Pasca Kebakaran, Relawan Kesulitan Satukan Kembali Keluarga Pengungsi Rohingnya di Bangladesh
loading...
A
A
A
DHAKA - Relawan dilaporkan tengah berusaha keras untuk menyatukan kembali pengungsi Rohingya yang terpisah ketika kebakaran besar menyapu pemukiman pengungsi terbesar di dunia di Bangladesh . Kebakaran itu memaksa sekitar 45 ribu orang meninggalkan rumah bambu dan plastik mereka.
PBB menyebut, kebakaran yang terjadi pada awal pekan adalah yang terbesar selama setahun terakhir di kamp-kamp yang padat di distrik Cox's Bazar di Bangladesh. Kebakaran ini menewaskan 15 orang dan ratusan orang dilaporkan hilang.
Pihak berwenang Bangladesh mengatakan mereka sedang menyelidiki penyebabnya.
Badan pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan beberapa anak sedang mencari orang tua mereka. Ini enjadi trauma lain bagi banyak keluarga yang melarikan diri dari rumah mereka di Myanmar barat ketika militer di sana melancarkan serangan terhadap pemberontak Rohingya pada 2017.
"Ini adalah situasi yang sangat sulit dan hati kami tertuju kepada ribuan pengungsi yang pernah mengalami bencana lain," kata pejabat UNHCR, Ita Schuette dalam pesan video yang diposting di Twitter dari Cox's Bazar, seperti dilansir Reuters pada Rabu (24/3/2021).
Saksi mata mengatakan bahwa pagar kawat berduri yang dipasang di sekitar kamp telah menjebak banyak orang selama kebakaran. Badan-badan kemanusiaan internasional telah menyerukan pencabutan kawat.
Tetapi wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas para pengungsi, Mohammad Shamsud Douza, mengatakan pemagaran itu bukan masalah besar.
"Itu menyebar begitu cepat sehingga beberapa orang yang tidak bisa keluar langsung meninggal. Bukan pagar kawat berduri yang mencegah mereka melarikan diri," ujar Douza.
PBB menyebut, kebakaran yang terjadi pada awal pekan adalah yang terbesar selama setahun terakhir di kamp-kamp yang padat di distrik Cox's Bazar di Bangladesh. Kebakaran ini menewaskan 15 orang dan ratusan orang dilaporkan hilang.
Pihak berwenang Bangladesh mengatakan mereka sedang menyelidiki penyebabnya.
Badan pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan beberapa anak sedang mencari orang tua mereka. Ini enjadi trauma lain bagi banyak keluarga yang melarikan diri dari rumah mereka di Myanmar barat ketika militer di sana melancarkan serangan terhadap pemberontak Rohingya pada 2017.
"Ini adalah situasi yang sangat sulit dan hati kami tertuju kepada ribuan pengungsi yang pernah mengalami bencana lain," kata pejabat UNHCR, Ita Schuette dalam pesan video yang diposting di Twitter dari Cox's Bazar, seperti dilansir Reuters pada Rabu (24/3/2021).
Saksi mata mengatakan bahwa pagar kawat berduri yang dipasang di sekitar kamp telah menjebak banyak orang selama kebakaran. Badan-badan kemanusiaan internasional telah menyerukan pencabutan kawat.
Tetapi wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas para pengungsi, Mohammad Shamsud Douza, mengatakan pemagaran itu bukan masalah besar.
"Itu menyebar begitu cepat sehingga beberapa orang yang tidak bisa keluar langsung meninggal. Bukan pagar kawat berduri yang mencegah mereka melarikan diri," ujar Douza.
(esn)