Ngeri, Perang Saudara Jangka Panjang Diprediksi Melanda Afghanistan

Selasa, 24 Agustus 2021 - 07:01 WIB
loading...
Ngeri, Perang Saudara Jangka Panjang Diprediksi Melanda Afghanistan
Militan Taliban memegang senapan M16 di luar gedung Kementerian Dalam Negeri di Kabul, Afghanistan, 16 Agustus 2021. Foto/REUTERS
A A A
KABUL - Ada kekhawatiran perlawanan terhadap gerakan Taliban dapat mengakibatkan perang saudara jangka panjang di Afghanistan .

Prediksi itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO)Stanislav Zas pada 23 Agustus.

"Ada kekhawatiran bahwa kantong-kantong perlawanan yang muncul terhadap Taliban dapat menyebabkan berlangsungnya perang saudara jangka panjang dengan konsekuensi yang tidak terduga bagi keamanan, tidak hanya Afghanistan tetapi juga wilayah yang lebih besar," ujar Zas pada konferensi pers di Badan Informasi Internasional Rossiya Segodnya.



Sekretaris Jenderal mencatat bahwa tidak perlu melibatkan pasukan tambahan, termasuk dari CSTO, dalam menjaga perbatasan Tajikistan-Afghanistan.



“Untuk pengamanan bersama perbatasan negara, hari ini penjaga perbatasan Tajikistan, angkatan bersenjata (Tajikistan) cukup ketat memantau situasi saat ini di perbatasan ini, perbatasan antara Tajikistan dan Afghanistan. Oleh karena itu, tidak perlu melibatkan pasukan tambahan sekarang untuk menjaga perbatasan," papar Zas.



“Pasukan Tajikistan akan membutuhkan bantuan dengan peralatan teknis,” ungkap dia.

Dia mencatat bahwa langkah-langkah yang relevan akan diambil baik melalui CSTO dan secara bilateral.

“CSTO tidak memiliki informasi mengenai pengiriman senjata dari Tajikistan ke provinsi Panjshir, Afghanistan, tempat pasukan perlawanan terhadap Taliban bermarkas,” papar Zas.

Sebelumnya, saluran Telegram Herat Times melaporkan, mengutip satu sumber bahwa pasukan perlawanan mengirimkan senjata dari Tajikistan ke Panjshir.

"Tidak, kami tidak memiliki informasi seperti itu," ungkap Zas dalam konferensi pers di Badan Informasi Internasional Rossiya Segodnya.

Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus, menyebabkan pemerintah sipil yang didukung Amerika Serikat jatuh.

Ini mendorong ribuan orang mencoba meninggalkan negara itu karena takut akan pembalasan dari para militan Taliban.

Sejak saat itu, banyak negara mulai mengevakuasi misi diplomatik dan warganya dari Afghanistan.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2038 seconds (0.1#10.140)