Negara Termuda di Dunia, Miskin dan Dilanda Kelaparan

Rabu, 01 September 2021 - 10:44 WIB
loading...
Negara Termuda di Dunia, Miskin dan Dilanda Kelaparan
Rakyat Sudan Selatan mengibarkan bendera nasional mereka. Sudan Selatan adalah negara termuda di dunia, tapi juga menjadi salah satu negara termiskin. Foto/REUTERS
A A A
JUBA - Negara termuda di dunia adalah Sudan Selatan . Mendapat pengakuan resmi pada tahun 2011 atau tepatnya berdiri 9 Juli 2011, Sudan Selatan kini menjadi salah negara termiskin di dunia yang dilanda kelaparan.

Menurut data Bank Dunia, populasi negara di Afrika ini sekitar 11 juta jiwa. Nama resmi negara tersebut adalah Republik Sudan Selatan dengan Presiden Salva Kiir Mayardit sebagai pemimpinnya.



Mengutip laporan Borgen Project, Republik Sudan Selatan lahir dari perang saudara dan konflik yang mengerikan.

Sembilan tahun pertama keberadaannya, Sudan Selatan telah menghadirkan banyak masalah kemanusiaan. Kelaparan yang meluas, air yang tidak bersih, infrastruktur yang runtuh, dan pendidikan yang kekurangan dana melanda negara tersebut.

Rentetan masalah itu, terutama kemiskinan, menjadi tantangan besar bagi negara termuda di dunia tersebut. Sebab, negara baru yang ingin tumbuh menjadi negara makmur harus mengatasi kemiskinan yang meluas dan masalah-masalah yang menyertainya.

Sejarah Sudan Selatan

Sudan Selatan adalah negara terbaru di dunia. Tetangganya, Sudan, sebelumnya menguasai tanah dan kehidupan mereka yang tinggal di sana, tetapi referendum publik berakhir pada tahun 2011.

Hasil referendum itulah yang melahirkan Republik Sudan Selatan dan pada tahun yang sama bergabung dengan PBB dan Uni Afrika.

Kekerasan dari pemberontakan yang dipimpin milisi pecah di seluruh wilayah karena banyak yang melihat munculnya negara baru sebagai peluang untuk mendapatkan kekuasaan. Selain itu, Sudan Selatan memiliki banyak rig minyak Sudan, sehingga mengendalikan sebagian besar peluang ekonomi di kawasan tersebut.

Hanya memiliki sedikit sumber daya, Republik Sudan Selatan kesulitan mengendalikan ladang minyak untuk memberikan keuntungan strategis.



Pada tahun 2013, ketegangan memuncak menjadi perang saudara skala penuh yang merenggut nyawa puluhan ribu orang Sudan Selatan dan membuat 4 juta orang mengungsi. Kekerasan terkait masalah ini tidak berakhir hingga 2018, lebih dari lima tahun setelah konflik pecah.

Kondisi Negara Termuda di Dunia

Perang saudara di Sudan Selatan merusak sistem yang sudah melemah dan telah menciptakan salah satu situasi kemiskinan terburuk.

Saat ini, sekitar 82 persen dari mereka yang tinggal di negara termuda di dunia itu hidup di bawah garis kemiskinan. Karena panen yang buruk baru-baru ini, Oxfam memperkirakan bahwa lebih dari 7 juta orang Sudan Selatan berada dalam bahaya kelaparan.
Parahnya, ekonomi negara termuda di dunia ini hampir seluruhnya bergantung pada ekspor minyak mentah, dan stabilitas keuangannya tidak ada kepastian.

Menurut Bank Dunia, Sudan Selatan mengalami pertumbuhan PDB sebesar 3,2% pada tahun 2019. Lantaran pandemi COVID-19 global, PDB-nya menyusut 4,3% setelah tahun 2020, kehilangan lebih banyak dari yang diperoleh pada tahun sebelumnya.

Sepertiga penduduknya telantar karena perang saudara. Lebih dari separuh penduduk berjuang untuk makan dan ekonomi nasional menyusut. Sudan Selatan yang sudah berada dalam bahaya menjadi wilayah yang dikategorikan dilanda kemiskinan yang sangat besar.

Bantuan

Kondisi mengerikan yang dilanda negara termuda di dunia ini, badan-badan bantuan kemanusiaan terkemuka sebenarnya telah turun tangan. Action Against Hunger, misalnya, telah membantu memberi makan lebih dari 500.000 orang Sudan Selatan pada tahun 2019.

Dengan lebih dari 300 anggota tim yang hadir di negara tersebut, Action Against Hunger memperluas jangkauannya setiap tahun sampai Sudan Selatan sekali lagi dapat mempertahankan panen yang berkelanjutan.

Untuk membantu anak-anak di Sudan Selatan tetap bersekolah, USAID telah menyediakan dana khusus hanya untuk pendidikan. Sejak perang saudara pecah, USAID telah secara aktif membantu lebih dari setengah juta siswa mengakses sekolah yang sangat dibutuhkan untuk memutus lingkaran kemiskinan.

Untuk membantu membawa listrik ke Sudan Selatan, Bank Pembangunan Afrika melangkah untuk mewujudkannya. Hampir 99% orang di Sudan Selatan hidup tanpa listrik. Proyek jaringan listrik Bank Pembangunan Afrika baru-baru ini menerima pinjaman USD14,6 juta untuk membantu memulainya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1841 seconds (0.1#10.140)