Mengenang Yamani, Master Minyak Saudi yang Membuat Barat Bertekuk Lutut

Kamis, 25 Februari 2021 - 12:43 WIB
loading...
Mengenang Yamani, Master Minyak Saudi yang Membuat Barat Bertekuk Lutut
Sheikh Zaki Yamani, mantan Menteri Perminyakan Arab Saudi, meninggal di London hari Selasa lalu. Foto/REUTERS
A A A
RIYADH - Sheikh Zaki Yamani dari Arab Saudi , perwujudan kebangkitan kekuatan minyak Arab dan wajah embargo minyak tahun 1973 yang membuat Barat bertekuk lutut, telah meninggal dunia hari Selasa lalu.

Yamani adalah mantan Menteri Perminyakan dan saksi pembunuhan Raja Arab Saudi tahun 1975. Dialah Menteri Perminyakan yang bukan dari anggota keluarga kerajaan. Pada tahun 1975, Yamani diculik dalam pertemuan OPEC oleh Ilyich Ramirez Sanchez, yang dikenal sebagai Carlos the Jackal.



Media pemerintah Arab Saudi melaporkan Yamani, 91, meninggal di London, Inggris.

Dikenal karena sikapnya yang elegan dan janggutnya khasnya, masa jabatan 24 tahun Yamani yang menangani urusan perminyakan dari produsen minyak mentah terbesar di dunia membuatnya menjadi selebriti global selama inflasi "guncangan minyak" tahun 1970-an.

Itu berakhir dengan pemecatannya yang tiba-tiba pada 1986 setelah upaya mahal untuk menopang harga minyak mentah, strategi gagal yang telah membayangi kebijakan minyak Saudi hingga hari ini.

Pada Desember 1975, Yamani menghadiri pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Wina, yang berakhir dengan hujan peluru yang ditembakkan ke langit-langit oleh pembunuh asal Venezuela Carlos dan lima orang kelompoknya. Tiga orang pengamat tewas.

Carlos, mempromosikan perjuangan Palestina, menargetkan Yamani sebagai sandera yang paling berharga, berulang kali mengatakan kepadanya bahwa dia telah divonis mati. Para menteri ditahan selama dua hari di ruang bermuatan dinamit sebelum para penculik diberikan pesawat keluar dari Austria dengan sandera mereka.

43 jam mengerikan lainnya di pesawat, terbang dari Aljazair ke Libya dan sebaliknya, menciptakan keintiman antara tawanan dan penyandera.

"Aneh, tapi saat kami duduk bersama dan mengobrol, kami seolah-olah menjadi teman," kata Yamani saat masih hidup kepada penulis biografi Jeffrey Robinson . “Dia memberitahu saya begitu banyak, tahu bahwa saya akan mati.”
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1146 seconds (0.1#10.140)