Krisis Afghanistan Ciptakan Geopolitik Baru

Jum'at, 20 Agustus 2021 - 08:20 WIB
loading...
A A A
Presiden AS Joe Biden juga tak luput mengkritik langkah yang diambil Ghani. Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) AS, Wendy Sherman, lalu mengatakan bahwa Ghani tidak lagi memegang peran penting di Afghanistan. Tapi, sejauh ini, peralihan kekuasaan di Afghanistan tidak jelas karena masih kacau.

“Saya dievakuasi tim keamanan dari istana negara dengan kondisi belum disepatu. Evakuasi itu berlangsung sangat cepat,” kata Ghani. “Saya mengaku saya ingin bernegosiasi terkait pemerintahan inklusif dengan Taliban. Saya juga akan mendukung diskusi-diskusi lainnya, termasuk dengan kabinet saya.”

Ini bukan pertama kalinya UEA menjadi surga evakuasi bagi pemimpin yang digulingkan dari kekuasannya melalui kekuatan militer. Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Pakistan, Benazir Bhutto, menjadikan Dubai sebagai rumah barunya pada 1990-an sebelum kembali berkuasa di Pakistan.

Kemudian, Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan telah menutup akses dana pinjaman terhadap Afghanistan untuk sementara waktu. “Komunitas internasional belum memberikan kejelasan terkait pemerintah Afghanistan sehingga kami tidak dapat memberikan akses, pinjaman” ungkap IMF.

Awalnya, IMF akan meminjamkan dana hingga USD370 juta kepada Afghanistan pada 23 Agustus mendatang. Dana itu meliputi dana bantuan ekonomi untuk menanggulangi wabah virus korona Covid-19. Akses terhadap cadangan uang IMF dalam aset Special Drawing Rights (SDR) juga diblokir.

Langkah tersebut juga sesuai dengan peringatan pemerintah AS bahwa aset Bank Sentral yang dimiliki pemerintah Afghanistan di AS tidak boleh diberikan kepada Taliban. Dalam surat menuju Menteri Keuangan Janet Yellen, Kongres AS juga mendesak agar AS tidak mendanai Taliban.

“Potensi alokasi SDR yang mencapai setengah miliar dollar terhadap rezim dengan sejarah mendukung aksi teroris terhadap AS dan sekutunya sangat mencemaskan,” tulis Kongres. Sebelumnya, Bank Sentral Afghanistan menyatakan AS menutup akses terhadap aset senilai USD7 miliar.

Diplomat Afghanistan, Ajmal Ahmady, yang juga mantan Plt Menteri Industri dan Perdagangan mengatakan total cadangan aset Bank Sentral Afghanistan mencapai USD9 miliar sampai pekan lalu. Namun, sebagian besar aset ini disimpan dalam bentuk aset liquid seperti emas dan obligasi.

“Mengingat Taliban masih masuk dalam daftar sanksi internasional, aset tersebut kemungkinan akan dibekukan dan tidak dapat diakses,” ujar Ahmad yang kini melarikan diri dari Afghanistan. “Kami mengestimasikan dana yang dapat diakses Taliban sekitar 0,1-0,2% dari total cadangan internasional.”

Dalam laporan terbaru Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), sumber utama keuangan Taliban masih berasal dari aktivitas ilegal seperti penyelundupan narkoba, ekstorsi, eksploitasi mineral, dan pajak di wilayah kekuasaannya. Saat ini, Afghanistan juga memiliki utang miliaran dollar terhadap Bank Dunia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1103 seconds (0.1#10.140)