Ahli Tuding India Berbohong Soal Jumlah Kematian Akibat COVID-19

Jum'at, 30 April 2021 - 03:40 WIB
loading...
Ahli Tuding India Berbohong Soal Jumlah Kematian Akibat COVID-19
Ahli menuduh pemerintah India telah berbohong terkait jumlah kematian akibat COVID-19. Foto/ABC News
A A A
NEW DELHI - Para ahli menilai jumlah kematian COVID-19 di India yang melewati angka 200 ribu tidak mencerminkan tingkat infeksi karena lebih rendah daripada fakta di lapangan.

"Orang-orang yang bisa diselamatkan sekarat sekarang," kata Gautam Menon, seorang profesor fisika dan biologi di Ashoka University seperti dikutip dari AP, Jumat (30/4/2021).

Menon mengatakan telah ada "undercounting serius" terkait jumlah kematian di banyak wilayah di negara itu.

Misalnya, di Negara Bagian Telangana Selatan, dokter dan aktivis meributkan jumlah kematian resmi. Pada 23 April, negara mengatakan 33 orang meninggal karena COVID-19. Tetapi, sehari sebelumnya, antara 80 hingga 100 orang tewas hanya di dua rumah sakit di Ibu Kota negara bagian Hyderabad.

New Delhi secara resmi mencatat 4.000 kematian akibat COVID-19 pada 31 Agustus, tetapi ini tidak termasuk dugaan kematian, menurut data yang diakses oleh AP di bawah permintaan hak atas informasi. Kematian telah meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari 14.500 orang. Pejabat tidak menanggapi pertanyaan tentang apakah kematian yang dicurigai sekarang dimasukkan.



Di Lucknow, para pejabat mengatakan 39 orang meninggal karena virus di kota itu pada hari Selasa. Tetapi Suresh Chandra, yang mengoperasikan krematorium listrik Bhaisakhund, mengatakan timnya telah mengkremasi 58 mayat COVID-19 pada Selasa malam, dan 28 lainnya dikremasi di krematorium terdekat pada hari yang sama.

Ajay Dwivedi, seorang pejabat pemerintah di Lucknow, mengakui lebih banyak jenazah sedang dikremasi tetapi mengatakan mereka termasuk mayat dari distrik lain.

Kisah-kisah kematian yang kusut akibat birokrasi dan gangguan dalam pelayanan kesehatan telah menjadi umum di India, di mana kematian pada hari Rabu secara resmi melonjak melewati 200.000. Tetapi korban tewas yang sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.

Para ahli mengatakan banyak kematian tidak terdaftar sebagai COVID-19, tetapi dikaitkan dengan kondisi yang mendasarinya, meskipun ada pedoman nasional yang meminta negara untuk mencatat semua dugaan kematian akibat COVID-19, bahkan jika pasien tidak diuji.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1017 seconds (0.1#10.140)