Pentagon Lacak Peluncuran Satelit Iran yang Gagal, Teheran akan Coba Lagi
loading...
A
A
A
Setelah peluncuran April lalu, Fabian Hinz, analis open source independen yang berfokus pada rudal Timur Tengah, mencatat perkembangan teknologi Iran.
“Sementara program sipil Iran menggunakan peluncur yang sangat cocok untuk dikonversi menjadi rudal balistik, IRGC tampaknya berniat mengembangkan teknologi peluncur yang dapat diterapkan untuk pengembangan rudal jarak jauh dan sedikit banyak menandakan kemampuan ini,” tulisnya saat itu.
Peluncuran terbaru, dilakukan pada 12 Juni, datang lebih dari satu tahun setelah upaya terakhir negara itu menempatkan satelit ke orbit.
Pada April tahun lalu, Iran meluncurkan satelit militer Nour 01 ke orbit setelah upaya sebelumnya yang gagal untuk meluncurkan satelit serupa dalam langkah yang mengungkapkan aspek militer pada program luar angkasa sipil negara itu.
Korps Garda Revolusi Islam Iran mengklaim peluncuran itu berhasil, tetapi komandan Komando Luar Angkasa AS, Jenderal Jay Raymond, dengan cepat menepis pernyataan itu.
"Iran menyatakan memiliki kemampuan pencitraan, sebenarnya, ini adalah webcam yang jatuh di luar angkasa; tidak mungkin menyediakan intel," papar Raymond di Twitter beberapa hari setelah peluncuran.
Komando Luar Angkasa AS melacak dua objek dari peluncuran itu yakni satelit Nour dan badan roket. Satelit tetap di orbit, tetapi Pentagon yakin benda itu tidak dapat digunakan.
"Peluncuran ruang angkasa terakhir Iran terjadi pada April 2020, dan menempatkan mikrosatelit sederhana (NOUR-1) di orbit yang terus dilacak Komando Luar Angkasa AS. Namun pengamatan terus-menerus kami terhadap objek ini menunjukkan bahwa itu tidak terkendali dan tidak operasional," papar juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Uriah Orland dalam pernyataan kepada CNN.
Sekarang Iran tampaknya siap untuk mencoba lagi.
"Iran mengumumkan tiga peluncuran luar angkasa tahun ini menggunakan Simorgh. Fakta bahwa mereka mencoba lagi begitu cepat mengatakan banyak tentang seberapa besar program luar angkasa ingin sukses," ungkap Lewis.
“Sementara program sipil Iran menggunakan peluncur yang sangat cocok untuk dikonversi menjadi rudal balistik, IRGC tampaknya berniat mengembangkan teknologi peluncur yang dapat diterapkan untuk pengembangan rudal jarak jauh dan sedikit banyak menandakan kemampuan ini,” tulisnya saat itu.
Peluncuran terbaru, dilakukan pada 12 Juni, datang lebih dari satu tahun setelah upaya terakhir negara itu menempatkan satelit ke orbit.
Pada April tahun lalu, Iran meluncurkan satelit militer Nour 01 ke orbit setelah upaya sebelumnya yang gagal untuk meluncurkan satelit serupa dalam langkah yang mengungkapkan aspek militer pada program luar angkasa sipil negara itu.
Korps Garda Revolusi Islam Iran mengklaim peluncuran itu berhasil, tetapi komandan Komando Luar Angkasa AS, Jenderal Jay Raymond, dengan cepat menepis pernyataan itu.
"Iran menyatakan memiliki kemampuan pencitraan, sebenarnya, ini adalah webcam yang jatuh di luar angkasa; tidak mungkin menyediakan intel," papar Raymond di Twitter beberapa hari setelah peluncuran.
Komando Luar Angkasa AS melacak dua objek dari peluncuran itu yakni satelit Nour dan badan roket. Satelit tetap di orbit, tetapi Pentagon yakin benda itu tidak dapat digunakan.
"Peluncuran ruang angkasa terakhir Iran terjadi pada April 2020, dan menempatkan mikrosatelit sederhana (NOUR-1) di orbit yang terus dilacak Komando Luar Angkasa AS. Namun pengamatan terus-menerus kami terhadap objek ini menunjukkan bahwa itu tidak terkendali dan tidak operasional," papar juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Uriah Orland dalam pernyataan kepada CNN.
Sekarang Iran tampaknya siap untuk mencoba lagi.
"Iran mengumumkan tiga peluncuran luar angkasa tahun ini menggunakan Simorgh. Fakta bahwa mereka mencoba lagi begitu cepat mengatakan banyak tentang seberapa besar program luar angkasa ingin sukses," ungkap Lewis.