Ketegangan Meningkat, AS-China Sepakat Bertemu di Alaska

Kamis, 11 Maret 2021 - 07:56 WIB
loading...
Ketegangan Meningkat, AS-China Sepakat Bertemu di Alaska
Diplomat top AS dan China akan melakukan pertemuan di Alaska minggu depan di tengah meningkatnya ketegangan di kedua negara. Foto/Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - Pejabat senior Amerika Serikat (AS) dan China akan bertemu minggu depan. Ini adalah pertemuan tatap muka pertama kedua negara sejak Presiden Joe Biden menjabat guna menghadapi ketegangan yang meningkat dalam hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia.

Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken memberikan gambaran terkait pertemuan penting dengan China yang akan berlangsung pada 18 Maret di Anchorage, Alaska, minggu depan di tengah ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua kekuatan dunia itu.

"Ini adalah kesempatan penting bagi kami untuk menjelaskan dengan sangat jujur banyak kekhawatiran yang kami miliki dengan tindakan dan perilaku Beijing yang menantang keamanan, kemakmuran dan nilai-nilai AS dan sekutu kami," kata kepala diplomat AS itu kepada Komite Luar Negeri DPR seperti dikutip dari US News, Kamis (11/3/2021).



Blinken mengatakan dia tidak berencana untuk menawarkan konsesi apapun kepada China.

"Ketika berbicara tentang China atau negara lain, tugas kami adalah memastikan bahwa kami memajukan kepentingan Amerika Serikat dan nilai-nilai Amerika Serikat," kata Blinken.

"Saya melihat ini sebagai, dalam banyak hal, hubungan paling penting yang kita miliki di dunia. Dan China sama-sama memiliki kemampuan - secara militer, ekonomi, diplomatik - untuk merusak sistem berbasis aturan internasional yang telah banyak didedikasikan AS untuk dibangun," tukasnya.

Blinken mengatakan bahwa belum ada pertemuan lanjutan yang direncanakan dan pertemuan yang tertunda bukanlah apa yang disebutnya sebagai "dialog strategis." Setiap pertemuan tatap muka di masa depan akan didasarkan pada apakah pemerintahan Biden melihat hasil nyata terkait dengan China.

Pertemuan itu, yang akan dihadiri Direktur Kantor Komisi Pusat Luar Negeri China Yang Jiechi dan Penasihat Negara Wang Yi, akan berlangsung di akhir perjalanan Blinken ke Jepang dan Korea Selatan (Korsel) bersama Menteri Pertahanan Lloyd Austin, yang akan dimulai pada hari Minggu. Penasihat keamanan nasional Jake Sullivan akan menemui mereka di Anchorage.



Pertemuan tersebut mungkin berfungsi sebagai penyelamat hubungan luar negeri paling signifikan dari 50 hari masa jabatan Joe Biden sebagai presiden, karena pemerintahannya berusaha untuk mengatasi masalah paling kritis yang dihadapi AS yang kerap terkait erat dengan China.

Pertemuan itu dipastikan akan fokus pada penyebaran pandemi virus Corona, pencurian sistematis kekayaan intelektual yang dilakukan Beijing dari bisnis dan departemen federal AS, serta aksi provokatif militer China dalam beberapa bulan terakhir.

Pemerintahan AS terakhir menjadikan China sebagai pilar utama kebijakan luar negerinya. Presiden Donald Trump, terutama pada tahun terakhir pemerintahannya, fokus untuk menunda menyalahkan China atas dampak domestik dari penyebaran virus Corona - pemutusan hubungan pribadi yang dekat dengan pemimpin China Xi Jinping yang sebelumnya disebut-sebut sebagai kunci untuk perjanjian yang baru dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Hubungan AS dan China telah memburuk dengan cepat dalam beberapa bulan terakhir, dengan bahasa yang sangat tajam minggu ini menyusul penilaian dari Laksamana Angkatan Laut Phil Davison, kepala Komando Indo-Pasifik AS, kepada Kongres pada hari Senin bahwa Beijing mungkin berusaha untuk mencaplok Taiwan dalam waktu enam tahun.



Seorang juru bicara militer China mengatakan pada pertemuan tahunan pemerintah bersama pada hari Minggu bahwa Beijing telah mengeluarkan sinyal baru tentang niatnya untuk "menyatukan kembali" daratan dengan Taiwan - yang dianggap sebagai provinsi pemberontak, bukan negara yang berdaulat - dan negara itu bersumpah tidak akan pernah meninggalkan kekuatan untuk mencapai tujuan tersebut.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China menyebut penilaian Davidson sebagai bagian dari alasan bagi AS untuk meningkatkan pengeluaran militernya dan mencampuri urusan regional.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1805 seconds (0.1#10.140)