Bensin Langka Picu Bentrok Antar-Komunitas Agama di Lebanon

Selasa, 31 Agustus 2021 - 14:34 WIB
loading...
Bensin Langka Picu Bentrok...
Kelangkaan bensin dan solar di Lebanon telah memicu bentrok sektarian selama akhir pekan lalu. Foto/REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo
A A A
BEIRUT - Kelangkaan bensin telah memicu bentrok sektarian antara komunitas Muslim Syiah dan Kristen di sebuah wilayah di Lebanon . Ketegangan yang terjadi selama akhir pekan lalu itu memaksa tentara militer campur tangan.

Selain bensin, bahan bakar solar juga mengalami kelangkaan di negara tersebut. Kondisi itu telah memicu kekhawatiran bahwa kekacauan akan pecah setelah dua tahun Lebanon dilanda krisis keuangan.



Sejumlah sumber yang dikutip Reuters mengatakan sekitar enam orang terluka dalam perselisihan yang melibatkan desa Maghdouche (desa komunitas Kristen) dan desa Ankoun (desa komunitas Muslim Syiah).

Insiden itu terungkap ketika seorang warga Maghdouche mengajukan keluhan kepada polisi setelah terluka dalam perselisihan tentang bahan bakar pada hari Jumat dan polisi mengunjungi Ankoun untuk menyelidiki.

Namun, penduduk desa Ankoun memblokir jalan dan membakar pohon. Hal itu membuat pasukan militer Lebanon dikerahkan.

Situasi mulai tenang pada hari Senin (30/8/2021).

Gerakan Amal Syiah, yang dipimpin oleh Ketua Parlemen Nabih Berri, mengutuk kekerasan sektarian tersebut. "Itu tidak ada hubungannya dalam bentuk apa pun dengan apa yang terjadi di Maghdouche," katanya di media sosial, yang menyangkal keterlibatanya.



Krisis keuangan telah membuat mata uang negara itu jatuh lebih dari 90 persen dalam dua tahun dan memaksa lebih dari setengah populasi jatuh miskin. Krisis itu memasuki fase baru bulan ini karena kekurangan bahan bakar membuat sebagian besar aktivitas publik Lebanon terhenti.

Ulama Muslim Sunni paling senior di negara itu, Mufti Agung Sheikh Abdul Latif Derian, mengatakan pada hari Jumat bahwa Lebanon sedang menuju keruntuhan total kecuali tindakan diambil untuk memperbaiki krisis tersebut.

Krisis keuangan telah diperparah oleh kelumpuhan politik, yakni negara tersebut tidak memiliki pemerintahan sejak yang terakhir mengundurkan diri setelah ledakan hebat di pelabuhan Beirut tahun lalu.

Perdana Menteri yang ditunjuk Najib Mikati, orang ketiga yang berusaha membentuk kabinet sejak yang terakhir mengundurkan diri, mengatakan pada hari Jumat ada rintangan besar yang memperumit proses tersebut.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1956 seconds (0.1#10.140)