Pangeran Hamzah Ogah Patuhi Perintah Militer Yordania untuk Diam

Selasa, 06 April 2021 - 02:02 WIB
loading...
Pangeran Hamzah Ogah...
Mantan Putra Mahkota Yordania Pangeran Hamzah. Foto/REUTERS
A A A
AMMAN - Mantan Putra Mahkota Yordania Pangeran Hamzah menegaskan dia tidak akan mematuhi perintah militer agar tidak berkomunikasi dengan dunia luar setelah dia jadi tahanan rumah dan dituduh mencoba mengguncang negara.

Sikap itu diungkapkan Pangeran Hamzah dalam rekaman suara yang dirilis pada Senin (5/4).

Saudara tiri Raja Abdullah itu mengatakan dalam rekaman yang dirilis oposisi Yordania bahwa dia tidak akan mematuhi perintah itu setelah dilarang dari aktivitas apa pun dan disuruh diam.



Meski Pangeran Hamzah tidak dipandang sebagai ancaman langsung bagi raja, tindakannya menunjukkan dia ingin menopang posisinya dengan publik Yordania setelah disingkirkan dari suksesi kerajaan.



“Yang pasti saya tidak akan patuh ketika mereka memberi tahu Anda bahwa Anda tidak dapat keluar atau tweet atau menjangkau orang tetapi hanya diizinkan untuk melihat keluarga. Saya berharap pembicaraan ini tidak dapat diterima dengan cara apa pun,” ujar dia dalam rekaman suara yang diedarkan kepada teman dan kontaknya.



Pada Sabtu, militer memperingatkan dia atas tindakan yang dikatakan merusak "keamanan dan stabilitas" di Yordania.

Dia kemudian mengatakan dia berada dalam tahanan rumah. Beberapa tokoh terkenal juga ditahan.

“Situasinya sulit dan kepala staf datang kepada saya memperingatkan saya dan saya merekam kata-katanya dan membagikannya kepada teman-teman di luar negeri dan keluarga saya jika terjadi sesuatu dan sekarang saya menunggu untuk melihat apa yang akan mereka lakukan,” ungkap Pangerah Hamzah dalam rekaman itu.

Para pejabat mengatakan pada Minggu, Pangeran Hamzah telah berhubungan dengan orang-orang yang memiliki kontak dengan pihak asing dalam rencana mengguncang Yordania, sekutu penting Amerika Serikat (AS).

Pangeran Hamzah telah diselidiki selama beberapa waktu.

Intrik tersebut kemungkinan akan mengguncang citra Yordania sebagai surga stabilitas di Timur Tengah yang tidak dapat diprediksi.

Tidak jelas mengapa kerajaan Yordania memutuskan menindak Pangeran Hamzah sekarang.

Namun dia menempatkan dirinya pada risiko yang semakin besar dengan meningkatkan kunjungan dalam beberapa pekan terakhir ke pertemuan suku di mana raja dan pemerintahannya dikritik secara lebih terbuka.

Kemarahan publik juga meningkat sejak sembilan pasien COVID-19 meninggal ketika oksigen habis di rumah sakit negara yang baru dibangun.

Insiden itu memperlihatkan kelalaian yang dituduhkan pada salah urus oleh pemerintah dan meluasnya korupsi. Sejumlah unjuk rasa dibubarkan dengan gas air mata.

“Pangeran Hamzah datang ke rumah orang-orang yang meninggal untuk menyampaikan belasungkawa, berharap dapat mengalahkan raja yang sebelumnya pergi ke rumah sakit untuk meredakan amarah publik,” ungkap para pejabat.

“Upaya sedang dilakukan untuk mengatasi situasi itu tetapi Pangeran Hamzah tidak kooperatif,” papar para pejabat.

Ini adalah keretakan terbuka pertama dalam keluarga kerajaan selama bertahun-tahun.

Raja Abdullah mencopot Pangeran Hamzah dari posisinya sebagai pewaris takhta pada 2004.

Dalam video yang diserahkan ke BBC oleh pengacara Pangeran Hamzah pada Sabtu, pangeran menuduh para pemimpin Yordania melakukan korupsi. Dia tampaknya berharap memanfaatkan frustrasi publik yang meningkat terhadap pemerintah.

Pangeran Hamzah tidak dipandang sebagai ancaman bagi monarki, yang mendapat dukungan dari tentara dan dinas keamanan.

Namun dia telah mendapatkan simpati warga Yordania yang skeptis terhadap tuduhan pemerintah tentang jaringan luar negerinya.

Menurut Pangeran Hamzah, tuduhan itu adalah kampanye untuk mencemarkan nama baiknya.

"Ini adalah pembunuhan karakter tanpa bukti," tweet Ali R al Tarawneh.

Seorang pendukung yang diidentifikasi hanya dengan nama Razan di Twitter mengatakan, "Tidak ada kebaikan di negara yang memenjarakan pangerannya."

Publik lainnya merasa pangeran didorong hanya oleh balas dendam karena disingkirkan dan ingin memenangkan popularitas dalam pertemuan suku dengan meniru, dalam nada dan bahasa, mendiang ayahnya, yang dihormati banyak rakyat Yordania.

Pangeran Hamzah adalah putra tertua mendiang Raja Hussein dan istrinya Noor, yang telah menjadikannya sebagai calon raja. Dia pernah bertugas di angkatan bersenjata Yordania.

Dia membuat marah istana kerajaan dengan mencoba membuat dirinya disayangi warga suku-suku miskin yang merasakan dampak ekonomi yang memburuk dan ketidakmampuan negara untuk terus menciptakan lapangan pekerjaan di daerah pedesaan dan Badui.

Para pejabat mengatakan antara 14 dan 16 orang telah ditangkap terkait dugaan plot kudeta tersebut.

Kantor berita negara mengatakan mereka yang ditangkap termasuk Bassem Awadallah, orang kepercayaan raja berpendidikan AS yang menjadi menteri keuangan dan penasihat Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, dan anggota keluarga kerajaan Sharif Hassan Ben Zaid.

Sejumlah negara tetangga dan sekutu Yordania telah menyatakan solidaritasnya dengan Raja Abdullah atas tindakan pengamanan di kerajaan tersebut.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1117 seconds (0.1#10.140)