Nilai AS 'Lebay', China: Klaim Beijing Invasi Taiwan Hanya untuk Tingkatkan Anggaran

Rabu, 10 Maret 2021 - 21:09 WIB
loading...
Nilai AS Lebay, China:...
China menyatakan, klaim komandan tinggi Amerika Serikat (AS) untuk Asia Pasifik, Laksamana Philip Davidson soal kemungkinan invasi Beijing ke Taiwan berlebihan. Foto/REUTERS
A A A
BEIJING - China menyatakan, klaim komandan tinggi Amerika Serikat (AS) untuk Asia Pasifik, Laksamana Philip Davidson soal kemungkinan invasi Beijing ke Taiwan berlebihan. China menyebut, klaim itu semata-mata hanya untuk mendapatkan kenaikan anggaran.

"Beberapa orang AS terus menggunakan masalah Taiwan untuk meningkatkan ancaman militer China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.

"Tetapi pada dasarnya, adalah AS yang mencari dalih untuk meningkatkan pengeluaran militernya, memperluas pasukannya dan mencampuri urusan regional," sambungnya, seperti dilansir Channel News Asia pada Rabu (10/3/2021).

Sebelumnya, Davidson memperingatkan, China dapat menginvasi Taiwan dalam enam tahun ke depan. Itu dikarenakan Beijing telah mempercepat langkahnya untuk menggantikan kekuatan militer Amerika di Asia.

"Saya khawatir mereka (China) mempercepat ambisi mereka untuk menggantikan Amerika Serikat dan peran kepemimpinan kami dalam tatanan internasional berbasis aturan pada tahun 2050," kata Davidson di sidang komite angkatan bersenjata Senat AS.

“Taiwan jelas merupakan salah satu ambisi mereka sebelum itu. Dan saya pikir ancaman itu nyata selama dekade ini, pada kenyataannya, dalam enam tahun ke depan,” imbuhnya.
Taiwan yang demokratis dan berpemerintahan sendiri memisahkan diri dari China pada akhir perang saudara pada tahun 1949 dan berada di bawah ancaman invasi terus-menerus oleh Beijing. Para pemimpin China memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayah mereka dan bersumpah akan mengambilnya kembali suatu hari nanti.

Washington mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taiwan ke China pada 1979, tetapi tetap menjadi sekutu tidak resmi dan pendukung militer terpenting bagi pulau itu.

Mantan Presiden AS, Donald Trump, merangkul hubungan yang lebih hangat dengan Taiwan saat dia berselisih dengan China tentang masalah-masalah seperti perdagangan dan keamanan nasional.

Sementara itu, pemerintahan Joe Biden telah menawarkan Taiwan alasan optimisme untuk dukungan berkelanjutan selain dari Departemen Luar Negeri mengatakan pada bulan Januari bahwa komitmen AS ke pulau itu "kokoh".
(esn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1995 seconds (0.1#10.140)