Eks PM Swedia: Serangan Pasukan Israel di Masjid Al-Aqsa seperti Mengirim Nazi ke Vatikan
loading...
A
A
A
STOCKHOLM - Mantan perdana menteri (PM) Swedia, Carl Bildt, mengibaratkan serangan pasukan polisi Israel di Masjid Al-Aqsa beberapa waktu lalu seperti halnya mengirim pasukan Nazi ke Vatikan. Perumpamaan itu menyulut kemarahan Dewan Pusat Yahudi.
Serangan pasukan polisi di masjid suci umat Islam itu telah memicu perang antara kelompok perlawanan Palestina di Gaza dengan militer Israel sejak 10 Mei lalu hingga hari ini (20/5/2021).
“Yang memicunya adalah operasi polisi di Masjid al-Aqsa. Ini seperti mengirim Nazi ke Vatikan. Ada emosi yang begitu kuat," kata Bildt kepada penyiar SVT.
Pernyataan itu mendapat kecaman keras dari Aron Verstandig, ketua Dewan Pusat Yahudi.
"Menyamakan dalam kasus ini polisi dan tentara Israel dengan Nazi tidak hanya kotor dan hambar, tetapi juga merupakan anti-Semitisme murni," katanya kepada surat kabar Expressen, yang dilansir Kamis (20/5/2021).
Menurut definisi International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA), perbandingan antara politik Israel dan Nazisme merupakan ekspresi anti-Semitisme. Pemerintah Swedia juga telah mengadopsi definisi tersebut.
"Ini semua lebih mengejutkan dari mantan perdana menteri dan menteri luar negeri untuk mengungkapkan pandangan seperti itu," kata Verstandig.
Verstandig menekankan bahwa dia tidak memiliki masalah dengan orang-orang yang mengungkapkan kritik objektif atas tindakan negara Israel.
“Saya tidak punya masalah dengan kritik terhadap Israel. Itu benar-benar ada dalam haknya sendiri. Tapi membuat kesejajaran itu jelas melanggar batas," katanya.
Serangan pasukan polisi di masjid suci umat Islam itu telah memicu perang antara kelompok perlawanan Palestina di Gaza dengan militer Israel sejak 10 Mei lalu hingga hari ini (20/5/2021).
“Yang memicunya adalah operasi polisi di Masjid al-Aqsa. Ini seperti mengirim Nazi ke Vatikan. Ada emosi yang begitu kuat," kata Bildt kepada penyiar SVT.
Pernyataan itu mendapat kecaman keras dari Aron Verstandig, ketua Dewan Pusat Yahudi.
"Menyamakan dalam kasus ini polisi dan tentara Israel dengan Nazi tidak hanya kotor dan hambar, tetapi juga merupakan anti-Semitisme murni," katanya kepada surat kabar Expressen, yang dilansir Kamis (20/5/2021).
Menurut definisi International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA), perbandingan antara politik Israel dan Nazisme merupakan ekspresi anti-Semitisme. Pemerintah Swedia juga telah mengadopsi definisi tersebut.
"Ini semua lebih mengejutkan dari mantan perdana menteri dan menteri luar negeri untuk mengungkapkan pandangan seperti itu," kata Verstandig.
Verstandig menekankan bahwa dia tidak memiliki masalah dengan orang-orang yang mengungkapkan kritik objektif atas tindakan negara Israel.
“Saya tidak punya masalah dengan kritik terhadap Israel. Itu benar-benar ada dalam haknya sendiri. Tapi membuat kesejajaran itu jelas melanggar batas," katanya.