Tampil Perdana di Konferensi Keamanan Munich, Biden: Amerika Kembali
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Dalam penampilan besar pertamanya di panggung global, Presiden Joe Biden berjanji kepada para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) selama Konferensi Keamanan Munich virtual bahwa Amerika Serikat (AS) berkomitmen kembali pada keterlibatan multilateral.
"Amerika telah kembali," katanya, melepaskan diri dari kebijakan luar negeri isolasionis pendahulunya Donald Trump yang membuat AS menarik diri dari perjanjian dan aliansi global secara signifikan.
“Kemitraan kami telah bertahan dan tumbuh selama bertahun-tahun karena mereka berakar pada kekayaan nilai-nilai demokrasi bersama kami. Mereka tidak transaksional. Mereka tidak ekstraktif. Mereka dibangun di atas visi masa depan di mana setiap suara penting," ujarnya.
"Saya tahu beberapa tahun terakhir ketegangan [telah] menguji hubungan transatlantik kami, tetapi Amerika Serikat bertekad - bertekad untuk kembali terlibat dengan Eropa," imbuhnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (20/2/2021).
Biden mengatakan kepada sekutu AS bahwa mereka harus berdiri teguh melawan tantangan yang ditimbulkan oleh China, Rusia dan Iran. Ia mengatakan Rusia berusaha untuk melemahkan aliansi transatlantik dan menyerukan front persatuan untuk melawan apa yang dia sebut sebagai praktik ekonomi China yang kejam.
Biden tiba dengan membawa hadiah - janji dukungan USD4 miliar untuk upaya vaksinasi virus Corona global, kembali masuk ke dalam perjanjian iklim Perjanjian Paris, dan prospek pengeluaran hampir USD2 triliun yang dapat mendukung ekonomi AS dan global.
Biden pertama kali bertemu dengan para pemimpin G7 dari Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Kanada, dan Jepang melalui konferensi video pada hari Jumat waktu setempat. Dia berencana untuk bergabung dengan mereka dalam pertemuan tatap muka yang diselenggarakan oleh Inggris musim panas ini.
Kepala eksekutif Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada konferensi tersebut bahwa Eropa dan AS harus bergabung bersama dalam perang melawan perubahan iklim dan juga menyetujui kerangka kerja baru untuk pasar digital, membatasi kekuatan perusahaan teknologi besar.
“Saya yakin: Komitmen transatlantik bersama untuk jalur emisi nol-bersih pada tahun 2050 akan menjadikan netralitas iklim sebagai tolok ukur global baru,” kata von der Leyen, presiden Komisi Eropa.
“Bersama-sama, kita dapat membuat buku aturan ekonomi digital yang berlaku di seluruh dunia: Seperangkat aturan berdasarkan nilai-nilai kita, hak asasi manusia dan pluralisme, inklusi, dan perlindungan privasi,” sambungnya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada para pemimpin bahwa Eropa dan AS harus segera mengirim cukup dosis vaksin COVID-19 ke Afrika untuk menyuntik petugas kesehatan di benua itu atau berisiko kehilangan pengaruh ke Rusia dan China.
Macron mengatakan Afrika membutuhkan 13 juta dosis untuk memvaksinasi semua petugas kesehatannya, sebuah pencapaian yang akan membantu melindungi layanan kesehatan.
"Jika kami mengumumkan miliaran hari ini untuk memasok dosis dalam enam bulan, delapan bulan, setahun, teman-teman kami di Afrika akan, di bawah tekanan yang dibenarkan dari rakyat mereka, membeli dosis dari China dan Rusia," kata Macron kepada Konferensi Keamanan Munich.
"Dan kekuatan Barat akan menjadi sebuah konsep, dan bukan kenyataan," cetusnya.
Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Jerman siap untuk "babak baru" dalam hubungan transatlantik di mana AS dan Eropa mengikuti agenda bersama.
“Dalam prinsip dan nilai-nilai kami, dalam keyakinan kami pada demokrasi dan kemampuannya untuk bertindak, kami memiliki dasar yang luas dan baik,” katanya.
“Ada banyak yang harus dilakukan, dan Jerman bersiap untuk babak transatlantik baru,” ia menambahkan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan peluncuran rencana vaksinasi global di bawah naungan negara-negara G20 untuk membantu mencegah pandemi virus Corona.
Guterres mengatakan pada konferensi tersebut bahwa satuan tugas darurat diperlukan untuk menyusun strategi bersama dengan mengawasi pembagian kelebihan dosis antar negara, yang dapat membantu negara-negara miskin untuk membendung krisis.
