Demonstran Makin Berani, Mogok Kerja Lumpuhkan Myanmar

Selasa, 23 Februari 2021 - 04:04 WIB
loading...
Demonstran Makin Berani, Mogok Kerja Lumpuhkan Myanmar
Demonstran menentang kudeta militer dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi di Mandalay, Myanmar, 22 Februari 2021. Foto/REUTERS
A A A
MANDALAY - Aksi mogok kerja massal melawan junta militer melumpuhkan aktivitas di Myanmar pada Senin (22/2).

Pengunjuk rasa dalam jumlah besar tetap berkumpul dengan damai meskipun ada kekhawatiran terjadi kekerasan setelah pihak berwenang memperingatkan bahwa konfrontasi bisa mematikan.

Tiga pekan setelah merebut kekuasaan, junta gagal menghentikan protes harian dan gerakan pembangkangan sipil yang melawan kudeta 1 Februari dan menuntut pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.



Ratusan ribu orang berkumpul di kota-kota besar di penjuru negeri, mulai dari perbukitan utara di perbatasan dengan China hingga dataran tengah, delta sungai Irrawaddy, dan ujung selatan negeri.

Lihat infografis: Akhirnya Arab Saudi Bolehkan Perempuan Jadi Tentara

Suasana unjuk rasa besar-besaran itu dapat terlihat di berbagai gambar media sosial yang diunggah para demonstran dan media massa.



Bagi pengunjuk rasa bernama Kyaw Kyaw di kota utama Yangon, kehilangan gaji demi bergabung dalam mogok kerja adalah harga yang pantas dibayar.

"Tidak akan terjadi apa-apa jika gaji saya dipotong, tetapi jika kita tetap di bawah kediktatoran militer, kita akan menjadi budak," tegas dia.

Di ibu kota, Naypyitaw, tempat militer bermarkas, satu truk meriam air polisi dan armada kendaraan lain berupaya membubarkan prosesi nyanyian pengunjuk rasa, saat polisi dengan berjalan kaki menyerbu masuk. Pergulatan terjadi antara polisi dan demonstran.

Tindakan pasukan keamanan bulan ini tidak begitu mematikan dibandingkan kekerasan sebelumnya dalam hampir setengah abad pemerintahan junta militer.

Meski demikian, empat pengunjuk rasa telah tewas termasuk tiga orang ditembak mati di Mandalay dan Yangon pada Sabtu, dan seorang wanita yang meninggal pada Jumat setelah ditembak lebih dari sepekan sebelumnya di Naypyitaw.

Militer mengatakan seorang polisi tewas karena luka-luka yang dideritanya selama protes. Militer menuduh pengunjuk rasa memprovokasi kekerasan.

Pada Minggu larut malam, media milik negara, MRTV memperingatkan konfrontasi dapat menelan korban jiwa lagi.

"Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama remaja dan pemuda yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka akan menderita kehilangan nyawa," ungkap penyiar dalam laporan MRTV.

Facebook mengatakan pada Senin bahwa mereka telah menghapus halaman MRTV karena melanggar standarnya, termasuk kebijakan kekerasan dan hasutannya.

Pada Minggu, Facebook menghapus halaman utama militer Myanmar karena alasan yang sama.

Myawaddy News yang dikelola militer melaporkan pemimpin junta Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan militer mengikuti jalur demokrasi.

Tekait peluru karet yang ditembakkan pada demonstran, Myawaddy News menyatakan militer ingin menggunakan kekuatan minimal.

“Tidak ada yang lebih penting dari kehidupan manusia. Itulah mengapa militer mengendalikan situasi dengan hati-hati,” papar laporan itu.

“Pembicaraan tentang mogok kerja massal adalah rumor dan pasar serta toko dibuka,” ungkap laporan itu.

Selain toko-toko lokal, jaringan internasional juga mengumumkan penutupan pada Senin, termasuk KFC Yum Brands Inc dan layanan pengiriman Food Panda, yang dimiliki Delivery Hero.

Perusahaan Asia Tenggara, Grab juga menghentikan layanan pengiriman, tetapi taksi tetap beroperasi.

Pengunjuk rasa mencatat pentingnya tanggal 22.2.2021, membandingkannya dengan demonstrasi pada 8 Agustus 1988, ketika generasi sebelumnya menggelar protes anti-militer yang ditumpas dengan darah.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1365 seconds (0.1#10.140)