Tekor Rp4 Triliun Per Hari Selama 20 Tahun, Alasan AS Tinggalkan Afghanistan

Rabu, 18 Agustus 2021 - 11:00 WIB
loading...
Tekor Rp4 Triliun Per Hari Selama 20 Tahun, Alasan AS Tinggalkan Afghanistan
Beberapa ibu dan anaknya melarikan diri ke bandara Kabul, Afghanistan, pada 16 Agustus 2021. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Taliban dalam serangan kilat yang mengejutkan telah menyapu Afghanistan dalam waktu kurang dari sebulan. Sebanyak 300.000 tentara Afghanistan semuanya tak berkutik menghadapi Taliban.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani secara memalukan melarikan diri ke Tajikistan selama akhir pekan saat Kabul diserbu Taliban. Dia pun mengakui Taliban telah menang.

“Taliban menang dengan keputusan pedang dan senjata mereka, dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan keselamatan diri warga negara mereka,” ujar Ghani, dilansir Forbes.



Lantas bagaimana dengan kehormatan dan harta benda bekas penjajah Afghanistan, Amerika Serikat (AS)? Jawabannya singkat, “Hilang.”



Saat ini, ribuan penerjemah dan keluarga mereka menunggu visa ke AS, sementara pejuang Taliban berparade dengan penuh kemenangan dalam tank dan humvee yang dibayar oleh Paman Sam.



Dalam 20 tahun sejak 11 September 2001, Amerika Serikat telah menghabiskan lebih dari USD2 triliun untuk perang di Afghanistan.

Jumlah itu jika dirinci, USD300 juta (Rp4 triliun) per hari, setiap hari, selama dua dekade. Atau USD50.000 untuk setiap 40 juta penduduk Afghanistan.

Dalam istilah yang lebih mendasar, Paman Sam telah menghabiskan lebih banyak uang untuk meminggirkan Taliban dibandingkan total kekayaan bersih Jeff Bezos, Elon Musk, Bill Gates dan 30 miliarder terkaya di Amerika Serikat, digabungkan.

Angka-angka utama itu termasuk USD800 miliar untuk biaya perang langsung dan USD85 miliar untuk melatih tentara Afghanistan yang kalah perang, yang gulung tikar dalam beberapa pekan sejak penutupan Pangkalan Angkatan Udara Bagram awal Juli oleh Pentagon.

Penutupan pangkalan itu pun menghilangkan janji dukungan udara terhadap Taliban yang maju.

Pembayar pajak AS telah memberi tentara Afghanistan USD750 juta per tahun sebagai gaji. Semua mengatakan, Proyek Biaya Perang Brown University memperkirakan total pengeluaran sebesar USD2,26 triliun.

Dan biayanya bahkan lebih besar dalam hal nyawa yang hilang. Ada 2.500 personel militer AS yang tewas di Afghanistan, dan hampir 4.000 orang lebih kontraktor sipil AS tewas.

Itu ditambah sekitar 69.000 polisi militer Afghanistan, 47.000 warga sipil tewas, ditambah 51.000 pejuang oposisi tewas.

Sejauh ini biaya untuk merawat 20.000 korban terluka di AS telah mencapai USD300 miliar, dengan setengah triliun dolar lagi diperkirakan akan datang.

AS akan terus mengeluarkan biaya lebih lama setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan selesai.

Secara ironis, Amerika Serikat ternyata membiayai perang Afghanistan dengan uang pinjaman.

Peneliti Brown University memperkirakan lebih dari USD500 miliar bunga telah dibayarkan (termasuk dalam jumlah total USD2,26 triliun).

Mereka memperkirakan pada tahun 2050 biaya bunga saja atas utang perang Afghanistan bisa mencapai USD6,5 triliun. Itu sama dengan USD20.000 untuk setiap warga negara AS.

Video yang diambil dari landasan bandara Kabul menunjukkan 6.000 tentara AS yang dikirim ke sana belum mampu membuat garis batas bahkan di sekitar landasan pacu, di mana warga Afghanistan diperlihatkan merangkak satu sama lain untuk masuk ke pesawat.

Satu penerbangan mengangkut 640 orang, dengan lebih dari 10.000 warga AS dikatakan masih menunggu evakuasi dan ribuan orang lainnya berlindung di bandara.

Beberapa orang begitu putus asa untuk melarikan diri dari pemerintahan Taliban sehingga mereka bergelantungan pada roda pesawat yang berangkat dari bandara Kabul, hanya untuk jatuh dan tewas mengenaskan saat pesawat mulai menanjak tinggi di udara.

Bahkan semakin kecil harapan untuk lolos bagi generasi perempuan dan anak perempuan Afghanistan yang tumbuh di masa yang agak lebih liberal, tetapi sekarang menghadapi kemungkinan kebijakan keras Taliban.

Diperkirakan ada 1,6 juta lebih banyak wanita yang bekerja di Afghanistan dibandingkan 20 tahun lalu. Taliban bisa saja membalikkan itu semua, dengan korban manusia yang tak terhitung.

Taliban memang menjanjikan pemerintahan yang lebih moderat, namun sejauh ini hal itu baru sebatas janji. Kenyataan di lapangan masih membuat khawatir banyak pihak di dalam dan luar negeri.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0881 seconds (0.1#10.140)