Pemimpin PBB itu mengatakan negara serta perusahaan yang memiliki pengalaman ilmiah dan logistik harus menjadi bagian dari rencana global.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
"Amerika telah kembali," katanya, melepaskan diri dari kebijakan luar negeri isolasionis pendahulunya Donald Trump yang membuat AS menarik diri dari perjanjian dan aliansi global secara signifikan.
“Kemitraan kami telah bertahan dan tumbuh selama bertahun-tahun karena mereka berakar pada kekayaan nilai-nilai demokrasi bersama kami. Mereka tidak transaksional. Mereka tidak ekstraktif. Mereka dibangun di atas visi masa depan di mana setiap suara penting," ujarnya.
"Saya tahu beberapa tahun terakhir ketegangan [telah] menguji hubungan transatlantik kami, tetapi Amerika Serikat bertekad - bertekad untuk kembali terlibat dengan Eropa," imbuhnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (20/2/2021).
Biden mengatakan kepada sekutu AS bahwa mereka harus berdiri teguh melawan tantangan yang ditimbulkan oleh China, Rusia dan Iran. Ia mengatakan Rusia berusaha untuk melemahkan aliansi transatlantik dan menyerukan front persatuan untuk melawan apa yang dia sebut sebagai praktik ekonomi China yang kejam.
Biden tiba dengan membawa hadiah - janji dukungan USD4 miliar untuk upaya vaksinasi virus Corona global, kembali masuk ke dalam perjanjian iklim Perjanjian Paris, dan prospek pengeluaran hampir USD2 triliun yang dapat mendukung ekonomi AS dan global.
Biden pertama kali bertemu dengan para pemimpin G7 dari Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Kanada, dan Jepang melalui konferensi video pada hari Jumat waktu setempat. Dia berencana untuk bergabung dengan mereka dalam pertemuan tatap muka yang diselenggarakan oleh Inggris musim panas ini.
Kepala eksekutif Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada konferensi tersebut bahwa Eropa dan AS harus bergabung bersama dalam perang melawan perubahan iklim dan juga menyetujui kerangka kerja baru untuk pasar digital, membatasi kekuatan perusahaan teknologi besar.
“Saya yakin: Komitmen transatlantik bersama untuk jalur emisi nol-bersih pada tahun 2050 akan menjadikan netralitas iklim sebagai tolok ukur global baru,” kata von der Leyen, presiden Komisi Eropa.
“Bersama-sama, kita dapat membuat buku aturan ekonomi digital yang berlaku di seluruh dunia: Seperangkat aturan berdasarkan nilai-nilai kita, hak asasi manusia dan pluralisme, inklusi, dan perlindungan privasi,” sambungnya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada para pemimpin bahwa Eropa dan AS harus segera mengirim cukup dosis vaksin COVID-19 ke Afrika untuk menyuntik petugas kesehatan di benua itu atau berisiko kehilangan pengaruh ke Rusia dan China.
Macron mengatakan Afrika membutuhkan 13 juta dosis untuk memvaksinasi semua petugas kesehatannya, sebuah pencapaian yang akan membantu melindungi layanan kesehatan.
"Jika kami mengumumkan miliaran hari ini untuk memasok dosis dalam enam bulan, delapan bulan, setahun, teman-teman kami di Afrika akan, di bawah tekanan yang dibenarkan dari rakyat mereka, membeli dosis dari China dan Rusia," kata Macron kepada Konferensi Keamanan Munich.
"Dan kekuatan Barat akan menjadi sebuah konsep, dan bukan kenyataan," cetusnya.
Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Jerman siap untuk "babak baru" dalam hubungan transatlantik di mana AS dan Eropa mengikuti agenda bersama.
“Dalam prinsip dan nilai-nilai kami, dalam keyakinan kami pada demokrasi dan kemampuannya untuk bertindak, kami memiliki dasar yang luas dan baik,” katanya.
“Ada banyak yang harus dilakukan, dan Jerman bersiap untuk babak transatlantik baru,” ia menambahkan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan peluncuran rencana vaksinasi global di bawah naungan negara-negara G20 untuk membantu mencegah pandemi virus Corona.
Guterres mengatakan pada konferensi tersebut bahwa satuan tugas darurat diperlukan untuk menyusun strategi bersama dengan mengawasi pembagian kelebihan dosis antar negara, yang dapat membantu negara-negara miskin untuk membendung krisis.
Pemimpin PBB itu mengatakan negara serta perusahaan yang memiliki pengalaman ilmiah dan logistik harus menjadi bagian dari rencana global.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(ian)