COVID-19 Berasal dari Lab China, WHO: Butuh Penyelidikan Lebih Lanjut

Rabu, 31 Maret 2021 - 13:54 WIB
loading...
COVID-19 Berasal dari Lab China, WHO: Butuh Penyelidikan Lebih Lanjut
Laboratorium virologi Wuhan kerap disebut-sebut sebagai asal virus Corona baru penyebab penyakit COVID-19. Foto/Wion news
A A A
JENEWA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk meyakinkan mengesampingkan bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium di China . Menurut Tedros, meskipun kebocoran laboratorium adalah penyebab yang paling kecil kemungkinannya, diperlukan lebih banyak penelitian.

Sebuah laporan oleh WHO dan ahli China yang dirilis pada hari Selasa kemarin, mengatakan penjelasan kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin dan virus mungkin telah berpindah dari kelelawar ke manusia melalui hewan perantara lainnya.

"Namun teori bahwa virus mungkin berasal dari kebocoran di laboratorium membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, berpotensi dengan misi tambahan yang melibatkan ahli spesialis," kata Tedros.

"Izinkan saya mengatakan dengan jelas bahwa sejauh menyangkut WHO, semua hipotesis tetap di atas meja," tambahnya seperti dikutip dari BBC, Rabu (31/3/2021).

Virus itu pertama kali terdeteksi di Wuhan, provinsi Hubei China pada akhir 2019. Sebuah tim ahli internasional melakukan perjalanan ke kota itu pada Januari lalu untuk menyelidiki asal-usul virus.



Penelitian mereka mengandalkan sampel dan bukti yang diberikan oleh pejabat China tetapi Tedros mengatakan tim tersebut mengalami kesulitan mengakses data mentah dan menyerukan pembagian data yang lebih tepat waktu dan komprehensif di masa depan.

Tim menyelidiki semua kemungkinan, termasuk satu teori bahwa virus itu berasal dari Institut Virologi Wuhan. Institut ini adalah otoritas terkemuka dunia dalam pengumpulan, penyimpanan, dan studi virus Corona kelelawar.

Menanggapi laporan WHO, Amerika Serikat (AS) dan 13 sekutunya termasuk Korea Selatan (Korsel), Australia dan Inggris menyuarakan keprihatinan atas temuan tersebut dan mendesak China untuk memberikan "akses penuh" kepada para ahli.

Pernyataan itu mengatakan misi ke Wuhan ditunda secara signifikan dan tidak memiliki akses ke data serta sampel asli yang lengkap.

"Misi ilmiah seperti ini harus dapat melakukan pekerjaan mereka dalam kondisi yang menghasilkan rekomendasi dan temuan yang independen dan obyektif," bunyi pernyataan itu.



Kelompok tersebut berjanji untuk bekerja sama dengan WHO.

Mantan Presiden AS Donald Trump termasuk di antara mereka yang mendukung teori bahwa virus COVID-19 mungkin telah lolos dari laboratorium Wuhan.

Pemimpin tim investigasi WHO, Peter Ben Embarek mengatakan pada hari Selasa bahwa timnya merasa berada di bawah tekanan politik, termasuk dari luar China tetapi mengatakan dia tidak pernah ditekan untuk menghapus apa pun dari laporan akhir timnya.

Dia juga mengonfirmasi bahwa timnya tidak menemukan bukti bahwa ada laboratorium di Wuhan yang terlibat dalam wabah tersebut.

Embarak juga mengatakan bahwa "sangat mungkin" kasus tersebut beredar di daerah Wuhan pada Oktober atau November 2019. China memberi tahu WHO tentang kasus pada 3 Januari, sebulan setelah infeksi pertama dilaporkan.



China selalu membantah klaim virus itu berasal dari laboratorium dan mengatakan bahwa meskipun Wuhan adalah tempat kelompok kasus pertama terdeteksi, belum tentu virus itu berasal dari wilayah tersebut.

Media pemerintah China mengklaim bahwa virus itu mungkin telah tiba di Wuhan melalui impor makanan beku.

Negara ini sebagian besar telah mengendalikan wabahnya sendiri melalui pengujian massal yang cepat, penguncian yang ketat, dan pembatasan perjalanan yang ketat.

Di seluruh dunia, lebih dari 127 juta orang telah tertular virus sejak pertama kali diidentifikasi, dan lebih dari 2,7 juta orang diketahui telah meninggal karenanya.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1056 seconds (0.1#10.140)