Berniat Sedekah, Bocah Muslim Malah Dilaporkan ke Pengawas Teror Inggris

Selasa, 29 Juni 2021 - 08:48 WIB
loading...
Berniat Sedekah, Bocah Muslim Malah Dilaporkan ke Pengawas Teror Inggris
Badan pengawas terorisme Inggris atau Prevent. Foto/Arab News via Screenshot Prevent
A A A
LONDON - Seorang bocah laki-laki Muslim berusia 11 tahun telah dilaporkan ke pengawas anti-terorisme Inggris setelah dia mengatakan di kelasnya bahwa dia ingin memberikan “sedekah” kepada yang membutuhkan.

Sedekah dalam bahasa Inggris bermakna "alms". Oleh gurunya, "alms" disalahartikan sebagai "arms" yang bermakna senjata. Salah tafsir itulah yang membuat si guru melaporkan siswa itu ke pengawas anti-terorisme.



Sebuah gugatan hukum yang diajukn oleh orangtua bocah itu terhadap sekolah. Dokumen menyatakan bahwa guru telah bertanya apa yang akan dilakukan anggota kelas jika mereka menerima sejumlah besar uang.

Anak laki-laki, yang keluarganya mengatakan dia sangat tertarik pada sejarah abad pertengahan dan menggambarkannya sebagai "anak cerdas" dan "banyak membaca," mengatakan dia menanggapi dengan mengatakan dia akan memberi sedekah kepada yang tertindas.

Sedekah adalah cara lain—agak kuno—untuk menggambarkan amal, dan sering dipahami sebagai tindkan memberi oleh orang-orang beragama kepada yang mereka paling rentan dan membutuhkan dalam masyarakat.

Namun, guru anak laki-laki itu panik dan melaporkan anak itu ke badan pengawas anti-terorisme Inggris atau Prevent, setelah salah mengira "alms [sedekah]" sebagai "arms [senjata]".

Meskipun sekolah mengakui bahwa anak laki-laki itu “sangat cerdas,” laporan tersebut berfokus pada fakta bahwa komentar itu dianggap “tidak biasa” untuk anak laki-laki seusianya.

Polisi dengan cepat menutup kasus tersebut setelah memastikan tidak ada substansinya, dan tidak ada tanda-tanda radikalisasi atau ekstremisme, atau ancaman terhadap keamanan nasional.

Gugatan hukum orangtua terhadap sekolah adalah menuntut permintaan maaf tertulis, ganti rugi, dan penghapusan rujukan Prevent dari catatan anak laki-laki tersebut sebelum dia pindah ke sekolah lain.



Orangtua bocah tersebut mengeklaim bahwa guru tersebut melanggar undang-undang anti-diskriminasi dengan menerapkan stereotip tentang latar belakang ras dan agamanya dalam perlakuanny terhadap putra mereka.

Attiq Malik, direktur Liberty Law Solicitors, yang mewakili keluarga anak laki-laki itu, mengatakan kepada MailOnline: “Sekali lagi kita melihat contoh lain dari 'kegagalan' oleh program Prevent pemerintah pada anak-anak yang rentan terpengaruh, menyoroti mengapa program tersebut berpotensi berbahaya dan membutuhkan untuk dihapus karena tidak berfungsi."

Malik juga mengingatkan, meski tuduhan itu sama sekali tidak berdasar, namun rujukan Prevent masih bisa kembali menggigit keluarga.

Dia mengatakan kepada The Guardian: “Setiap kali rujukan Prevent dibuat, itu menghasilkan catatan dengan Home Office dan berbagai badan intelijen lainnya."

“Dan sangat tidak adil bahwa seorang anak, yang tidak melakukan kesalahan, tiba-tiba memiliki data yang dibuat tentang dirinya yang mungkin tidak akan pernah dihapus," katanya, yang dilansir Selasa (29/6/2021).

Program Prevent Inggris didirikan untuk mengidentifikasi dan mendukung orang-orang yang dianggap rentan terhadap segala bentuk radikalisasi dan dalam bahaya menjadi teroris. Ini memaksa staf di sekolah dan rumah sakit untuk melaporkan masalah yang mereka pertimbangkan.

Sementara jumlah ekstremis sayap kanan potensial yang dirujuk ke program tersebut terus meningkat, Prevent masih terus dituduh berkonsentrasi pada Muslim.

Rujukan itu, kata ayah anak laki-laki itu, “sangat menyedihkan” karena sekolah gagal mendiskusikannya dengan keluarga sebelumnya seperti yang dipersyaratkan.

"Ini memiliki dampak besar pada kami sebagai sebuah keluarga," katanya ayah bocah itu yang identitasnya dilindungi. Dia menambahkan bahwa istrinya belum tidur dengan benar sejak itu terjadi.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1741 seconds (0.1#10.140)