Takut Dieksekusi Taliban, Satu Keluarga Afghanistan Terdampar di Bandara Turki
loading...
A
A
A
ANKARA - Amerika Serikat (AS) telah mengakhiri perang 20 tahun di Afghanistan , tetapi tampaknya penarikan pasukan Amerika semakin membuat Taliban kembali ke posisi berkuasa. Seiring langkah pemberontak merebut kembali wilayah pada tingkat yang mengkhawatirkan, ribuan warga Afghanistan - yang takut pengambilalihan militer oleh kelompok fundamentalis Islam itu - mencari cara untuk melarikan diri dari negara mereka.
Bagi sebagian besar tidak ada jalan keluar, dan bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan, jalan menuju perlindungan masih jauh dari jelas. Satu keluarga berhasil keluar dari Afghanistan hanya untuk menemukan diri mereka terjebak di bandara tanpa tujuan, dan tidak ada tawaran bantuan.
Farshad, yang hanya ingin menggunakan nama depannya, telah terdampar di bandara internasional di Istanbul, Turki dengan 15 anggota keluarganya, termasuk dua anak dan tujuh wanita, sejak mereka melarikan diri dari Afghanistan pada 22 Juni lalu. Keputusan untuk mengeluarkan seluruh keluarga dari Afghanistan dibuat setelah Taliban membunuh salah satu kerabat Farshad di kota selatan Herat.
Keluarga tersebut memutuskan untuk menjual rumah mereka dan membeli tiket pertandingan kejuaraan sepak bola Euro 2020 di Rusia. Rencananya adalah sampai di sana dan kemudian meminta suaka. Namun keluarga tersebut mengatakan bahwa mereka dilarang naik ke penerbangan lanjutan mereka ke Rusia di Istanbul dan diancam akan dideportasi oleh polisi perbatasan Turki dan pejabat maskapai.
“Kartu masuk kami kedaluwarsa dan kami tidak dapat membeli makanan. Kami hampir tidak menemukan susu untuk anak berusia 2 tahun (dan ketika kami melakukannya) itu membuatnya sakit,” kata Farshad seperti dikutip dari CBS News, Rabu (14/7/2021).
Meski tidak dapat melanjutkan perjalanan, mereka menolak untuk dipulangkan ke Afghanistan karena takut akan keselamatan nyawa mereka di bawah Taliban. Keluarga itu pun dibiarkan terdampar di bandara. Mereka menghabiskan 16 hari di terminal sebelum pihak berwenang memindahkan mereka ke fasilitas penahanan.
"Kami 16 warga Afghanistan yang terjebak di bandara selama 17 hari. Kami tinggal di sini tanpa makanan, air atau susu untuk bayi kami. Kami memiliki orang sakit, dan tidak ada yang membantu kami dengan perawatan," kata salah satu perempuan anggota keluarga itu dalam sebuah video yang dibagikan dengan CBS News minggu lalu.
"Kami melarikan diri dari Afghanistan karena situasi yang mengancam jiwa dengan Taliban. Kami berada dalam bahaya dan di bawah ancaman pembunuhan dan kematian. Kami tidak akan kembali ke Afghanistan, dan kami menginginkan perlindungan," imbuhnya.
Dalam video lain yang dikirim oleh keluarga, seorang wanita muda terlihat berbaring di kursi bandara, jelas merasa tidak nyaman.
Bagi sebagian besar tidak ada jalan keluar, dan bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan, jalan menuju perlindungan masih jauh dari jelas. Satu keluarga berhasil keluar dari Afghanistan hanya untuk menemukan diri mereka terjebak di bandara tanpa tujuan, dan tidak ada tawaran bantuan.
Farshad, yang hanya ingin menggunakan nama depannya, telah terdampar di bandara internasional di Istanbul, Turki dengan 15 anggota keluarganya, termasuk dua anak dan tujuh wanita, sejak mereka melarikan diri dari Afghanistan pada 22 Juni lalu. Keputusan untuk mengeluarkan seluruh keluarga dari Afghanistan dibuat setelah Taliban membunuh salah satu kerabat Farshad di kota selatan Herat.
Keluarga tersebut memutuskan untuk menjual rumah mereka dan membeli tiket pertandingan kejuaraan sepak bola Euro 2020 di Rusia. Rencananya adalah sampai di sana dan kemudian meminta suaka. Namun keluarga tersebut mengatakan bahwa mereka dilarang naik ke penerbangan lanjutan mereka ke Rusia di Istanbul dan diancam akan dideportasi oleh polisi perbatasan Turki dan pejabat maskapai.
“Kartu masuk kami kedaluwarsa dan kami tidak dapat membeli makanan. Kami hampir tidak menemukan susu untuk anak berusia 2 tahun (dan ketika kami melakukannya) itu membuatnya sakit,” kata Farshad seperti dikutip dari CBS News, Rabu (14/7/2021).
Meski tidak dapat melanjutkan perjalanan, mereka menolak untuk dipulangkan ke Afghanistan karena takut akan keselamatan nyawa mereka di bawah Taliban. Keluarga itu pun dibiarkan terdampar di bandara. Mereka menghabiskan 16 hari di terminal sebelum pihak berwenang memindahkan mereka ke fasilitas penahanan.
"Kami 16 warga Afghanistan yang terjebak di bandara selama 17 hari. Kami tinggal di sini tanpa makanan, air atau susu untuk bayi kami. Kami memiliki orang sakit, dan tidak ada yang membantu kami dengan perawatan," kata salah satu perempuan anggota keluarga itu dalam sebuah video yang dibagikan dengan CBS News minggu lalu.
"Kami melarikan diri dari Afghanistan karena situasi yang mengancam jiwa dengan Taliban. Kami berada dalam bahaya dan di bawah ancaman pembunuhan dan kematian. Kami tidak akan kembali ke Afghanistan, dan kami menginginkan perlindungan," imbuhnya.
Dalam video lain yang dikirim oleh keluarga, seorang wanita muda terlihat berbaring di kursi bandara, jelas merasa tidak nyaman.