Tragis, Bermimpi Hidup di Amerika, Eks Prajurit Afghanistan Tewas dalam Serangan Udara AS
loading...
A
A
A
KABUL - Setelah mengabdi hampir 10 tahun menjadi tentara Afghanistan dan bertempur bersama pasukan khusus Amerika Serikat (AS), Naser Nejrabi (29) memutuskan untuk datang ke Kabul dari Kandahar tiga hari sebelum Taliban mengambil alih Ibu Kota Afghanistan itu.
Mirip dengan ribuan orang Afghanistan yang mempertaruhkan hidup mereka mencoba mengejar penerbangan evakuasi ke luar negeri, Naser berpikir dia akan memiliki kesempatan untuk masa depan yang lebih cerah di Amerika Serikat setelah melayani kampanye militer Amerika di negara itu selama bertahun-tahun.
Sayangnya, impian Naser untuk pindah ke AS dan membangun kehidupan baru bersama tunangannya berakhir dengan tiba-tiba dan tragis. Pada 29 Agustus, serangan udara Amerika menghantam sebuah mobil di halaman rumahnya yang menewaskan dia dan setidaknya sembilan warga sipil lainnya termasuk anak-anak.
"Saya sedang shalat di rumah ketika saya mendengar berita itu. Saya tidak percaya itu benar. Bagaimana mereka bisa membunuh mereka?" kata adik Naser, Nasir Nejrabi, kepada Sputnik dalam sebuah wawancara.
Nasir mengatakan dia mengetahui berita buruk tentang kematian saudaranya pada 29 Agustus ketika bibinya meneleponnya.
"Saudara laki-laki saya telah tiba di Kabul tiga hari sebelum kota itu diambil alih oleh Taliban, dan tinggal di tempat pamannya," tutur Nasir seperti dikutip dari kantor berita yang berbasis di Rusia itu.
Menurut Nasir, saudara laki-lakinya sedang bersama keluarganya di halaman ketika serangan udara AS menghantam sebuah mobil, menewaskan sedikitnya delapan anak dan dua orang muda, termasuk Naser.
"Empat anak di dalam mobil, yang lain di luar. Mereka yang meninggal adalah anak paman saya," ungkap Nasir.
Militer AS mengatakan serangan udara terhadap sebuah kendaraan di Kabul pada 29 Agustus lalu dilakukan untuk menghilangkan ancaman dari kelompok teroris ISIS-K terhadap Bandara Internasional Hamid Karzai.
Kelompok ISIS-K mengklaim berada di balik pemboman di bandara Kabul pada 26 Agustus lalu yang menewaskan lebih dari 170 warga sipil dan 13 anggota militer AS.
Mirip dengan ribuan orang Afghanistan yang mempertaruhkan hidup mereka mencoba mengejar penerbangan evakuasi ke luar negeri, Naser berpikir dia akan memiliki kesempatan untuk masa depan yang lebih cerah di Amerika Serikat setelah melayani kampanye militer Amerika di negara itu selama bertahun-tahun.
Sayangnya, impian Naser untuk pindah ke AS dan membangun kehidupan baru bersama tunangannya berakhir dengan tiba-tiba dan tragis. Pada 29 Agustus, serangan udara Amerika menghantam sebuah mobil di halaman rumahnya yang menewaskan dia dan setidaknya sembilan warga sipil lainnya termasuk anak-anak.
"Saya sedang shalat di rumah ketika saya mendengar berita itu. Saya tidak percaya itu benar. Bagaimana mereka bisa membunuh mereka?" kata adik Naser, Nasir Nejrabi, kepada Sputnik dalam sebuah wawancara.
Nasir mengatakan dia mengetahui berita buruk tentang kematian saudaranya pada 29 Agustus ketika bibinya meneleponnya.
"Saudara laki-laki saya telah tiba di Kabul tiga hari sebelum kota itu diambil alih oleh Taliban, dan tinggal di tempat pamannya," tutur Nasir seperti dikutip dari kantor berita yang berbasis di Rusia itu.
Menurut Nasir, saudara laki-lakinya sedang bersama keluarganya di halaman ketika serangan udara AS menghantam sebuah mobil, menewaskan sedikitnya delapan anak dan dua orang muda, termasuk Naser.
"Empat anak di dalam mobil, yang lain di luar. Mereka yang meninggal adalah anak paman saya," ungkap Nasir.
Militer AS mengatakan serangan udara terhadap sebuah kendaraan di Kabul pada 29 Agustus lalu dilakukan untuk menghilangkan ancaman dari kelompok teroris ISIS-K terhadap Bandara Internasional Hamid Karzai.
Kelompok ISIS-K mengklaim berada di balik pemboman di bandara Kabul pada 26 Agustus lalu yang menewaskan lebih dari 170 warga sipil dan 13 anggota militer AS.