Iran Coba Rekrut Tahanan Cantik Asal Australia Jadi Mata-mata

Rabu, 10 Maret 2021 - 15:19 WIB
loading...
Iran Coba Rekrut Tahanan Cantik Asal Australia Jadi Mata-mata
Kylie Moore-Gilbert. Foto/CNN
A A A
CANBERRA - Seorang akademisi Inggris - Australia mengaku mendapatkan "penyiksaan psikologis" saat dipenjara di Iran . Ia juga mengklaim Teheran mencoba merekrutnya sebagai mata-mata .

Pengakuan itu diberikan Kylie Moore-Gilbert dalam wawancara pertamanya sejak dibebaskan tahun lalu. Ia juga mengkritik upaya pemerintah Australia menggunakan "diplomasi diam-diam" untuk membebaskannya.

Moore-Gilbert, seorang dosen Studi Islam di Universitas Melbourne, ditahan selama dua tahun sejak September 2018 setelah ditangkap di bandara Teheran dan dituduh sebagai mata-mata di tengah ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS).



Dia dinyatakan bersalah melakukan aksi spionase pada 2019 dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Ia dibebaskan oleh Iran pada November dalam pertukaran tahanan untuk tiga warga Iran yang ditahan di luar negeri.

Moore-Gilbert mengatakan kepada Sky News bahwa ruangan pertama tempat dia ditahan adalah kotak berukuran dua meter kali dua meter, tanpa toilet.

"Saya akan mengatakan (itu) ruang isolasi yang ekstrim, dirancang untuk menghancurkan Anda. Ini penyiksaan psikologis," katanya.

"Ada beberapa saat di periode awal itu aku merasa hancur, aku merasa jika aku harus menanggung hari lain seperti ini, kau tahu, jika aku bisa aku bunuh diri saja," tuturnya seperti dikutip dari CNN, Rabu (10/3/2021).

Dia mengatakan bahwa dia pernah dipukuli oleh penjaga penjara dan disuntik secara paksa dengan obat penenang yang bertentangan dengan keinginannya.



Moore-Gilbert mengatakan tuduhan bahwa dia adalah mata-mata "gila".

"Tidak ada bukti bahwa saya menjadi mata-mata untuk negara mana pun. Bahkan Garda Revolusi tidak dapat menentukan negara mana yang seharusnya saya mata-matai," katanya dalam wawancara.

Dia mengatakan saat dia ditahan, otoritas Iran juga mengatakan kepadanya bahwa mereka akan membebaskannya jika dia setuju untuk menjadi mata-mata mereka.

"Saya tidak berpikir mereka tertarik untuk memata-matai Australia, mereka lebih tertarik pada saya menggunakan status akademis saya untuk menyamar dan bepergian ke negara-negara Timur Tengah lainnya serta mungkin negara-negara Eropa, mungkin Amerika, saya tidak tahu," ucapnya.

Selama wawancara dengan Sky News, Moore-Gilbert mengatakan bahwa dia mengetahui selama penahanannya bahwa media mengetahui situasinya tetapi pada awalnya diminta oleh pemerintah Australia untuk tidak melaporkan berita tersebut.



"Garis yang dijalankan oleh pemerintah adalah mencoba menemukan solusi secara diplomatis di belakang layar dengan Iran adalah pendekatan terbaik untuk mengeluarkan saya," ujarnya.

"Dan media akan memperumit banyak hal dan bisa membuat Iran marah...serta memperburuk keadaan bagi saya," sambungnya.

Moore-Gilbert mengatakan dia berterima kasih kepada pemerintah Australia atas bantuan mereka untuk membebaskannya dari penjara. Namun, dia tidak yakin apa yang disebut diplomasi diam-diam adalah pendekatan yang tepat, karena situasinya di penjara membaik setelah namanya diungkapkan oleh pers pada 2019.

"Saya melihat perhatian yang jauh lebih besar diberikan pada kesehatan dan kondisi saya, jadi saya pasti melihat manfaat dari itu. Dan saya tidak yakin bahwa argumen diplomasi diam-diam bertumpuk dalam kasus seperti itu, meskipun setiap kasus berbeda," ungkapnya.

Pada konferensi pers pada hari Rabu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan dia terkesan dengan tekad dan keberanian Moore-Gilbert, tetapi ada kejadian di balik layar pembebasannya yang tidak dia sadari.



"Saya menyadari masalah itu dan telah terlibat langsung dalam banyak keputusan, bahkan semua keputusan yang pada akhirnya berakhir dengan pembebasannya," katanya.

"Dan aku tahu Kylie Moore-Gilbert sangat menghargai itu," Morrison menambahkan.

Dalam sebuah pernyataan kepada CNN, juru bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan bahwa mereka tidak akan berbicara tentang "keadaan pembebasannya".

"Setiap kasus konsuler pada dasarnya kompleks dan dipertimbangkan secara individual, dengan strategi yang dikembangkan berdasarkan kasus per kasus," kata juru bicara itu.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1532 seconds (0.1#10.140)