Taliban Peringatkan Turki Tidak Kirim Pasukan Penjaga Bandara Kabul
loading...
A
A
A
KABUL - Taliban memperingatkan Turki agar tidak menempatkan beberapa pasukannya di Afghanistan untuk menjalankan dan menjaga bandara Kabul setelah pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO mundur bulan depan.
Taliban menegaskan negara mana pun yang memilih untuk melakukannya akan diperlakukan sebagai "penjajah".
Turki memiliki lebih dari 500 tentara di Afghanistan sebagai bagian dari misi non-tempur NATO, dengan beberapa tentara melatih pasukan keamanan dan personil lainnya bertugas di Bandara Internasional Hamid Karzai.
“Turki telah berada di Afghanistan selama 20 tahun terakhir dengan NATO, dan jika ingin tetap tinggal sekarang, tanpa keraguan, kami menganggapnya sebagai penjajah dan akan bertindak melawannya,” tegas Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban, pada Arab News.
Sebagai satu-satunya negara Muslim anggota NATO, pasukan non-tempur Turki jarang diserang Taliban atau kelompok pemberontak lainnya di Afghanistan.
Mujahid mengatakan, “Taliban selalu ingin menjalin hubungan baik dengan Turki dan berusaha memiliki hubungan normal.”
Namun dia menolak proposal Turki untuk mengawasi operasi bandara Kabul.
“Kami memiliki banyak kesamaan dengan Turki dan mereka adalah Muslim, tetapi jika mereka campur tangan dan mempertahankan pasukannya, maka mereka akan memikul tanggung jawab,” tegas dia.
Pada Jumat, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Ankara telah mencapai kesepakatan bersyarat dengan AS untuk mengambil alih keamanan bandara setelah penarikan NATO.
“Menteri Pertahanan kami bertemu dengan Menteri Pertahanan AS, dan kami mengadakan pertemuan dengan AS dan NATO untuk membahas masa depan Bandara Internasional Hamid Karzai. Kami memutuskan apa yang kami terima dan apa yang tidak kami setujui,” papar Erdogan pada 9 Juli.
Keamanan bandara sangat penting untuk penerbangan militer dan sipil serta perjalanan yang aman dari kelompok bantuan internasional dan diplomat di Afghanistan.
Turki, bagaimanapun, mengatakan tidak dapat melaksanakan misi tanpa dukungan dan akan membutuhkan pasukan tambahan untuk itu.
Sejak penarikan pasukan koalisi dimulai pada 1 Mei, Taliban telah membuat keuntungan teritorial yang cepat terhadap pasukan pemerintah Afghanistan di beberapa wilayah, termasuk daerah dekat Kabul.
Kemajuan tersebut telah memicu kekhawatiran tentang keamanan di ibu kota dan bandaranya, yang telah mendapat serangan roket oleh afiliasi Taliban dan ISIS di masa lalu, meskipun ada pasukan koalisi di fasilitas tersebut.
Beberapa pejabat pemerintah, termasuk dari kantor Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak mengomentari keputusan Turki untuk mempertahankan pasukan di bandara itu.
Taliban menegaskan negara mana pun yang memilih untuk melakukannya akan diperlakukan sebagai "penjajah".
Turki memiliki lebih dari 500 tentara di Afghanistan sebagai bagian dari misi non-tempur NATO, dengan beberapa tentara melatih pasukan keamanan dan personil lainnya bertugas di Bandara Internasional Hamid Karzai.
“Turki telah berada di Afghanistan selama 20 tahun terakhir dengan NATO, dan jika ingin tetap tinggal sekarang, tanpa keraguan, kami menganggapnya sebagai penjajah dan akan bertindak melawannya,” tegas Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban, pada Arab News.
Sebagai satu-satunya negara Muslim anggota NATO, pasukan non-tempur Turki jarang diserang Taliban atau kelompok pemberontak lainnya di Afghanistan.
Mujahid mengatakan, “Taliban selalu ingin menjalin hubungan baik dengan Turki dan berusaha memiliki hubungan normal.”
Namun dia menolak proposal Turki untuk mengawasi operasi bandara Kabul.
“Kami memiliki banyak kesamaan dengan Turki dan mereka adalah Muslim, tetapi jika mereka campur tangan dan mempertahankan pasukannya, maka mereka akan memikul tanggung jawab,” tegas dia.
Pada Jumat, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Ankara telah mencapai kesepakatan bersyarat dengan AS untuk mengambil alih keamanan bandara setelah penarikan NATO.
“Menteri Pertahanan kami bertemu dengan Menteri Pertahanan AS, dan kami mengadakan pertemuan dengan AS dan NATO untuk membahas masa depan Bandara Internasional Hamid Karzai. Kami memutuskan apa yang kami terima dan apa yang tidak kami setujui,” papar Erdogan pada 9 Juli.
Keamanan bandara sangat penting untuk penerbangan militer dan sipil serta perjalanan yang aman dari kelompok bantuan internasional dan diplomat di Afghanistan.
Turki, bagaimanapun, mengatakan tidak dapat melaksanakan misi tanpa dukungan dan akan membutuhkan pasukan tambahan untuk itu.
Sejak penarikan pasukan koalisi dimulai pada 1 Mei, Taliban telah membuat keuntungan teritorial yang cepat terhadap pasukan pemerintah Afghanistan di beberapa wilayah, termasuk daerah dekat Kabul.
Kemajuan tersebut telah memicu kekhawatiran tentang keamanan di ibu kota dan bandaranya, yang telah mendapat serangan roket oleh afiliasi Taliban dan ISIS di masa lalu, meskipun ada pasukan koalisi di fasilitas tersebut.
Beberapa pejabat pemerintah, termasuk dari kantor Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak mengomentari keputusan Turki untuk mempertahankan pasukan di bandara itu.
(sya)