Serangan AS atas Perintah Biden Hancurkan Berbagai Infrastruktur di Suriah
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pentagon pada Jumat (26/2/2021) mengumumkan serangan udara Amerika Serikat (AS) yang diperintahkan Presiden Joe Biden terhadap wilayah Suriah telah menghancurkan berbagai fasilitas milik kelompok milisi pro-Iran. Serangan pada Kamis malam atau Jumat dini hari ini diklaim sebagai pembalasan atas serangan roket terhadap pangkalan AS di Irak.
"Atas arahan Presiden Biden, pasukan militer AS awal malam ini melakukan serangan udara terhadap infrastruktur yang digunakan oleh kelompok militan yang didukung Iran di Suriah timur," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam sebuah pernyataan.
Kirby menggemakan laporan media sebelumnya bahwa pemboman di wilayah Suriah merupakan pembalasan atas serangan baru-baru ini terhadap personel Amerika dan koalisinya di Irak. Dia lebih lanjut berpendapat bahwa serangan Amerika itu ditujukan untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.
“Pada saat yang sama, kami telah bertindak dengan sengaja yang bertujuan untuk meredakan situasi keseluruhan di Suriah Timur dan Irak,” paparnya, seperti dikutip Russia Today.
Kirby mengeklaim bahwa serangan itu menimbulkan kerusakan serius pada infrastruktur sejumlah kelompok militan yang didukung Iran termasuk Kait'ib Hezbollah dan Kait'ib Sayyid al Shuhad.
Laporan yang belum dikonfirmasi dari Suriah menyebutkan ada ledakan di dekat Al-Bukamal, sebuah kota di provinsi Deir-ez-Zor dekat perbatasan dengan Irak.
Serangan udara Amerika terjadi setelah serangkaian serangan roket di Zona Hijau di Baghdad, Pangkalan Udara Balad dan Bandara Internasional Erbil di Irak selama dua minggu terakhir. Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab dan Pentagon belum secara resmi menyalahkan siapa pun.
Ini bukan pertama kalinya AS menyalahkan Iran atas serangan terhadap pasukan dan kontraktor Amerika di Irak. Setelah satu kontraktor meninggal, pemerintahan Donald Trump menargetkan milisi Kataib Hezbollah dan Unit Mobilisasi Populer Syiah (PMU), yang berpuncak pada pembunuhan komandan Pasukan Quds IRGC Iran, Jenderal Qassem Soleimani, oleh pesawat tak berawak bersenjata pada Januari 2020.
Biden sendiri memimpin paduan suara dari Demokrat yang mengecam langkah Presiden Donald Trump pada saat itu, dengan mengatakan; “Dia melemparkan sebatang dinamit ke dalam kotak yang mudah terbakar."
Ketua DPR Nancy Pelosi saat itu juga mengatakan serangan terhadap Soleimani berisiko memprovokasi eskalasi kekerasan yang lebih berbahaya dan dilakukan tanpa otorisasi Kongres.
"Atas arahan Presiden Biden, pasukan militer AS awal malam ini melakukan serangan udara terhadap infrastruktur yang digunakan oleh kelompok militan yang didukung Iran di Suriah timur," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam sebuah pernyataan.
Kirby menggemakan laporan media sebelumnya bahwa pemboman di wilayah Suriah merupakan pembalasan atas serangan baru-baru ini terhadap personel Amerika dan koalisinya di Irak. Dia lebih lanjut berpendapat bahwa serangan Amerika itu ditujukan untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.
“Pada saat yang sama, kami telah bertindak dengan sengaja yang bertujuan untuk meredakan situasi keseluruhan di Suriah Timur dan Irak,” paparnya, seperti dikutip Russia Today.
Kirby mengeklaim bahwa serangan itu menimbulkan kerusakan serius pada infrastruktur sejumlah kelompok militan yang didukung Iran termasuk Kait'ib Hezbollah dan Kait'ib Sayyid al Shuhad.
Laporan yang belum dikonfirmasi dari Suriah menyebutkan ada ledakan di dekat Al-Bukamal, sebuah kota di provinsi Deir-ez-Zor dekat perbatasan dengan Irak.
Serangan udara Amerika terjadi setelah serangkaian serangan roket di Zona Hijau di Baghdad, Pangkalan Udara Balad dan Bandara Internasional Erbil di Irak selama dua minggu terakhir. Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab dan Pentagon belum secara resmi menyalahkan siapa pun.
Ini bukan pertama kalinya AS menyalahkan Iran atas serangan terhadap pasukan dan kontraktor Amerika di Irak. Setelah satu kontraktor meninggal, pemerintahan Donald Trump menargetkan milisi Kataib Hezbollah dan Unit Mobilisasi Populer Syiah (PMU), yang berpuncak pada pembunuhan komandan Pasukan Quds IRGC Iran, Jenderal Qassem Soleimani, oleh pesawat tak berawak bersenjata pada Januari 2020.
Biden sendiri memimpin paduan suara dari Demokrat yang mengecam langkah Presiden Donald Trump pada saat itu, dengan mengatakan; “Dia melemparkan sebatang dinamit ke dalam kotak yang mudah terbakar."
Ketua DPR Nancy Pelosi saat itu juga mengatakan serangan terhadap Soleimani berisiko memprovokasi eskalasi kekerasan yang lebih berbahaya dan dilakukan tanpa otorisasi Kongres.
(min)