Perang AS di Afghanistan: Habis Rp14.000 T, Tewaskan 3.586 Tentara NATO, lalu AS Hengkang

Sabtu, 14 Agustus 2021 - 13:56 WIB
loading...
Perang AS di Afghanistan: Habis Rp14.000 T, Tewaskan 3.586 Tentara NATO, lalu AS Hengkang
Para tentara Amerika Serikat yang ditugaskan tempur di Afghanistan. Foto/REUTERS
A A A
KABUL - Tentara Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya hengkang dari Afghanistan setelah perang 20 tahun melawan Taliban . Ini perang terlama dalam sejarah Amerika dengan biaya sangat mahal dan pengorbanan ribuan tentara.

Tak ada yang diuntungkan dalam perang gila-gilaan ini. Selain AS dan sekutu NATO-nya menanggung biaya mahal, pihak Afghanistan lebih parah lagi karena negaranya hancur, puluhan ribu warga sipil tewas dan kini babak baru dari kekacauan dimulai dengan bangkitnya Taliban.



Menurut PBB, Afghanistan memiliki populasi pengungsi terbesar ketiga di dunia. Sejak 2012, sekitar lima juta orang telah melarikan diri dan tidak dapat kembali ke rumah, baik mengungsi di Afghanistan atau berlindung di negara-negara tetangga.

Penelitian Brown University juga menempatkan pengeluaran AS untuk konflik, termasuk dana militer dan rekonstruksi di Afghanistan dan Pakistan, sebesar USD978 miliar (lebih dari Rp14.000 triliun) hingga 2020.

Penelitian itu juga mencatat 3.586 tentara AS dan sekutu NATO-nya tewas dalam perang 20 tahun di Afghanistan. Sebanyak 69.000 tentara militer dan polisi Afghanistan terbunuh, sebanyak 51.613 warga sipil Afghanistan terbunuh, serta 51.191 milisi Taliban dan kelompok milisi lain juga terbunuh.

Mengapa Ada Perang?

Kembali pada tahun 2001, AS menanggapi serangan 11 September 2001 atau 9/11 di New York dan Washington, di mana hampir 3.000 orang tewas. Para pejabat mengidentifikasi kelompok militan al-Qaeda, dan pemimpinnya Osama bin Laden, sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Bin Laden berada di Afghanistan, di bawah perlindungan Taliban, kelompok Islamis yang telah berkuasa sejak 1996.

Ketika mereka menolak untuk menyerahkannya, AS melakukan intervensi militer, dengan cepat menggulingkan Taliban dan bersumpah untuk mendukung demokrasi dan menghilangkan ancaman teroris.

Sekutu NATO telah bergabung dengan AS dan pemerintah Afghanistan baru mengambil alih kekuasaan pada tahun 2004 tetapi serangan mematikan Taliban terus berlanjut. Gelombang kedatangan pasukan AS di era Presiden Barack Obama pada tahun 2009 membantu mendorong kembali Taliban tetapi itu tidak berjangka panjang.

Pada tahun 2014, pada akhir tahun paling berdarah sejak 2001, pasukan internasional NATO mengakhiri misi tempur mereka, menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada tentara Afghanistan.

Itu memberi momentum kepada Taliban dan mereka merebut lebih banyak wilayah.

Pembicaraan damai antara AS dan Taliban dimulai secara tentatif, dengan pemerintah Afghanistan hampir tidak terlibat, dan kesepakatan tentang penarikan tentara AS dan sekutu NATO-nya datang pada Februari 2020 di Qatar.

Kesepakatan AS-Taliban tidak menghentikan serangan Taliban. Kelompok itu mengalihkan fokus mereka ke pasukan keamanan Afghanistan dan warga sipil. Banyak provinsi jatuh ke tangan kelompok itu.

