Lagi, Perempuan Afghanistan Turun ke Jalan Tuntut Persamaan Hak

Jum'at, 03 September 2021 - 22:32 WIB
loading...
A A A
"Saya ingin mengatakan bahwa saya terpaksa tinggal di rumah karena kejahatan menjadi siswa 20 tahun yang lalu," kata Haidari dalam rekaman yang dikumpulkan oleh agensi.

"Dan sekarang 20 tahun kemudian, untuk kejahatan menjadi guru dan perempuan," sambungnya.

Protes datang di tengah meningkatnya kekhawatiran atas keamanan di bawah pemerintahan Taliban. Seorang aktivis Afghanistan terkemuka mengatakan dia tidak ambil bagian dalam demonstrasi Herat karena ancaman langsung. Dia berbicara kepada CNN dengan syarat anonim, takut bahkan mengungkapkan minat dalam demonstrasi dapat membuatnya mendapat pembalasan.

Bulan lalu, juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan perempuan tidak boleh pergi bekerja untuk keselamatan mereka sendiri, merusak upaya kelompok itu untuk meyakinkan pengamat internasional bahwa kelompok itu akan lebih toleran terhadap perempuan daripada ketika mereka terakhir kali berkuasa.



Mujahid mengatakan panduan untuk tinggal di rumah akan bersifat sementara, dan akan memungkinkan kelompok tersebut menemukan cara untuk memastikan bahwa perempuan tidak diperlakukan dengan cara yang tidak sopan atau "Tuhan melarang, disakiti." Dia mengakui tindakan itu diperlukan karena tentara Taliban terus berubah dan tidak terlati.

Kekhawatiran tentang nasib perempuan mendorong Bank Dunia mengumumkan pada hari yang sama bahwa mereka menghentikan bantuan keuangan ke negara yang kekurangan uang itu.

Pada bulan-bulan awal kebangkitan Taliban di Afghanistan, perempuan semakin terisolasi dari masyarakat dan menjadi sasaran pelecehan dan serangan - termasuk pembunuhan tingkat tinggi terhadap tiga jurnalis perempuan pada bulan Maret.

Pada awal Juli, gerilyawan masuk ke kantor Azizi Bank di selatan kota Kandahar dan memerintahkan sembilan perempuan yang bekerja di sana untuk pergi, lapor Reuters. Teller bank perempuan diberitahu bahwa kerabat laki-laki akan menggantikan mereka.

Pashtana Durrani, pendiri dan direktur eksekutif Learn, sebuah lembaga nirlaba yang berfokus pada pendidikan dan hak-hak perempuan, mengatakan bulan lalu bahwa dia telah kehabisan air mata untuk negaranya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2293 seconds (0.1#10.140)