Dokumen Internal Bocor: Taliban Ancam dan Pukuli Staf PBB

Kamis, 26 Agustus 2021 - 07:47 WIB
loading...
Dokumen Internal Bocor:...
Dokumen internal yang bocor melaporkan Taliban mengancam dan memukuli staf PBB di Afghanistan. Foto/Sky News
A A A
NEW YORK - Sebuah dokumen internal PBB merekam lusinan kejadian yang menunjukkan Taliban mengancam dan menganiaya staf serta menjarah kantor PBB sejak 10 Agustus, atau tak lama sebelum kelompok itu berkuasa bocor ke publik.

Dalam dokumen yang diperoleh Reuters itu ada insiden di mana Taliban menghentikan seorang anggota staf PBB di Afghanistan ketika ia mencoba mencapai bandara Kabul pada Minggu lalu. Mereka menggeledah kendaraannya dan menemukan identifikasi PBB, kemudian mereka memukulinya.

Insiden lainnya adalah tiga pria tak dikenal mengunjungi rumah anggota staf PBB lainnya yang sedang bekerja pada saat itu. Mereka bertanya kepada putranya di mana ayahnya dan menuduhnya berbohong.

"Kami tahu lokasinya dan apa yang dia lakukan," kata mereka seperti dikutip dari media yang berbasis di Inggris itu, Kamis (26/8/2021).

Sesaat setelah merebut Kabul, Taliban berusaha untuk meyakinkan Afghanistan dan kekuatan Barat bahwa mereka akan menghormati hak-hak rakyat. Kemunculan sejumlah laporan tentang aksi balasan mereka terhadap warga Afghanistan yang membantu Amerika Serikat (AS) dan sekutunya selama perang telah merusak kepercayaan terhadap pernyataan itu, paling tidak di antara mereka yang terkait dengan organisasi asing.



Taliban tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari daftar insiden yang ada dalam dokumen PBB yang bocor itu.

Kelompok itu mengatakan akan menyelidiki pelanggaran yang dilaporkan, dan juga mendorong organisasi bantuan kemanusiaan untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Dikatakan minggu ini bahwa bantuan itu diterima, selama itu tidak digunakan sebagai sarana pengaruh politik atas Afghanistan.

PBB juga mengatakan tidak mengomentari dokumen keamanannya yang bocor itu.

"Pihak berwenang yang bertanggung jawab di Kabul bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan staf dan tempat PBB. Kami tetap berhubungan dengan mereka dalam hal itu," ucap juru bicara PBB Stephane Dujarric.

PBB telah merelokasi sekitar sepertiga dari 300 staf asing yang dimilikinya di Afghanistan ke Kazakhstan. Badan dunia itu juga menekankan bahwa mereka ingin mempertahankan kehadirannya untuk membantu rakyat Afghanistan.

Ada sekitar 3.000 staf PBB asal Afghanistan yang masih berada di negara itu. Seorang juru bicara PBB mengatakan badan dunia itu telah melakukan kontak dengan negara-negara lain untuk mendesak mereka memberikan visa atau mendukung relokasi sementara beberapa dari mereka.



Ribuan orang telah meninggalkan Afghanistan sejak Taliban memasuki Kabul pada 15 Agustus, naik penerbangan militer dan komersial dari Ibu Kota Afghanistan itu di mana bandara telah berubah menjadi tempat yang penuh kekacauan dan mematikan.

Beberapa dari mereka takut kembali berhadapan dengan penegakan hukum Islam yang ketat oleh Taliban seperti saat terakhir kali kelompok itu berkuasa, ketika mereka melarang perempuan bekerja dan anak perempuan dari sekolah.

Lainnya, termasuk mereka yang bekerja di bidang advokasi dan hak asasi manusia, percaya bahwa mereka bisa menjadi target pembalasan setelah sejumlah orang tewas dalam dugaan serangan Taliban yang ditargetkan pada tahun lalu.

Seorang wanita Afghanistan, yang telah bekerja untuk PBB selama beberapa tahun, mengatakan kepada Reuters bahwa dia merasa ditinggalkan.

"Setiap wanita yang saya kenal memiliki ketakutan yang sama seperti saya. Apa yang sekarang akan terjadi pada anak-anak kita jika kita dihukum karena pekerjaan kita? Apa yang akan terjadi pada keluarga kita? Apa yang akan mereka lakukan pada kita sebagai wanita?" katanya, berbicara dengan syarat anonim.



Dalam pesan video kepada staf di Afghanistan pada hari Selasa, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia tertekan oleh laporan bahwa beberapa telah mengalami pelecehan dan intimidasi.

"Kami melakukan segala daya kami, yaitu melalui keterlibatan permanen dengan semua aktor terkait, dan akan terus melakukannya untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan Anda, serta untuk menemukan solusi eksternal di mana mereka dibutuhkan," kata Guterres.

Penilaian risiko PBB pada 21 Agustus, yang dilaporkan oleh Reuters pada hari Selasa, mengatakan tidak ada komando dan kontrol yang koheren di dalam Taliban.

Kecepatan kemenangan militer mereka, yang bertepatan dengan penarikan pasukan asing pimpinan AS setelah perang 20 tahun, telah meninggalkan kekosongan kekuasaan, dan kelompok itu berebut untuk membentuk pemerintahan di Kabul serta provinsi-provinsi untuk menjalankan negara.

Seorang pekerja PBB asal Afghanistan, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters bahwa dia mengetahui setidaknya 50 staf Afghanistan yang diperingatkan atau diancam oleh Taliban.

"Staf nasional PBB yang berada di bawah ancaman langsung serius dari Taliban harus dievakuasi," ia menambahkan.



Dia mengatakan ancaman itu tidak semua harus terkait dengan status orang-orang di PBB, tetapi merupakan fungsi dari dorongan Taliban untuk memaksakan kendali atas Kabul.

Seorang wanita Afghanistan kedua yang bekerja di PBB telah pindah rumah bersama suami dan putrinya yang berusia 3 tahun dalam 10 hari terakhir. Beberapa tetangganya tahu dia bekerja di PBB, dan dia khawatir mereka akan memberi tahu Taliban.

Dia memiliki visa untuk negara tetangga, tetapi frustrasi karena PBB tidak membantunya mengungsi.

"Kami mengharapkan seluruh sistem PBB untuk membantu kami. Kami benar-benar mengharapkan itu," ujar wanita itu.

"Kami dalam bahaya. Dan jika kami tidak bisa bekerja, siapa yang akan menjangkau orang-orang?" imbuhnya.
(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1258 seconds (0.1#10.140)