Diancam AS, Turki Batal Aktifkan Sistem Rudal S-400 Rusia
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Turki batal mengaktifkan sistem pertahanan rudal S-400 Rusia pada bulan ini. Pembatalan itu terjadi di tengah Amerika Serikat (AS) yang akan menjatuhkan sanksi jika Ankara nekat mengaktifkan sistem pertahanan canggih tersebut.
Rezim pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan telah membeli senjata pertahanan itu meski Washington protes keras dengan alasan bisa membahayakan pesawat jet tempur siluman F-35 dan sistem persenjataan NATO lainnya. Moskow sudah mengirim senjata pertahanan yang dibeli Ankara pada Juli hingga Agustus 2019 lalu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, mengatakan kepada Reuters pada Senin bahwa Washington terus sangat keberatan dengan pembelian dan penerapan sistem rudal S-400 buatan Rusia. Menurutnya, pengaktifan sistem itu akan mengakibatkan sanksi terhadap Ankara melalui undang-undang Amerika yang dikenal sebagai Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).
"Kami terus menekankan pada tingkat tertinggi bahwa transaksi S-400 adalah subjek dari pembahasan sanksi CAATSA yang sedang berlangsung dan itu tetap menjadi hambatan utama dalam hubungan bilateral dan di NATO. Kami yakin bahwa Presiden Erdogan dan pejabat seniornya memahami posisi kami," kata Ortagus dalam sebuah pernyataan melalui email, yang dilansir Selasa (21/4/2020).
Sementara itu, seorang pejabat senior Turki yang menolak disebutkan namanya memastikan bahwa pengaktifan S-400 yang semestinya dimulai April ini telah ditunda atau dibatalkan. Namun, pejabat itu mengklaim pembatalan operasional senjata tersebut karena Ankara sedang fokus memerangi pandemi virus corona baru, Covid-19.
"Tidak akan mundur pada keputusan untuk mengaktifkan S-400, (tetapi) karena Covid-19...rencana bagi mereka untuk siap pada bulan April akan ditunda," kata pejabat itu, seperti dikutip Reuters.
AS telah berulang kali menuntut agar Turki menyingkirkan sistem pertahanan rudal S-400 Rusia dan membeli sistem pertahanan udara Patriot buatan Amerika Serikat sebagai penggantinya.
Ankara menolak untuk membuat konsesi mengenai pembelian S-400. Sebelumnya pada bulan Maret, Presiden Erdogan menyatakan bahwa S-400 akan mulai beroperasi di Turki pada bulan April 2020.
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
Rezim pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan telah membeli senjata pertahanan itu meski Washington protes keras dengan alasan bisa membahayakan pesawat jet tempur siluman F-35 dan sistem persenjataan NATO lainnya. Moskow sudah mengirim senjata pertahanan yang dibeli Ankara pada Juli hingga Agustus 2019 lalu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, mengatakan kepada Reuters pada Senin bahwa Washington terus sangat keberatan dengan pembelian dan penerapan sistem rudal S-400 buatan Rusia. Menurutnya, pengaktifan sistem itu akan mengakibatkan sanksi terhadap Ankara melalui undang-undang Amerika yang dikenal sebagai Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).
"Kami terus menekankan pada tingkat tertinggi bahwa transaksi S-400 adalah subjek dari pembahasan sanksi CAATSA yang sedang berlangsung dan itu tetap menjadi hambatan utama dalam hubungan bilateral dan di NATO. Kami yakin bahwa Presiden Erdogan dan pejabat seniornya memahami posisi kami," kata Ortagus dalam sebuah pernyataan melalui email, yang dilansir Selasa (21/4/2020).
Sementara itu, seorang pejabat senior Turki yang menolak disebutkan namanya memastikan bahwa pengaktifan S-400 yang semestinya dimulai April ini telah ditunda atau dibatalkan. Namun, pejabat itu mengklaim pembatalan operasional senjata tersebut karena Ankara sedang fokus memerangi pandemi virus corona baru, Covid-19.
"Tidak akan mundur pada keputusan untuk mengaktifkan S-400, (tetapi) karena Covid-19...rencana bagi mereka untuk siap pada bulan April akan ditunda," kata pejabat itu, seperti dikutip Reuters.
AS telah berulang kali menuntut agar Turki menyingkirkan sistem pertahanan rudal S-400 Rusia dan membeli sistem pertahanan udara Patriot buatan Amerika Serikat sebagai penggantinya.
Ankara menolak untuk membuat konsesi mengenai pembelian S-400. Sebelumnya pada bulan Maret, Presiden Erdogan menyatakan bahwa S-400 akan mulai beroperasi di Turki pada bulan April 2020.
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
(min)