Pentagon Lacak Peluncuran Satelit Iran yang Gagal, Teheran akan Coba Lagi

Rabu, 23 Juni 2021 - 16:01 WIB
loading...
A A A
“Tidak jelas mengapa peluncuran itu gagal dan pada tahap apa peluncuran itu gagal,” papar para pejabat.

Upaya Iran sebelumnya untuk meluncurkan satelit ke orbit telah meledak di landasan peluncuran atau gagal pada tahap selanjutnya.

Peningkatan aktivitas di pangkalan antariksa Iran terjadi pada saat yang kritis dalam hubungan antara Teheran dan Washington.

Kedua negara berada dalam negosiasi sensitif untuk kembali ke perjanjian nuklir Iran, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dan potensi pelonggaran sanksi terhadap Iran. Kegiatan itu juga terjadi pada pekan-pekan terakhir masa jabatan Presiden Iran Hassan Rouhani, sebelum dia digantikan kepala kehakiman ultra-konservatif Ebraham Raisi pada Agustus.

Sementara pejabat pertahanan AS tidak mengidentifikasi roket yang digunakan dalam peluncuran awal bulan ini, Jeffrey Lewis, profesor di Middlebury Institute of International Studies, mengatakan kemungkinan itu adalah roket Simorgh, kendaraan peluncuran ruang angkasa dua tahap yang menggunakan mesin berdasarkan desain Korea Utara.

"Upaya peluncuran yang gagal adalah kegagalan keempat berturut-turut dari peluncur Simorgh," papar Lewis, penulis buku yang akan datang tentang program luar angkasa Iran.

“Iran tampaknya berjuang dengan sistem khusus ini. Roket Iran lainnya dengan desain berbeda lebih berhasil,” ujar dia.

Kritikus Iran melihat peluncuran satelit sebagai langkah provokatif, karena roket menggunakan teknologi yang mirip dengan apa yang dibutuhkan untuk rudal balistik antarbenua (ICBM).

“Iran memiliki sejarah panjang dalam menggabungkan tujuan komersial dan militer,” ungkap Bradley Bowman, direktur senior di Pusat Kekuatan Militer dan Politik di lembaga think tank Foundation for Defense of Democracies.

Dia menegaskan, "Apa pun yang dilakukan Iran di luar angkasa, saya akan khawatir, karena mereka akan menggunakan kemampuan yang sama untuk melawan kita dalam konflik militer."
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1147 seconds (0.1#10.140)