Jenderal Afghanistan: Pasukan AS Tinggalkan Bagram Tanpa Pesan

Selasa, 06 Juli 2021 - 17:58 WIB
loading...
Jenderal Afghanistan: Pasukan AS Tinggalkan Bagram Tanpa Pesan
Pasukan AS meninggalkan pangkalan udara Bagram tanpa pesan pukul 03.00 pagi. Foto/Ilustrasi
A A A
KABUL - Militer Amerika Serikat (AS) meninggalkan pangkalan utamanya di Afghanistan Bagram di tengah malam tanpa memberi tahu otoritas negara itu dan sekutunya. Hal itu diungkapkan komandan baru pangkalan itu.

Jenderal Asadullah Kohistani mengatakan kepada BBC bahwa AS meninggalkan Bagram pada pukul 03:00 pagi waktu setempat pada hari Jumat, dan militer Afghanistan mengetahuinya beberapa jam kemudian.

Bagram juga berisi sebuah penjara, dan dilaporkan ada hingga 5.000 tahanan Taliban yang tersisa di fasilitas tersebut.

Jenderal Kohistani mengatakan bahwa pasukan Afghanistan menduga Taliban tidak akan membuang waktu untuk menyerang Bagram. Pasalnya, Taliban telah membuat kemajuan yang pesat di Afghanistan saat pasukan AS mundur.



Kohistani mengatakan sudah menerima laporan bahwa kelompok itu membuat gerakan di daerah pedesaan di dekatnya.

Kohistani sendiri memiliki sekitar 3.000 tentara di bawah komandonya - secara signifikan kurang dari puluhan ribu tentara AS dan sekutu yang pernah menduduki pangkalan udara Bagram.

"Anda tahu, jika kita membandingkan diri kita dengan tentara Amerika, itu adalah perbedaan besar," kata Kohistani.

"Tapi sesuai kemampuan kami...kami berusaha melakukan yang terbaik dan semaksimal mungkin mengamankan dan melayani semua orang," imbuhnya seperti dikutip dari kantor berita yang berbasis di Inggris itu, Selasa (6/7/2021).

AS mengumumkan pada hari Jumat bahwa mereka telah mengosongkan Bagram, yang secara efektif menyelesaikan kampanye militernya di Afghanistan menjelang tanggal resmi berakhirnya operasi yaitu 11 September, yang diumumkan oleh Presiden Joe Biden pada awal tahun ini.



Kohistani mengungkapkan tentara Amerika meninggalkan sekitar 3,5 juta barang termasuk puluhan ribu botol air, minuman energi, dan makanan siap santap, yang dikenal sebagai MRE. Mereka juga meninggalkan ribuan kendaraan sipil, tanpa kunci, serta ratusan kendaraan lapis baja, Associated Press (AP) melaporkan.

"Mereka membawa senjata berat dan meledakkan beberapa persediaan amunisi, tetapi meninggalkan senjata kecil dan amunisi untuk Afghanistan," ungkap Kohistani.

AP melaporkan dalam waktu 20 menit setelah keberangkatan AS pada Jumat malam, listrik dimatikan dan pangkalan itu menjadi gelap gulita. Kondisi itu menjadi sebuah sinyal bagi para penjarah yang mendobrak penghalang dan mengobrak-abrik gedung-gedung yang ditinggalkan. Barang-barang sisa dari pangkalan telah berakhir di tempat sampah terdekat dan toko barang bekas.

Ditanya oleh Associated Press tentang penarikan larut malam dari pangkalan itu, juru bicara militer AS Kolonel Sonny Leggett merujuk pada pernyataan yang dikeluarkan pekan lalu yang mengatakan pasukan AS telah mengoordinasikan keberangkatan mereka dari berbagai pangkalan dengan para pemimpin Afghanistan.



Pada puncaknya, pangkalan Bagram adalah rumah bagi puluhan ribu tentara. Daerah itu menggelembung dari pangkalan udara Afghanistan ke kota mini dengan kolam renang, bioskop, spa, dan gerai makanan cepat saji impor Burger King dan Pizza Hut.

Pangkalan telah berpindah tangan selama bertahun-tahun. Pangkalan ini pertama kali dibangun oleh Amerika, untuk Afghanistan, pada 1950-an, sebelum jatuh ke dalam kendali Soviet ketika Tentara Merah menyerbu pada 1979.

Pangkalan itu kemudian diduduki oleh pemerintah Afghanistan yang didukung Moskow dan kemudian pemerintahan mujahidin, sebelum akhirnya berakhir di tangan Taliban ketika kelompok itu meraih kekuasaan pada pertengahan 1990-an.

Ketika AS menginvasi pada tahun 2001, ia menggulingkan Taliban dan mengambil kendali pangkalan udara, mengubahnya menjadi kompleks yang luas dari mana ia berperang melawan kelompok itu.

Taliban saat ini membuat kemajuan yang pesat seiring penarikan pasukan AS dan sekutunya. Kelompok ini mengklaim telah mengambil lebih dari 10 distrik baru dalam 24 jam terakhir. Terlepas dari pergerakan di lapangan, pembicaraan damai yang terhenti diperbarui pekan lalu antara perwakilan Taliban dan pemerintah Afghanistan di Doha, ibu kota Qatar.

Juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, mengatakan kepada BBC bahwa mereka akan menyampaikan rencana kepada tim negosiasi atas nama pemerintah Afghanistan dan kedua belah pihak akan membahasnya.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1299 seconds (0.1#10.140)