Berkaos 'Semua akan Baik-baik Saja', Gadis Ini Ditembak Mati Polisi Myanmar
loading...
A
A
A
YANGON - Seorang gadis asal Myanmar bernama Angel menjadi viral di media sosial, setelah turut menjadi korban tewas saat demonstrasi menentang kudeta. Saat terbunuh, karena dihantam timah panas polisi, Angel menggunakan kaos bertuliskan "semua akan baik-baik saja".
Angel, juga dikenal sebagai Kyal Sin, terbunuh saat kepalanya ditembus polisi Myanmar, dalam aksi di kota Mandalay. Wanita berusia 19 tahun itu memperjuangkan kelangsungan demokrasi di negaranya, di mana dia pertama kali memilih dalam pemilihan umum November lalu, yang dianggap militer sebagai penuh kecurangan.
Myat Thu, yang bersamanya saat aksi demonstrasi, mengenang sosok Angel. Myat mengatakan, dia adalah seorang wanita muda pemberani yang menendang pipa air hingga terbuka sehingga pengunjuk rasa dapat mencuci gas air mata dari mata mereka dan yang melemparkan tabung gas air mata kembali ke arah polisi.
"Ketika polisi melepaskan tembakan, dia mengatakan kepada saya "Duduk! Duduk! Peluru akan mengenai Anda. Anda terlihat seperti berada di atas panggung"," kenang Myat.
"Dia merawat dan melindungi orang lain sebagai seorang kawan," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (4/3/2021).
Myat mengatakan dia dan Angel termasuk di antara ratusan orang yang berkumpul dengan damai Mandalay untuk mengecam kudeta dan menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi.
Sebelum penyerangan polisi, Angel, dalam sebuah video terdengar meneriakan "Kami tidak akan lari" dan "darah tidak boleh ditumpahkan".
Polisi, jelas Myat, pertama memukul mereka dengan gas air mata. Kemudian peluru datang. Gambar yang diambil sebelum dia dibunuh menunjukkan Angel berbaring untuk berlindung di samping spanduk protes, dengan kepala sedikit terangkat.
"Semua orang berpencar, kemudian saya mendengar bahwa seorang gadis telah meninggal. Saya tidak tahu bahwa itu dia. Tetapi tidak lama muncul sebuah foto di Facebook yang menunjukkan dia (Angel) berbaring di samping korban lain," tukasnya.
Foot Angel dengan menggunakan "semua akan baik-baik saja", yang dijepret tidak lama sebelum dia meregang nyawa kemudian viral di media sosial. Sosoknya kemudian dijadikan simbol atas perlawanan dan kecaman global terhadap aksi keras aparat Myanmar.
Angel, juga dikenal sebagai Kyal Sin, terbunuh saat kepalanya ditembus polisi Myanmar, dalam aksi di kota Mandalay. Wanita berusia 19 tahun itu memperjuangkan kelangsungan demokrasi di negaranya, di mana dia pertama kali memilih dalam pemilihan umum November lalu, yang dianggap militer sebagai penuh kecurangan.
Myat Thu, yang bersamanya saat aksi demonstrasi, mengenang sosok Angel. Myat mengatakan, dia adalah seorang wanita muda pemberani yang menendang pipa air hingga terbuka sehingga pengunjuk rasa dapat mencuci gas air mata dari mata mereka dan yang melemparkan tabung gas air mata kembali ke arah polisi.
"Ketika polisi melepaskan tembakan, dia mengatakan kepada saya "Duduk! Duduk! Peluru akan mengenai Anda. Anda terlihat seperti berada di atas panggung"," kenang Myat.
"Dia merawat dan melindungi orang lain sebagai seorang kawan," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (4/3/2021).
Myat mengatakan dia dan Angel termasuk di antara ratusan orang yang berkumpul dengan damai Mandalay untuk mengecam kudeta dan menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi.
Sebelum penyerangan polisi, Angel, dalam sebuah video terdengar meneriakan "Kami tidak akan lari" dan "darah tidak boleh ditumpahkan".
Polisi, jelas Myat, pertama memukul mereka dengan gas air mata. Kemudian peluru datang. Gambar yang diambil sebelum dia dibunuh menunjukkan Angel berbaring untuk berlindung di samping spanduk protes, dengan kepala sedikit terangkat.
"Semua orang berpencar, kemudian saya mendengar bahwa seorang gadis telah meninggal. Saya tidak tahu bahwa itu dia. Tetapi tidak lama muncul sebuah foto di Facebook yang menunjukkan dia (Angel) berbaring di samping korban lain," tukasnya.
Foot Angel dengan menggunakan "semua akan baik-baik saja", yang dijepret tidak lama sebelum dia meregang nyawa kemudian viral di media sosial. Sosoknya kemudian dijadikan simbol atas perlawanan dan kecaman global terhadap aksi keras aparat Myanmar.
(esn)