Nawal Saadawi, Marxist Muslim yang Pernah Dipenjara dan Dikecam Tokoh Agama Mesir
loading...
A
A
A
Saadawi adalah pendiri dan kepala Asosiasi Solidaritas Wanita Arab dan salah satu pendiri Asosiasi Arab untuk Hak Asasi Manusia.
Semasa hidupnya, dia mengagumi wajah cantiknya dari foto-fotonya yang hitam-putih saat masih muda. "Saya sangat cantik ketika saya masih muda," katanya.
"Ini menimbulkan banyak masalah bagi saya,” ujarnya sembari tersenyum. "Ketika Anda cerdas dan cantik, Anda menghadapi banyak masalah. Jika Anda cantik dan bodoh maka itu mudah."
Tulisan politik dan novelnya telah memenangkan banyak penghargaan. Di antara penghargaan terbarunya adalah Women of the Year Outstanding Achievement Award tahun lalu.
Terlepas dari statusnya di antara kaum progresif di dunia Arab, Saadawi memiliki sedikit ketenaran yang layak diterimanya dalam wacana Barat tentang Timur Tengah. Tidak sulit untuk memahami alasannya. Dia adalah seorang marxist sekaligus feminis.
Polemiknya terhadap posisi perempuan di Timur Tengah tercakup dalam analisis yang lebih luas tentang peran yang dimainkan oleh imperialisme Barat dan struktur kelas masyarakat Arab dalam memperkuat status kelas dua perempuan.
Dia juga sangat kritis terhadap pendudukan Israel atas tanah Palestina, sesuatu yang tidak membuatnya disayangi oleh editor banyak jurnal Amerika dan Inggris.
Semasa hidupnya, dia mengagumi wajah cantiknya dari foto-fotonya yang hitam-putih saat masih muda. "Saya sangat cantik ketika saya masih muda," katanya.
"Ini menimbulkan banyak masalah bagi saya,” ujarnya sembari tersenyum. "Ketika Anda cerdas dan cantik, Anda menghadapi banyak masalah. Jika Anda cantik dan bodoh maka itu mudah."
Tulisan politik dan novelnya telah memenangkan banyak penghargaan. Di antara penghargaan terbarunya adalah Women of the Year Outstanding Achievement Award tahun lalu.
Terlepas dari statusnya di antara kaum progresif di dunia Arab, Saadawi memiliki sedikit ketenaran yang layak diterimanya dalam wacana Barat tentang Timur Tengah. Tidak sulit untuk memahami alasannya. Dia adalah seorang marxist sekaligus feminis.
Polemiknya terhadap posisi perempuan di Timur Tengah tercakup dalam analisis yang lebih luas tentang peran yang dimainkan oleh imperialisme Barat dan struktur kelas masyarakat Arab dalam memperkuat status kelas dua perempuan.
Dia juga sangat kritis terhadap pendudukan Israel atas tanah Palestina, sesuatu yang tidak membuatnya disayangi oleh editor banyak jurnal Amerika dan Inggris.
(min)