Kelompok Kriminal Jadikan Vaksin Covid-19 sebagai Alat Penipuan
loading...
A
A
A
LONDON - Pihak berwenang di Inggris telah melaporkan peningkatan aktivitas dari penjahat yang menggunakan vaksin COVID-19 untuk menargetkan publik agar menyerahkan uang tunai atau rincian keuangan. Penipuan individu berkisar dari permintaan "bayar untuk suntikan" hingga beberapa penipu bahkan mengiklankan vaksin cadangan di web gelap.
Gareth Norris, Dosen Senior Psikologi di Universitas Aberystwyth mengungkap mengapa hal ini bisa terjadi dan langkah-langkah yang dapat diambil orang untuk melindungi diri dari menjadi korban penipuan ini.
Norris menuturkan, penipuan semacam ini cukup umun, tapi mengenai jumlah pastinya berapa banyak orang yang menjadi korban penipuan dengan menggunakan vaksin sebagai alat, dia menuturkan belum ada data pasti mengenai hal itu.
"Kami tidak tahu berapa banyak upaya penipuan yang dilakukan karena kita sangat jarang melaporkan. Kecuali jika rumah kita dirampok, Anda dapat melaporkannya ke polisi, tetapi sangat tidak mungkin melakukannya setiap kali kita menerima email atau teks penipuan," jelasnya.
"Jadi, kami tidak benar-benar tahu berapa banyak percobaan yang ada, tetapi pasti ada banyak contoh orang tertipu atau hampir tertipu atau melaporkannya," lanjutnya.
Terkait dengan target penipuan, dia menyebut tidak ada target spesifik. Kadang-kadang, jelasnya, mencari secara acak dan mereka mungkin akan menargetkan demografi tertentu. Atau, mereka mungkin mendapatkan alamat email dari forum atau grup online tertentu, bahkan nomor telepon. Sehingga kadang-kadang mereka dapat melakukannya di tempat yang mungkin ingin mereka targetkan, misalnya orang tua.
Para penipu, jelasnya, karena mereka percaya bahwa orang tua lebih putus asa untuk vaksin ini atau lebih mungkin untuk ditipu, dia memiliki persepsi bahwa itu terjadi tetapi sebenarnya setiap orang dapat menjadi korbannya.
"Sebagian besar penipuan ini hanya mengirimkan pesan ke daftar email, daftar nomor telepon yang telah mereka beli atau temukan secara online, dan mereka hanya mengirimkannya secara massal," ungkapnya, seperti dilansir Sputnik.
Gareth Norris, Dosen Senior Psikologi di Universitas Aberystwyth mengungkap mengapa hal ini bisa terjadi dan langkah-langkah yang dapat diambil orang untuk melindungi diri dari menjadi korban penipuan ini.
Norris menuturkan, penipuan semacam ini cukup umun, tapi mengenai jumlah pastinya berapa banyak orang yang menjadi korban penipuan dengan menggunakan vaksin sebagai alat, dia menuturkan belum ada data pasti mengenai hal itu.
"Kami tidak tahu berapa banyak upaya penipuan yang dilakukan karena kita sangat jarang melaporkan. Kecuali jika rumah kita dirampok, Anda dapat melaporkannya ke polisi, tetapi sangat tidak mungkin melakukannya setiap kali kita menerima email atau teks penipuan," jelasnya.
"Jadi, kami tidak benar-benar tahu berapa banyak percobaan yang ada, tetapi pasti ada banyak contoh orang tertipu atau hampir tertipu atau melaporkannya," lanjutnya.
Terkait dengan target penipuan, dia menyebut tidak ada target spesifik. Kadang-kadang, jelasnya, mencari secara acak dan mereka mungkin akan menargetkan demografi tertentu. Atau, mereka mungkin mendapatkan alamat email dari forum atau grup online tertentu, bahkan nomor telepon. Sehingga kadang-kadang mereka dapat melakukannya di tempat yang mungkin ingin mereka targetkan, misalnya orang tua.
Para penipu, jelasnya, karena mereka percaya bahwa orang tua lebih putus asa untuk vaksin ini atau lebih mungkin untuk ditipu, dia memiliki persepsi bahwa itu terjadi tetapi sebenarnya setiap orang dapat menjadi korbannya.
"Sebagian besar penipuan ini hanya mengirimkan pesan ke daftar email, daftar nomor telepon yang telah mereka beli atau temukan secara online, dan mereka hanya mengirimkannya secara massal," ungkapnya, seperti dilansir Sputnik.