Taliban Rayakan Kemenangan Perang saat Pesawat Terakhir AS Hengkang

Selasa, 31 Agustus 2021 - 07:38 WIB
loading...
Taliban Rayakan Kemenangan...
Kelompok Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan. Kelompok ini merayakan kemenangan perang saat pesawat angkut militer terakhir AS hengkang dari Afghanistan. Foto/BBC
A A A
KABUL - Kelompok Taliban merayakan kemenangan perang saat menyaksikan pesawat angkut militer terakhir Amerika Serikat (AS) hengkang dari Afghanistan pada Senin tengah malam.

Kelompok yang kini berkuasa di Afghanistan itu menembakkan senapan-senapan mereka ke udara. Mereka merayakan kemenangan setelah perang hampir 20 tahun yang mereka sebut untuk mengusir militer paling kuat di dunia.



"Lima pesawat terakhir telah pergi, sudah berakhir!" kata Hemad Sherzad, seorang milisi Taliban yang ditempatkan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, seperti dikutip AP, Selasa (31/8/2021).

“Saya tidak bisa mengungkapkan kebahagiaan saya dengan kata-kata. ...Pengorbanan kami selama [hampir] 20 tahun berhasil.”

Di Washington, komandan Komando Pusat (CENTCOM) AS Jenderal Frank McKenzie mengumumkan selesainya perang terpanjang Amerika dan upaya evakuasi, dengan mengatakan pesawat terakhir lepas landas dari bandara Kabul pada pukul 15.29 waktu Pantai Timur AS atau satu menit sebelum tengah malam hari Senin di Kabul.

Sang jenderal mengakui Amerika tak bisa mengevakuasi semua orang. "Kami tidak mengeluarkan semua orang yang kami inginkan," katanya.

Dengan hengkangnya pasukan terakhirnya, AS mengakhiri perang hampir 20 tahun dan Taliban kembali berkuasa di Afghanistan.
Banyak warga Afghanistan tetap takut akan kekuasaan kelompok itu atau ketidakstabilan lebih lanjut, dan ada laporan sporadis tentang pembunuhan dan pelanggaran lainnya di daerah-daerah di bawah kendali Taliban meskipun kelompok itu berjanji untuk memulihkan perdamaian dan keamanan.

"Tentara Amerika meninggalkan bandara Kabul, dan negara kita mendapatkan kemerdekaan penuhnya," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pada Selasa pagi.

AS dan sekutunya menginvasi Afghanistan tak lama setelah serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat, yang menurut Amerika didalangi oleh al-Qaida saat berlindung di bawah kekuasaan Taliban. Invasi tersebut mengusir Taliban dari kekuasaan dalam hitungan minggu dan membuat Osama bin Laden dan para pemimpin al-Qaida lainnya menjadi buruan Amerika.



AS dan sekutunya meluncurkan upaya ambisius untuk membangun kembali Afghanistan setelah beberapa dekade perang, menginvestasikan miliaran dollar dalam pemerintahan dan pasukan bergaya Barat. Wanita, yang sebagian besar dikurung di rumah mereka di bawah pemerintahan garis keras Taliban, mendapat manfaat dari akses ke pendidikan dan mengambil peran penting dalam kehidupan publik.

Tapi Taliban tidak pernah pergi.

Di tahun-tahun mendatang, ketika AS berfokus pada perang bermasalah lainnya di Irak dan pemerintah Afghanistan terperosok dalam korupsi, Taliban berkumpul kembali di pedesaan dan di negara tetangga; Pakistan. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka merebut sebagian besar pedesaan Afghanistan dan melakukan serangan hampir setiap hari terhadap pasukan keamanan Afghanistan.

Bersemangat untuk mengakhiri perang, pemerintahan Donald Trump menandatangani kesepakatan damai dengan Taliban pada Februari 2020 yang membuka jalan bagi penarikan tentara AS. Penerus Trump, Presiden Joe Biden memperpanjang batas waktu dari Mei hingga Agustus dan melanjutkan penarikan meskipun serangan cepat Taliban di seluruh negeri awal bulan ini.

Sekarang Taliban menguasai seluruh Afghanistan kecuali provinsi pegunungan Panjshir, di mana beberapa ribu pejuang lokal dan sisa-sisa pasukan keamanan Afghanistan yang runtuh telah berjanji untuk melawan kelompok berkuasa tersebut. Taliban mengatakan mereka mencari resolusi damai di sana.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2707 seconds (0.1#10.140)