Netanyahu: Hamas Mengira Bisa Sembunyi di Gaza, tapi Tak Bisa!
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan "menjangkau" para militan Hamas Palestina di mana-mana. Dia mengatakan, serangan udara terhadap Jalur Gaza, Palestina, saat ini belum berakhir karena akan berlangsung terus.
"Saya mengatakan kami akan meminta harga yang sangat mahal dari Hamas dan kelompok teror lainnya, dan kami melakukannya dan akan terus melakukannya dengan kekuatan besar," kata Netanyahu dalam pidato yang berapi-api pada hari Jumat.
PM Netanyahu mengatakan bahwa, baru-baru ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerang target terowongan bawah tanah para militan Gaza.
"Hamas mengira bisa bersembunyi di sana, tapi tidak bisa," katanya.
Kata-katanya muncul saat kebuntuan antara Tel Aviv dan Jalur Gaza memasuki hari kelima. Saat ini (15/5/2021), konflik telah memasuki hari keenam.
Serangan Israel di Gaza yang dimulai sejak Senin hingga saat ini telah menewaskan 132 orang, termasuk 31 anak dan 20 perempuan.
Sedangkan di Israel ada 9 orang yang tewas, termasuk seorang tentara militer dan seorang warga India, akibat serangan roket dan rudal dari Gaza.
Sebelumnya pada hari Jumat, IDF mengatakan kepada media Israel bahwa pasukannya telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur Hamas di Gaza. IDF menyatakan akan mendukung tawaran gencatan senjata jika disampaikan dalam beberapa hari mendatang.
Netanyahu, bagaimanapun, memberikan nada yang lebih agresif dalam pidatonya. “Para pemimpin Hamas berpikir mereka bisa lepas dari genggaman kami. Mereka tidak bisa melarikan diri. Kami dapat menjangkau mereka di mana saja—semua orang [Hamas] dan kami akan terus melakukannya," katanya.
"Mereka menyerang ibu kota kami, mereka menembakkan rudal ke kota-kota kami; mereka membayar dan akan terus membayar mahal untuk itu," imbuh Netanyahu seperti dikutip Russia Today.
Gejolak terbaru konflik antara Israel dan militan Palestina didahului oleh protes besar-besaran, yang disebabkan oleh rencana keputusan pengadilan Israel untuk mengusir beberapa keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur. Ketegangan mencapai puncaknya ketika pasukan Israel menyerang para jamaah di Masjid Al-Aqsa yang memicu Hamas dan kelompok lain menghujani Israel dengan ribun roket dan rudal.
Serangan dari Gaza, yang melibatkan sekitar 2.000 roket, sebagian besar berhasil dihalau oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel, tetapi masih merenggut nyawa sembilan orang, termasuk seorang anak.
Israel menanggapi dengan serangan udara besar-besaran. Sebelumnya, ada ada laporan tentang potensi invasi darat oleh IDF ke Gaza, tetapi militer Israel membantah rencana tersebut.
Tel Aviv diprediksi tidak berencana untuk berhenti di situ, setidaknya menurut Netanyahu, yang berjanji untuk terus melindungi kota dan orang-orang Israel.
"Ini belum selesai. Kami akan melakukan segalanya untuk memulihkan keamanan kota dan warga kami."
Laporan sebelumnya menuduh bahwa Tel Aviv telah menolak rencana gencatan senjata yang diusulkan oleh Mesir.
Netanyahu menyatakan bahwa tindakan IDF hanya untuk membela diri. Dia juga berterima kasih kepada para pemimpin Prancis, Inggris, dan Jerman atas dukungan mereka kepada Israel. Dia tidak mengomentari seruan PBB untuk de-eskalasi segera di Gaza.
"Saya mengatakan kami akan meminta harga yang sangat mahal dari Hamas dan kelompok teror lainnya, dan kami melakukannya dan akan terus melakukannya dengan kekuatan besar," kata Netanyahu dalam pidato yang berapi-api pada hari Jumat.
PM Netanyahu mengatakan bahwa, baru-baru ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerang target terowongan bawah tanah para militan Gaza.
"Hamas mengira bisa bersembunyi di sana, tapi tidak bisa," katanya.
Kata-katanya muncul saat kebuntuan antara Tel Aviv dan Jalur Gaza memasuki hari kelima. Saat ini (15/5/2021), konflik telah memasuki hari keenam.
Serangan Israel di Gaza yang dimulai sejak Senin hingga saat ini telah menewaskan 132 orang, termasuk 31 anak dan 20 perempuan.
Sedangkan di Israel ada 9 orang yang tewas, termasuk seorang tentara militer dan seorang warga India, akibat serangan roket dan rudal dari Gaza.
Sebelumnya pada hari Jumat, IDF mengatakan kepada media Israel bahwa pasukannya telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur Hamas di Gaza. IDF menyatakan akan mendukung tawaran gencatan senjata jika disampaikan dalam beberapa hari mendatang.
Netanyahu, bagaimanapun, memberikan nada yang lebih agresif dalam pidatonya. “Para pemimpin Hamas berpikir mereka bisa lepas dari genggaman kami. Mereka tidak bisa melarikan diri. Kami dapat menjangkau mereka di mana saja—semua orang [Hamas] dan kami akan terus melakukannya," katanya.
"Mereka menyerang ibu kota kami, mereka menembakkan rudal ke kota-kota kami; mereka membayar dan akan terus membayar mahal untuk itu," imbuh Netanyahu seperti dikutip Russia Today.
Gejolak terbaru konflik antara Israel dan militan Palestina didahului oleh protes besar-besaran, yang disebabkan oleh rencana keputusan pengadilan Israel untuk mengusir beberapa keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur. Ketegangan mencapai puncaknya ketika pasukan Israel menyerang para jamaah di Masjid Al-Aqsa yang memicu Hamas dan kelompok lain menghujani Israel dengan ribun roket dan rudal.
Serangan dari Gaza, yang melibatkan sekitar 2.000 roket, sebagian besar berhasil dihalau oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel, tetapi masih merenggut nyawa sembilan orang, termasuk seorang anak.
Israel menanggapi dengan serangan udara besar-besaran. Sebelumnya, ada ada laporan tentang potensi invasi darat oleh IDF ke Gaza, tetapi militer Israel membantah rencana tersebut.
Tel Aviv diprediksi tidak berencana untuk berhenti di situ, setidaknya menurut Netanyahu, yang berjanji untuk terus melindungi kota dan orang-orang Israel.
"Ini belum selesai. Kami akan melakukan segalanya untuk memulihkan keamanan kota dan warga kami."
Laporan sebelumnya menuduh bahwa Tel Aviv telah menolak rencana gencatan senjata yang diusulkan oleh Mesir.
Netanyahu menyatakan bahwa tindakan IDF hanya untuk membela diri. Dia juga berterima kasih kepada para pemimpin Prancis, Inggris, dan Jerman atas dukungan mereka kepada Israel. Dia tidak mengomentari seruan PBB untuk de-eskalasi segera di Gaza.
(min)