Terungkap, Netanyahu Desak Trump Bombardir Iran di Hari-hari Terakhir Berkuasa
loading...
A
A
A
Iran juga kemungkinan akan merespons dengan serangan rudal balistik dan pesawat tak berawak di lokasi yang menampung ribuan pasukan AS di kawasan itu, seperti yang telah ditunjukkan Teheran dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan The New Yorker, Netanyahu mendesak Trump untuk melakukan serangan terhadap Iran setelah jelas bahwa Trump telah kalah dalam pemilihan presiden (pilpres) dari rivalnya, Joe Biden.
Selama pertemuan di Oval Office, Gedung Putih, pada 3 Januari, presiden Trump akhirnya setuju untuk mengabaikan gagasan menyerang Iran setelah penolakan baru dari penasihat utamanya, yang mengatakan kepadanya bahwa "sudah terlambat" untuk menyerang Iran.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo termasuk di antara mereka yang mengecilkan gagasan itu.
Laporan The New Yorker yang ditulis Susan Glasser muncul di tengah kesibukan laporan berita baru-baru ini yang menggambarkan Milley sebagai pilar norma demokrasi di hari-hari terakhir masa jabatan Trump yang kacau balau.
Menurut Glasser, laporannya disusun dari hampir 200 wawancara untuk buku yang akan datang yang dia kerjakan dengan reporter New York Times Peter Baker.
Pengungkapan itu kemungkinan akan memperbarui pertanyaan tentang seberapa dekat pemerintahan Trump membawa Amerika Serikat berperang dengan Iran dan siapa lagi yang mungkin mendengarkan presiden tentang masalah ini.
Netanyahu, yang meninggalkan kantor PM Israel bulan lalu setelah 12 tahun berturut-turut menjabat, berulang kali menentang upaya AS untuk mencapai kesepakatan dengan Iran untuk membatasi program nuklir Teheran.
Para pejabat Israel telah melihat perjanjian nuklir 2015—yang secara sepihak "dikhianati" oleh Trump dengan dukungan Israel dan Arab Saudi—tidak cukup untuk mengekang pengaruh militer Teheran yang tumbuh di wilayah tersebut.
Pemerintahan Trump secara diam-diam mendukung kampanye serangan udara Israel terhadap target terkait Iran di Suriah dalam upaya untuk mencegah perangkat keras militer Iran yang canggih ditempatkan di dekat perbatasan Israel.
Menurut laporan The New Yorker, Netanyahu mendesak Trump untuk melakukan serangan terhadap Iran setelah jelas bahwa Trump telah kalah dalam pemilihan presiden (pilpres) dari rivalnya, Joe Biden.
Selama pertemuan di Oval Office, Gedung Putih, pada 3 Januari, presiden Trump akhirnya setuju untuk mengabaikan gagasan menyerang Iran setelah penolakan baru dari penasihat utamanya, yang mengatakan kepadanya bahwa "sudah terlambat" untuk menyerang Iran.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo termasuk di antara mereka yang mengecilkan gagasan itu.
Laporan The New Yorker yang ditulis Susan Glasser muncul di tengah kesibukan laporan berita baru-baru ini yang menggambarkan Milley sebagai pilar norma demokrasi di hari-hari terakhir masa jabatan Trump yang kacau balau.
Menurut Glasser, laporannya disusun dari hampir 200 wawancara untuk buku yang akan datang yang dia kerjakan dengan reporter New York Times Peter Baker.
Pengungkapan itu kemungkinan akan memperbarui pertanyaan tentang seberapa dekat pemerintahan Trump membawa Amerika Serikat berperang dengan Iran dan siapa lagi yang mungkin mendengarkan presiden tentang masalah ini.
Netanyahu, yang meninggalkan kantor PM Israel bulan lalu setelah 12 tahun berturut-turut menjabat, berulang kali menentang upaya AS untuk mencapai kesepakatan dengan Iran untuk membatasi program nuklir Teheran.
Para pejabat Israel telah melihat perjanjian nuklir 2015—yang secara sepihak "dikhianati" oleh Trump dengan dukungan Israel dan Arab Saudi—tidak cukup untuk mengekang pengaruh militer Teheran yang tumbuh di wilayah tersebut.
Pemerintahan Trump secara diam-diam mendukung kampanye serangan udara Israel terhadap target terkait Iran di Suriah dalam upaya untuk mencegah perangkat keras militer Iran yang canggih ditempatkan di dekat perbatasan Israel.