Jenderal AS Wanti-wanti Penumpukan Senjata Nuklir China Diluar Prediksi
loading...
A
A
A
Di tempat lain dalam kesaksiannya yang luas, Berrier mengatakan kepada Komite Layanan Bersenjata Senat bahwa China secara aktif menggunakan perang informasi seputar pandemi COVID-19 untuk melemahkan pemerintah Barat. AS dan China telah saling tuding selama hampir satu tahun, menuduh satu sama lain sengaja atau tidak sengaja melepaskan patogen SARS-CoV-2.
Sebelumnya pada bulan April, upaya China untuk memperluas pengaruhnya dinyatakan sebagai salah satu ancaman terbesar bagi Amerika Serikat.
Sebuah laporan intelijen utama tahunan yang dirilis pada 13 April juga memperingatkan tentang tantangan keamanan nasional yang luas yang ditimbulkan oleh Beijing, karena menguraikan potensi yang disebut pertempuran zona abu-abu untuk mendapatkan kekuasaan, yang akan menyaksikan operasi intelijen dan serangan siber yang semakin intensif.
Laporan tersebut menempatkan dorongan China untuk "kekuatan global" di urutan pertama dalam daftar ancaman, diikuti oleh Rusia, Iran, dan Korea Utara (Korut).
"China semakin menjadi pesaing yang hampir setara, menantang Amerika Serikat di berbagai arena - terutama secara ekonomi, militer, dan teknologi - dan mendorong untuk mengubah norma-norma global," bunyi laporan itu.
Meramalkan China setidaknya menggandakan cadangan nuklirnya selama dekade berikutnya, laporan tersebut mengklaim bahwa Beijing tidak tertarik dengan perjanjian pengendalian senjata yang membatasi rencana modernisasinya.
China adalah salah satu dari lima negara senjata nuklir (NWS) yang diakui oleh Nuclear Non-Proliferation Treaty, yang diratifikasi negara tersebut pada tahun 1992.
Pada tahun 2005, Kementerian Luar Negeri China merilis buku putih yang menggarisbawahi bahwa pemerintah Beijing tidak akan menjadi yang pertama menggunakan senjata (nuklir) kapan pun dan dalam keadaan apa pun, dan kebijakan "jangan gunakan pertama kali" ini tidak akan berubah.