Perang AS di Afghanistan: Habis Rp14.000 T, Tewaskan 3.586 Tentara NATO, lalu AS Hengkang
loading...
A
A
A
Setelah penggulingan mereka tahun 2001, mereka berkumpul kembali di daerah perbatasan Pakistan.
Dengan hingga 85.000 milisi, mereka dianggap lebih kuat sekarang daripada titik mana pun sejak 2001.
Nasib Afghanistan
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sebelumnya menyuarakan kecaman terhadap AS yang dia anggap menarik pasukannya secara tiba-tiba sehingga memicu gelombang kekerasan dengan bangkitnya Taliban.
Intelijen AS telah membuat penilaian bahwa Ibu Kota Afghanistan, Kabul, bisa jatuh ke tangan Taliban dalam tempo 90 hari ke depan. Penilaian ini menggambarkan lemahnya pasukan Afghanistan meski sudah belasan tahun dilatih tentara AS.
Presiden Ghani kemungkinan akan berpidato di depan rakyatnya terkait situasi genting yang terjadi. Sedangkan Taliban menuntut pengunduran dirinya.
Seorang sumber pemerintah mengatakan bahwa Ashraf Ghani, kemungkinan akan berpidato pada hari Sabtu (14/8/2021) untuk memberi tahu mereka tentang nasib pemerintahnya. Pertemuan kemungkinan besar akan tentang bagaimana transisi mungkin terjadi. Namun pada Jumat malam, pemerintah menegaskan bahwa mereka berdiri dan memiliki keyakinan penuh pada pasukan pertahanannya.
Wakil Presiden Pertama Afghanistan Amrullah Saleh mengatakan dia bangga dengan angkatan bersenjata negara itu.
"Diputuskan dengan keyakinan dan tekad bahwa kami berdiri tegas melawan teroris Taliban dan melakukan segalanya untuk memperkuat pertahanan nasional dengan segala cara," kata Saleh di Twitter.
Sementara itu, staf Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Kabul telah diperintahkan untuk menghancurkan dokumen dan komputer berisi data sensitif saat mereka bersiap untuk mengungsi. New York Times melaporkan kekhawatiran hengkangnya pasukan dan staf diplomatik Amerika itu mirip dengan akhir dari Perang Vietnam saat Saigon jatuh ke pasukan Vietnam Utara.
Dengan hingga 85.000 milisi, mereka dianggap lebih kuat sekarang daripada titik mana pun sejak 2001.
Nasib Afghanistan
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sebelumnya menyuarakan kecaman terhadap AS yang dia anggap menarik pasukannya secara tiba-tiba sehingga memicu gelombang kekerasan dengan bangkitnya Taliban.
Intelijen AS telah membuat penilaian bahwa Ibu Kota Afghanistan, Kabul, bisa jatuh ke tangan Taliban dalam tempo 90 hari ke depan. Penilaian ini menggambarkan lemahnya pasukan Afghanistan meski sudah belasan tahun dilatih tentara AS.
Presiden Ghani kemungkinan akan berpidato di depan rakyatnya terkait situasi genting yang terjadi. Sedangkan Taliban menuntut pengunduran dirinya.
Seorang sumber pemerintah mengatakan bahwa Ashraf Ghani, kemungkinan akan berpidato pada hari Sabtu (14/8/2021) untuk memberi tahu mereka tentang nasib pemerintahnya. Pertemuan kemungkinan besar akan tentang bagaimana transisi mungkin terjadi. Namun pada Jumat malam, pemerintah menegaskan bahwa mereka berdiri dan memiliki keyakinan penuh pada pasukan pertahanannya.
Wakil Presiden Pertama Afghanistan Amrullah Saleh mengatakan dia bangga dengan angkatan bersenjata negara itu.
"Diputuskan dengan keyakinan dan tekad bahwa kami berdiri tegas melawan teroris Taliban dan melakukan segalanya untuk memperkuat pertahanan nasional dengan segala cara," kata Saleh di Twitter.
Sementara itu, staf Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Kabul telah diperintahkan untuk menghancurkan dokumen dan komputer berisi data sensitif saat mereka bersiap untuk mengungsi. New York Times melaporkan kekhawatiran hengkangnya pasukan dan staf diplomatik Amerika itu mirip dengan akhir dari Perang Vietnam saat Saigon jatuh ke pasukan Vietnam Utara.