'Tsunami' COVID India, yang Sabotase Oksigen Akan Digantung!

Senin, 26 April 2021 - 12:03 WIB
loading...
Tsunami COVID India, yang Sabotase Oksigen Akan Digantung!
Pasien COVID-19 mendapatkan perawatan di bangsal rumah sakit Lok Nayak Jai Prakash (LNJP), India, 15 April 2021. Foto/REUTERS/ Danish Siddiqui
A A A
NEW DELHI - Pengadilan Tinggi Delhi, India , mengancam akan menggantung siapa pun yang menyabotase pasokan oksigen untuk para pasien COVID-19 di ibu kota.

Pengadilan itu juga memilih menggunakan istilah "tsunami" ketimbang "gelombang" untuk menggambarkan peningkatan kasus infeksi COVID-19 harian di Ibu Kota India.



"Jika ada yang menghalangi suplai oksigen, kami akan gantung orang itu," kata Pengadilan Tinggi Delhi setelah mendengar petisi sejumlah rumah sakit tentang kekurangan oksigen untuk pasien COVID-19 yang sakit parah.

Pemerintah Delhi mengatakan kepada pengadilan bahwa sistem kesehatan akan runtuh jika ibu kota tidak mendapatkan 480 metrik ton oksigen.

Kekurangan oksigen medis yang mengkhawatirkan telah ditandai oleh beberapa rumah sakit yang kewalahan dengan ribuan kasus COVID-19 baru setiap hari.

Masalah yang menjadi kontroversi dalam beberapa hari terakhir ini telah diangkat ke Pengadilan Tinggi oleh beberapa rumah sakit, besar dan kecil. Kekurangan oksigen telah menyebabkan kematian pasien COVID-19 di setidaknya satu rumah sakit di Delhi dalam 24 jam terakhir.

"Jika kami tidak mendapatkan 480 metrik ton (oksigen), sistem akan runtuh. Kami telah melihat dalam 24 jam terakhir. Sesuatu yang menghancurkan akan terjadi," kata Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal di pengadilan, yang mengaku bahwa wilayahnya hanya menerima 297 metrik ton oksigen medis pada Jumat pekan lalu.

Pemerintah negara bagian tersebut juga meminta pernyataan tertulis rinci dari pusat dengan rincian alokasi oksigen dan jadwal pasokan yang jelas.

Pengadilan Tinggi mengatakan kepada pemerintah Delhi untuk memberikan satu contoh siapa yang menghalangi pasokan oksigen dan berkata, "kami akan gantung orang itu".

"Kami tidak akan mengampuni siapa pun," lanjut pihak pengadilan seperti dikutip NDTV, Minggu (25/4/2021) .

Pengadilan juga meminta pemerintah negara bagian untuk memberi tahu pusat juga tentang para pejabat yang diduga menghalangi suplai oksigen medis sehingga dapat mengambil tindakan terhadap mereka.

"Kapan Delhi akan mendapatkan 480 metrik ton? Tolong beri tahu kami," tanya pengadilan saat mendengar petisi Rumah Sakit Maharaja Agrasen.

"Kami menyebutnya gelombang, ini sebenarnya tsunami," lanjut pengadilan, dan menanyakan kepada pusat tentang kesiapsiagaan dalam hal infrastruktur, rumah sakit, tenaga medis, obat-obatan, vaksin, dan oksigen sampai saat ini.



Dalam sidang hari Sabtu, pemerintah pusat sebelumnya menyalahkan pemerintah AAP [Aam Aadmi Party, partai berkuasa di Delhi].

"Negara-negara sedang mengatur dari kapal tanker hingga segalanya. Kami hanya membantu mereka. Tapi di Delhi, semuanya diserahkan pada kami. Pejabat Delhi harus melakukan tugas mereka," kata pemerintah pusat.

"Saya tahu tanggung jawab saya. Saya tahu banyak hal tetapi tidak mengatakan apa-apa. Mari kita coba dan jangan menangis," kata Jaksa Agung Tushar Mehta menanggapi keluhan pengacara pemerintah Delhi Rahul Mehra bahwa pusat itu tidak mematuhi pedoman untuk alokasi oksigen.

Mengutip laporan realtime worldometers.info, pada pukul 11.50, Senin (26/4/2021), tercatat kasus COVID-19 di India mencapai 17.313.163 termasuk 6.863 kasus baru. Sebanyak 195.123 orang meninggal dan sebanyak 14.304.382 pasien sembuh.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2158 seconds (0.1#10.140)