Berikut beberapa provinsi di Afghanistan yang jatuh ke tangan Taliban:

1. Provinsi Zaranj (6 Agustus)
2. Provinsi Sheberghan (7 Agustus)
3. Provinsi Sar-e-Pul (8 Agustus)
4. Provinsi Kunduz (8 Agustus)
5. Provinsi Taluqan (8 Agustus)
6. Provinsi Aybak (9 Agustus)
7. Provinsi Farah (8 Agustus)
8. Provinsi Pul-e-Khumri (10 Agustus)
9. Provinsi Faizabad (11 Agustus)
10. Provinsi Ghazni (12 Agustus)
11. Provinsi Herat (12 Agustus)
12. Provinsi Kandahar (12 Agustus)
13. Provinsi Lashkar Gah (13 Agustus)
14. Provinsi Qala-e Naw (13 Agustus)
15. Provinsi Feruz Koh (13 Agustus)
16. Provinsi Pul-e Alam (13 Agustus)
17. Provinsi Terakot (13 Agustus)
18. Provinsi Qalat (13 Agustus)

Siapa Taliban?

Mereka muncul dalam perang saudara yang mengikuti penarikan pasukan Soviet pada tahun 1989, terutama di barat daya dan daerah perbatasan Pakistan.

Mereka bersumpah untuk memerangi korupsi dan meningkatkan keamanan, tetapi juga mengadopsi hukum Syariah yang keras versi mereka. Kaum pria diminta untuk menumbuhkan janggut dan wanita harus mengenakan burka yang menutupi seluruh tubuh. Televisi, musik, dan bioskop dilarang.

Setelah penggulingan mereka tahun 2001, mereka berkumpul kembali di daerah perbatasan Pakistan.

Dengan hingga 85.000 milisi, mereka dianggap lebih kuat sekarang daripada titik mana pun sejak 2001.

Nasib Afghanistan

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sebelumnya menyuarakan kecaman terhadap AS yang dia anggap menarik pasukannya secara tiba-tiba sehingga memicu gelombang kekerasan dengan bangkitnya Taliban.

Intelijen AS telah membuat penilaian bahwa Ibu Kota Afghanistan, Kabul, bisa jatuh ke tangan Taliban dalam tempo 90 hari ke depan. Penilaian ini menggambarkan lemahnya pasukan Afghanistan meski sudah belasan tahun dilatih tentara AS.

Presiden Ghani kemungkinan akan berpidato di depan rakyatnya terkait situasi genting yang terjadi. Sedangkan Taliban menuntut pengunduran dirinya.

Seorang sumber pemerintah mengatakan bahwa Ashraf Ghani, kemungkinan akan berpidato pada hari Sabtu (14/8/2021) untuk memberi tahu mereka tentang nasib pemerintahnya. Pertemuan kemungkinan besar akan tentang bagaimana transisi mungkin terjadi. Namun pada Jumat malam, pemerintah menegaskan bahwa mereka berdiri dan memiliki keyakinan penuh pada pasukan pertahanannya.

Wakil Presiden Pertama Afghanistan Amrullah Saleh mengatakan dia bangga dengan angkatan bersenjata negara itu.

"Diputuskan dengan keyakinan dan tekad bahwa kami berdiri tegas melawan teroris Taliban dan melakukan segalanya untuk memperkuat pertahanan nasional dengan segala cara," kata Saleh di Twitter.

Sementara itu, staf Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Kabul telah diperintahkan untuk menghancurkan dokumen dan komputer berisi data sensitif saat mereka bersiap untuk mengungsi. New York Times melaporkan kekhawatiran hengkangnya pasukan dan staf diplomatik Amerika itu mirip dengan akhir dari Perang Vietnam saat Saigon jatuh ke pasukan Vietnam Utara.

Perintah penghancuran data sensitif tertuang dalam memo tentang persiapan darurat untuk keberangkatan sebagian besar pekerja kedutaan. Salinan memo itu diperoleh NPR, yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan pada hari Jumat.

Perintah itu keluar ketika Pentagon mengerahkan 3.000 tentara tambahan ke Kabul untuk memastikan evakuasi yang aman dan mengikuti nasihat kedutaan pada hari Kamis yang mendesak semua warga AS untuk segera meninggalkan negara itu.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1749 seconds (0.1#10.140)