh Pyongyang , yang menyebutnya sebagai ancaman keamanan.
Latihan militer bersama itu dilakukan sebulan setelah Korut dan Korsel memulihkan jalur komunikasi lintas batas yang terputus oleh Pyongyang pada Juni tahun lalu.
Korut memutuskan komunikasi dengan Korsel dan juga meledakkan kantor penghubung antar-Korea di sepanjang perbatasan pada Juni 2020.
Sebelumnya pada bulan Januari, hanya beberapa jam setelah Presiden AS Joe Biden menjabat, Pyongyang melakukan uji coba rudal jelajah sementara kemudian pada bulan Maret Korut kembali menguji rudal balistik jarak pendek taktis baru.
Bereaksi terhadap langkah Korut, Biden memperingatkan akan ada "tanggapan" jika Pyongyang melanjutkan eskalasi seperti itu.
Korut pun merespons dengan mengatakan Washington mungkin menghadapi kejadian yang tidak diinginkan jika melanjutkan provokasi dan permusuhan terhadap Pyongyang.
Berbicara pada pertemuan puncak utusan nuklir Korea Selatan (Korsel), Jepang dan AS yang diadakan di Tokyo, utusan khusus Washington untuk Korut, Sung Kim, mengatakan negaranya ingin menyelesaikan semua masalah dengan Korea Utara melalui negosiasi.
"Seperti yang telah kami jelaskan berulang kali, Amerika Serikat tidak memiliki niat bermusuhan dengan DPRK," kata Sung Kim menggunakan akronim dari nama resmi Korut Republik Demokratik Rakyat Korea.
Dia memperbarui seruannya kepada Korut untuk kembali berdialog, sambil mencatat bahwa perkembangan terakhir di negara itu berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya kerja sama yang erat antara AS dan sekutunya.
Negosiator nuklir Korsel Noh Kyu-duk dan rekannya dari Jepang Takehiro Funakoshi juga menghadiri pertemuan tersebut.
Pertemuan itu diadakan setelah Korut mengumumkan mereka telah melakukan uji coba rudal jelajah jarak jauh jenis baru selama akhir pekan.
"Kami berharap DPRK akan menanggapi secara positif berbagai tawaran kami untuk bertemu tanpa prasyarat," kata utusan AS itu, seraya menambahkan bahwa Washington juga akan terus menerapkan sepenuhnya semua resolusi Dewan Keamanan PBB seperti dikutip dari Anadolu, Selasa (14/9/2021).
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Kantor Berita Pusat Korea mengatakan bahwa Akademi Ilmu Pertahanan negara itu berhasil melakukan uji coba rudal jelajah jarak jauh jenis baru pada hari Sabtu dan Minggu.
“Rudal jelajah jarak jauh yang diluncurkan menempuh perjalanan selama 7.580 detik (126 menit) di sepanjang orbit penerbangan oval dan pola-8 di udara di atas wilayah daratan dan perairan DPRK dan mencapai target 1.500 km jauhnya,” bunyi pernyataan itu.
Uji coba rudal terbaru ini terjadi setelah latihan militer gabungan AS-Korsel bulan lalu yang ditentang oleh Pyongyang , yang menyebutnya sebagai ancaman keamanan.
Latihan militer bersama itu dilakukan sebulan setelah Korut dan Korsel memulihkan jalur komunikasi lintas batas yang terputus oleh Pyongyang pada Juni tahun lalu.
Korut memutuskan komunikasi dengan Korsel dan juga meledakkan kantor penghubung antar-Korea di sepanjang perbatasan pada Juni 2020.
Sebelumnya pada bulan Januari, hanya beberapa jam setelah Presiden AS Joe Biden menjabat, Pyongyang melakukan uji coba rudal jelajah sementara kemudian pada bulan Maret Korut kembali menguji rudal balistik jarak pendek taktis baru.
Bereaksi terhadap langkah Korut, Biden memperingatkan akan ada "tanggapan" jika Pyongyang melanjutkan eskalasi seperti itu.
Korut pun merespons dengan mengatakan Washington mungkin menghadapi kejadian yang tidak diinginkan jika melanjutkan provokasi dan permusuhan terhadap Pyongyang.
(ian)