Media Palestina Minta Perlindungan setelah Serangan oleh Polisi
loading...
A
A
A
JALUR GAZA - Banyak wartawan Palestina dikerahkan di luar gedung PBB di Ramallah untuk menuntut kebebasan pers.
Aksi ini sebagai tanggapan atas bentrokan kekerasan dengan pasukan keamanan Palestina yang awalnya dipicu kematian Nizar Banat, aktivis berusia 43 tahun dari Hebron.
Banat, seorang pengkritik keras terhadap Otoritas Palestina (PA), meninggal pekan lalu setelah pasukan keamanan menyerbu rumahnya dan menangkapnya dengan kejam.
Wartawan Palestina dilaporkan menyerahkan surat kepada PBB yang mendesaknya, "Untuk mengambil tindakan yang diperlukan dan segera untuk melindungi kebebasan pers.”
Surat itu muncul di tengah meningkatnya serangan dan pelecehan oleh pasukan keamanan Palestina terhadap para jurnalis Palestina.
Serikat Jurnalis Palestina juga meminta Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh untuk memecat kepala polisi Palestina karena tidak melindungi wartawan dan membiarkan polisi yang menyamar menyerang dan menangkap para jurnalis.
“Wartawan sengaja menjadi sasaran, terutama jurnalis perempuan di lapangan, melalui penyerangan, pembajakan kamera, atau pencurian alat komunikasi,” ungkap Ammar al-Dwaik, direktur jenderal Komisi Independen untuk Hak Asasi Manusia.
Reporters Without Borders mengindikasikan 12 jurnalis Palestina, termasuk lima wanita, telah diserang polisi Palestina di Tepi Barat selama bentrokan.
Demikian pula, di negara tetangga Lebanon, tiga wartawan dilaporkan ditahan di Beirut Selatan pada Senin saat meliput krisis bahan bakar negara itu.
Para wartawan diculik anggota Hizbullah, tetapi salah satu wartawan dilaporkan dibebaskan ke pihak berwenang Lebanon tak lama setelah itu.
Aksi ini sebagai tanggapan atas bentrokan kekerasan dengan pasukan keamanan Palestina yang awalnya dipicu kematian Nizar Banat, aktivis berusia 43 tahun dari Hebron.
Banat, seorang pengkritik keras terhadap Otoritas Palestina (PA), meninggal pekan lalu setelah pasukan keamanan menyerbu rumahnya dan menangkapnya dengan kejam.
Wartawan Palestina dilaporkan menyerahkan surat kepada PBB yang mendesaknya, "Untuk mengambil tindakan yang diperlukan dan segera untuk melindungi kebebasan pers.”
Surat itu muncul di tengah meningkatnya serangan dan pelecehan oleh pasukan keamanan Palestina terhadap para jurnalis Palestina.
Serikat Jurnalis Palestina juga meminta Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh untuk memecat kepala polisi Palestina karena tidak melindungi wartawan dan membiarkan polisi yang menyamar menyerang dan menangkap para jurnalis.
“Wartawan sengaja menjadi sasaran, terutama jurnalis perempuan di lapangan, melalui penyerangan, pembajakan kamera, atau pencurian alat komunikasi,” ungkap Ammar al-Dwaik, direktur jenderal Komisi Independen untuk Hak Asasi Manusia.
Reporters Without Borders mengindikasikan 12 jurnalis Palestina, termasuk lima wanita, telah diserang polisi Palestina di Tepi Barat selama bentrokan.
Demikian pula, di negara tetangga Lebanon, tiga wartawan dilaporkan ditahan di Beirut Selatan pada Senin saat meliput krisis bahan bakar negara itu.
Para wartawan diculik anggota Hizbullah, tetapi salah satu wartawan dilaporkan dibebaskan ke pihak berwenang Lebanon tak lama setelah itu.
(sya)