Prancis Ogah Terseret Konflik China-AS
loading...
A
A
A
AS dan China terlibat perselisihan dalam banyak masalah beberapa tahun terkahir, termasuk perdagangan, Hong Kong, dan Taiwan. Pejabat AS, antara lain, telah menekan negara-negara Eropa untuk menghapus teknologi telekomunikasi China dari pasar mereka.
Presiden Prancis Emmanuel Macron awal tahun ini mengatakan bahwa akan menjadi "kontraproduktif" bagi UE untuk secara tegas bergabung dengan AS dalam persaingannya dengan Beijing.
Lecointre juga mengatakan bahwa, seperti China, Rusia menjadi pesaing yang sangat berbahaya dalam hal kapal selam dan rudal balistik.
"Moskow terus ingin melemahkan model demokrasi kita dengan bertindak di bidang digital dan bidang pengaruh," tudingnya.
“Hari ini, kehadiran Rusia, Turki atau China di Afrika mengkhawatirkan dan membuat tidak stabil,” kata Lecointre.
Rusia saat ini memiliki sekitar 500 instruktur dan penasihat militer di Republik Afrika Tengah, bekas koloni Prancis, tempat mereka membantu tentara melawan berbagai kelompok pemberontak. Rusia selalu menyatakan bahwa prajuritnya secara resmi hadir di negara itu, karena mereka berada di sana atas perintah pemerintahnya.
Berbicara tentang peran kekuatan asing di Afrika, Macron mengatakan kepada majalah Jeune Afrique tahun lalu bahwa Rusia dan Turki mempermainkan kebencian pasca-kolonial terhadap Prancis.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Presiden Prancis Emmanuel Macron awal tahun ini mengatakan bahwa akan menjadi "kontraproduktif" bagi UE untuk secara tegas bergabung dengan AS dalam persaingannya dengan Beijing.
Lecointre juga mengatakan bahwa, seperti China, Rusia menjadi pesaing yang sangat berbahaya dalam hal kapal selam dan rudal balistik.
"Moskow terus ingin melemahkan model demokrasi kita dengan bertindak di bidang digital dan bidang pengaruh," tudingnya.
“Hari ini, kehadiran Rusia, Turki atau China di Afrika mengkhawatirkan dan membuat tidak stabil,” kata Lecointre.
Rusia saat ini memiliki sekitar 500 instruktur dan penasihat militer di Republik Afrika Tengah, bekas koloni Prancis, tempat mereka membantu tentara melawan berbagai kelompok pemberontak. Rusia selalu menyatakan bahwa prajuritnya secara resmi hadir di negara itu, karena mereka berada di sana atas perintah pemerintahnya.
Berbicara tentang peran kekuatan asing di Afrika, Macron mengatakan kepada majalah Jeune Afrique tahun lalu bahwa Rusia dan Turki mempermainkan kebencian pasca-kolonial terhadap Prancis.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ian)